Fimela.com, Jakarta Menemukan cinta sejati terkadang tidak mudah. Ada yang harus jatuh bangun mengalami patah hati lebih dari sekali sebelum bisa menemukan belahan jiwanya. Seperti yang dialami Lisa (bukan nama sebenarnya) dalam kisahnya yang diunggah di laman herworld.com ini. Butuh waktu 16 tahun baginya untuk bisa menemukan belahan jiwanya dan baru menyadari sebuah hal penting terkait pencarian jodoh.
Lisa baru berusia 23 tahun saat ia bertemu dengan suami pertamanya, Brian (nama samaran), pemilik sebuah perusahaan internet. Bagi Lisa, Brian adalah sosok humoris, tampan, dan sangat cerdas. Benar-benar seorang pria idaman. Lisa dan Brian menjalin kasih selama lima tahun sebelum akhirnya menikah.
Advertisement
BACA JUGA
Pernikahan yang Berujung Perceraian
Tak lama setelah menikah, Brian mendapat tawaran untuk mengembangkan bisnisnya. Tapi konsekuensinya dia harus bekerja di San Fransisco. Sungguh jauh dari tempatnya berada saat itu.
Awalnya rencananya hanya satu tahun saja Brian bekerja di San Fransisco. Namun, Brian tak kunjung kembali dan malah menambah empat tahun tinggal di sana.
"Aku percaya dia tak berselingkuh dariku, hanya saja kami akhirnya menjalani kehidupan yang terpisah dan aku merasa sangat kesepian. Dia hanya mempedulikan pekerjaannya," jelas Lisa. Pernikahan itu pun berujung perceraian.
Advertisement
Menjalin Hubungan dengan Pria Baru
Setelah bercerai, Lisa pun melanjutkan hidupnya. Lalu pada usia 36 tahun, Lisa bertemu Walter (nama samaran), seorang dokter bedah usia 50an. "Kami bertemu di sebuah pertunjukan drama dan dia menghubungiku dan mengajakku berkencan keesokan harinya," kata Lisa.
Lisa akhirnya tahu bahwa Walter sudah pernah menikah dan memiliki seorang putri berusia 15 tahun yang tinggal bersamanya. Hanya saja Walter tak pernah bercerita kalau mantan istrinya dan putrinya selalu menghancurkan setiap hubungan baru yang dimiliki Walter.
Jadi, ketika Lisa dan Walter mulai membicarakan soal pernikahan, putri Walter tak kunjung memberi restu. Sulit bagi Lisa untuk membuat putri Walter menyukainya atau menerimnya. Bahkan putri Walter melakukan hal-hal yang tak menyenangkan bagi Lisa sampai mengejeknya "bodoh".
Lisa dan Walter sempat menjalani konseling dan berharap bisa mengatasi masalah yang ada. Tapi pada akhirnya Lisa memutuskan untuk meninggalkan Walter. "Aku ingin seorang pria yang mau ada di sisiku dan mendukungku," kata Lisa.
Menemukan Sosok yang Menghadirkan Kenyamanan
Setelah sepuluh bulan putus cinta, Lisa melihat ada seorang pria di restoran langganannya. "Aku melihatnya makan sendiri. Dia menarik perhatianku dan kusadari sebelumnya aku telah melihatnya di sana beberapa kali. Aku kenal manajer di sana dan aku memberi nomorku dan memintanya mengirim pesan untukku jika dia datang lagi agar aku bisa memperkenalkan diri," ujar Lisa.
Seminggu kemudian, Lisa mendapat pesan dari manajer restoran itu. Pria yang ia nantikan datang ke restoran.
Meski sempat salah orang, pada akhirnya Lisa bertemu dengan pria itu, Michael (nama samaran).
"Saat aku hendak pergi, Michael masuk! Aku langsung bergerak cepat dan memintanya untuk masuk dan duduk denganku. Dia sangat bingung tapi dia tetap masuk juga," kata Lisa.
Setelah memesan minuman, Lisa dan Michael mengobrol ringan. Bahkan tak butuh waktu lama untuk bisa lebih mengenal satu sama lain.
"Aku merasa sangat nyaman dengannya. Aku bilang aku di sana karena sangat ingin bertemu dengannya. Dia tersenyum dan mengajakku berkencan keesokan malamnya," papar Lisa.
Lisa dan Michael pun akhirnya berpacaran. Lisa yakin Michael adalah belahan jiwanya.
"Dia tak punya banyak masalah. Sungguh tanpa beban menjalin hubungan yang bebas drama. Dia juga sangat perhatian. Dia memperlakukan ibunya yang sudah tua dengan sangat baik, meneleponnya tiap hari, dan mengunjunginya tiap akhir pekan," kata Lisa.
Lisa dan Michael seperti saling menyeimbangkan satu sama lain. Lisa tipe yang banyak bicara, sementara Michael agak pendiam. Lisa suka jalan-jalan ke luar, Michael suka berada di rumah. Lisa punya banyak teman, Michael hanya punya beberapa teman. Meski tampak banyak yang bertolak belakang tapi mereka bisa saling menyesuaikan satu sama lain.
"Kami jarang berdebat. Saat kami berselisih pendapat, kami selalu bisa membicarakannya dengan tenang dan mencari jalan keluarnya," terang Lisa.
Pernah mengalami hubungan yang gagal bahkan pernikahan yang berujung perceraian, Lisa sudah lebih yakin atas apa yang dibutuhkannya soal pasangan hidup. Hubungannya dengan Michael pun terasa lebih kuat.
Bagi Lisa, penting untuk menemukan seseorang yang bisa menghadirkan kenyamanan. "Kita tak bsia mengubah siapa pun, jadi jangan buang-buang waktu untuk 'memperbaikinya'. Pada akhirnya, kita butuh seseorang yang membuat kita nyaman di dekatnya, itu adalah hal yang paling penting," tutup Lisa.
Setelah 16 tahun mencari cinta, Lisa di usianya yang berusia 39 tahun merasa telah menemukan belahan jiwanya. Tak ada yang namanya terlalu cepat atau terlambat soal jodoh, sosok yang terbaik pasti akan datang pada saat yang tepat.
#ChangeMaker