Fimela.com, Jakarta Pandemi COVID-19 berdampak sangat signifikan terhadap dunia bisnis, terutama bisnis rumahan seperti UMKM. Banyak bisnis rumahan yang berada di ujung tanduk bahkan gulung tikar akibat terpaan pandemi COVID-19 yang belum kunjung mereda hingga detik ini.
Hal serupa juga dirasakan Immanuel Arnold, Yunice, dan Valentinus Wibisono yang membangun bisnis kopi kecil-kecilan di Tangerang Selatan. Berawal dari keisengan untuk membuat sebuah tempat berkumpul bagi teman-teman, kini Nest Coffee beralih menjadi bisnis kopi rumahan.
Advertisement
BACA JUGA
Nest Coffee akhirnya dijalankan dari rumah dengan mengandalkan GoFood sebagai sarana penjualan. Bahkan Ano tidak membuka sistem take away untuk menghindari kontak langsung dengan banyak orang.
"Kita masih buka dari dua orang pertama kena (COVID-19 pertama kali masuk Indonesia) tapi memang tidak ada orang datang. Akhirnya kita tutup 2-3 minggu sembari tutup toko. Tapi omzet kita di awal pandemi justru bagus dan stabil. Sekitar 200 persen," ungkap Immanuel Arnold atau akrab yang disapa Ano.
Advertisement
Bisnis mulai menurun
Namun ketika pemerintah memberlakukan PSBB transisi, Nest Coffee mulai mengalami penurunan omzet. Banyak restoran dan kafe yang sudah mulai buka dan bahkan memperbolehkan makan di tempat. Sehingga pemasukan Nest Coffee hanya mencapai 20-25 persen.
Meski mengalami pemasukan yang cukup anjlok, Ano tetap mengedepankan higienitas dalam menjalankan bisnisnya. Baginya, kesehatan dan higienitas menjadi hal yang paling penting di masa pandemi.
"Waktu dibilang boleh take away, kita sengaja tidak mencantumkan alamat di GoFood. Mengurangi circle ketemu orang," kata Ano.
Setiap kali hendak bekerja, karyawan Nest Coffee wajib mandi di tempat untuk mengurangi potensi penularan. Bahkan Nest Coffee menyediakan Oxymeter hingga disinfektan untuk memastikan karyawannya dalam keadaan sehat untuk bekerja.
"Waktu karyawan pilek, besoknya langsung kita rumahkan dua minggu. Nest Coffee saya dan Wibi ambil alih. Kita sesuaikan jadwal masing-masing. Demi keamanan bersama-lah," ungkap Ano
Pengemudi ojek online pun diminta untuk menunggu di tempat yang disediakan di luar dan tidak diizinkan masuk ke Nest Coffee. Memastikan karyawan pun tidak melakukan kontak langsung dengan pengemudi ojek online.
Â
Kembangkan inovasi yang higienis
Rasa cemas akan bahayanya pandemi COVID-19 tidak hanya dirasakan oleh Ano. Banyak pelanggannya pun yang merasakan hal serupa sehingga Nest Coffee menghadirkan produk inovasi.
"Kita bikin DIY Kit. Idenya karena ada orang yang tidak percaya dan ragu. Kalau mereka tidak percaya dengan orang yang bikin, ya kenapa ngga bikin sendiri. Dengan inovasi ini kita ingin bilang bahwa kita bisa tetap enjoy selama pandemi. Tidak perlu merasa insecure berlebihan," kata Ano.
DIY Kit yang disiapkan Nest Coffee ini mengacu pada menu kopi dan decaff yang dimilikinya. DIY Kit dibuat untuk satu kali minum agar memudahkan pelanggan untuk membuat minuman favorit mereka. Sengaja dibuat DIY Kit hanya untuk satu kali minum agar bisa dibanderol dengan harga yang lebih terjangkau.
Setiap paket sudah ditakar sesuai ukuran dan pelanggan hanya perlu mencampur semua bahan menjadi satu. Harga yang dibanderol pun sesuai dengan harga yang sudah ada. Hanya saja, Nest Coffee ingin memberikan pengalaman menikmati minuman favorit dengan cara yang berbeda.
Nest Coffee mengandalkan produk kemasan pabrik sehingga mengurangi kontak dengan bahan yang akan dijual. Misalnya susu yang digunakan merupakan kemasan kecil untuk sekali minum. Selain itu, produk kopi diganti dari espresso menjadi coldbrew yang lebih tahan lama.
Meski coldbrew belum dikenal banyak orang, Wibi meyakini bahwa rasanya akan lebih kuat dibanding dengan produk kopi susu andalan Nest Coffee. Namun ini menjadi peluang baik untuk mengenalkan coldbrew ke banyak orang.Â
Advertisement
Berharap bisa segera berakhir
Sejauh ini, para pelanggannya merupakan pecinta makanan dan minuman manis. Sehingga Nest Coffee juga berinovasi pada makanan pendamping yang cocok untuk minumannya. Seperti misalnya Nest Chicken dan Waffle yang cukup laris manis di pasaran.
Ano dan Yunice kini memang hanya fokus pada kesehatan dan keselamatan bersama. Baginya, hal itulah yang paling penting di masa pandemi seperti sekarang ini.
"Sebenarnya ada rasa iri buat mereka (restoran dan kafe) yang sudah bisa dine in. Iri banget ingin buka toko lagi. Tapi kalau diliat lagi ya ini pandemi. Sekali ada orang kita kena, selesai," ungkap Ano.
"Waktu PSBB udah buka, ada keinginan toko offline buka. Mulai ke sini mikirnya kalau buka siapa yang mau jaga. Risikonya amat sangat tinggi. Lebih baik di rumah dengan berpikir kreatif untuk menarik pelanggan," tutur Wibi.
Baik Ano, Wibi, dan Yunice sadar bahwa pandemi ini masih begitu panjang. Sehingga keputusan bisnis yang dibuat bersama harus dilakukan dengan selalu berhati-hati. Berharap pandemi segera berakhir dan bisnisnya bisa kembali normal
Simak video berikut ini
#changemaker