Fimela.com, Jakarta Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah hal yang mungkin terjadi dan bisa dipengaruhi oleh beberapa hal. Tentunya dalam kehidupan rumah tangga, pasti semua pasangan tidak menginginkan adanya kekerasan atau hal buruk yang terjadi, apalagi sampai menyakiti satu sama lain. Namun, kamu perlu menyadari bahwa ada beberapa hal yang bisa memicu KDRT.
Bentuk dari KDRT ini beragam, bisa secara verbal maupun non-verbal. Contohnya ialah perkataan yang kasar sampai tindakan yang mengarah pada kekerasan, baik secara fisik maupun seksual. Hal yang mendorong KDRT ini bisa terjadi ialah adanya kekeliruan dalam memahami hak dan kewajiban antara suami istri dalam rumah tangga.
Advertisement
BACA JUGA
Adanya ikatan yang sah dan resmi ini seringkali membuat pria sebagai kepala keluarga merasa berhak untuk mengatur bahkan melakukan tindakan kekerasan secara disengaja atau tidak disengaja kepada istri dan anak. Namun, tidak menutup kemungkinan juga pelaku KDRT adalah istri atau ibu dalam keluarga. Segala kemungkinan bisa terjadi tergantung dari pemicunya.
Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengetahui apa saja hal yang memicu terjadinya KDRT. Untuk itu, Fimela.com kali ini akan mengulas 5 hal yang memicu terjadinya KDRT, mulai dari masalah finansial hingga perselingkuhan. Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Advertisement
Masalah Finansial
Hal yang memicu terjadinya KDRT pada urutan pertama ialah masalah finansial yang terjadi didalam keluarga. Tidak bisa dipungiri bahwa urusan finansial seringkali menyebabkan suami istri bertengkat sampai mengarah pada perceraian dan kekerasan.
Kondisi finansial dalam keluarga termasuk urusan yang pokok dan primer karena untuk memenuhi kebutuhan hidup, seorang kepala keluarga harus dapat menafkahi keluarganya. Jika terjadi masalah pada pemenuhan kebutuhan karena kondisi finansial yang tidak stabil, maka hal tersebut bisa memicu terjadinya konflik yang berujung pada kekerasan.
Sifat Pasangan yang Emosional
Berikutnya, hal lain yang juga bisa menjadi pemicu KDRT ialah sifat pasangan yang terlalu emosional dan sayangnya hal itu tidak bisa dikontrol. Kita tidak bisa memungkiri bahwa sifat tiap orang berbeda, jika kamu tidak melihat secara jelas seperti apa sifat pasangan yang kamu nikahi, maka bisa saja dia ternyata mampu melakukan kekerasan.
Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk menikah, sebaiknya kamu sudah tahu dan memastikan bahwa pasanganmu adalah orang yang emosionalnya stabil. Jika tidak, kamu bisa menjadi bagian dari korban KDRT yang menyedihkan. Untuk menjadi pendamping hidup, usahakan kamu memilih pasangan yang sabar, bijaksana, dan juga lembut.
Advertisement
Faktor Tekanan Pekerjaan
Berikutnya, hal ketiga yang bisa memicu terjadinya KDRT ialah adanya beban atau tekanan yang berat dalam pekerjaan. Hal ini jelas saja mungkin terjadi karena beban pekerjaan yang diberikan tidak bisa diantisipasi dengan baik sehingga rasa kesal tersebut terbawa sampai ke rumah.
Dampaknya, keributan dan pertengkaran pun bisa saja tidak terelakkan lagi. Untuk itu, agar menghindari KDRT yang disebabkan oleh tekanan pekerjaan, kamu harus mampu meyakinkan dan menerapkan prinsip pada pasanganmu untuk bisa membedakan atau memetakan mana urusan pekerjaan dan mana urusan rumah tangga.
Faktor Budaya dan Stigma
Keempat, hal yang juga bisa menyebabkan terjadinya KDRT ialah karena adanya faktor sosial dan stigma yang berkembang bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah sehingga pria sebagai suami berhak untuk melakukan kekerasan. Tentu saja hal ini tidak dapat dibenarkan karena peran antara suami dan istri sudah memiliki porsinya masing-masing.
Bukan berarti karena pria adalah kepala rumah tangga, maka ia bebas melakukan tindak kekerasan. Sudah sepatutnya stigma dan cara berpikir seperti itu dirubah. Suami dan istri harus saling menghargai dan melengkapi, bukan saling bersaing untuk merasa siapa yang paling hebat.
Advertisement
Adanya Perselingkuhan dan Orang Ketiga
Terakhir, hal yang bisa memicu KDRT ialah karena adanya perselingkuhan dan orang ketiga. Tentu hal ini tidak bisa ditolerir karena bagian dari pengkhianatan dan bentuk nyata bahwa pasanganmu tidak menghargai komitmen suci yang telah dibangun bersama dalam pernikahan. Biasanya ketika suatu perselingkuhan terjadi, maka pasangan yang berselingkuh akan melakukan kekerasan untuk menutupinya.
Tidak ada beban ataupun belas kasih saat melakukannya karena ia berpikir telah memiliki orang lain yang dapat diandalkan sehingga ia merasa berhak untuk menyakiti pasangannya. Jika sudah begini, keputusannya ada ditangan masing-masing korban. Jika sekiranya bisa dimaafkan dan diperbaiki maka hubungan rumah tangga bisa berlanjut. Namun, jika sudah sangat keterlaluan dan berbahaya, maka perceraian menjadi alternatif berikutnya.