Fimela.com, Jakarta Di tahun 2006, Betsy Vereckey mengalami sakit kepala luar biasa sampai ia tidak bisa bekerja, sebelum dirinya tahu tentang penyakit multiple sclerosis. Betsy Vereckey adalah seorang jurnalis yang bekerja selama berjam-jam dalam sehari untuk menatap komputer.
BACA JUGA
Advertisement
Sakit kepalanya berasal dari belakang mata kanan, yang dikiranya merupakan akibat dari kelelahan menatap komputer. Saat itu, usia Betsy 26 tahun dan ia memutuskan untuk mengunjungi kantor dokter mata di New York City untuk memastikan penyakitnya.
Kata dokter mata yang didatanginya, Betsy mengalami bengkak pada saraf optik dan ia harus menemui neuro-ophthalmologist. Ada nada mendesak pada suara sang dokter ketika mengatakan bahwa Betsy harus menemui neuro-ophthalmologist saat itu juga.
Sore harinya, neuro-ophthalmologist. atau ahli saraf mata memastikan bahwa Betsy menderita neuritis optik atau gejala yang bisa dikaitkan dengan munculnya multiple sclerosis. Betsy menyadari bahwa dirinya tidak tahu apa-apa tentang penyakit yang dideritanya dan bahwa ia seharusnya memiliki seseorang untuk mendampinginya.
Diagnosis tepatnya diberikan beberapa minggu sebelum pernikahan sahabat Betsy. Untuk pertama kalinya, Betsy tidak ingin memberitahu siapapun tentang penyakit multiple sclerosis yang dideritanya, karena takut dengan penilaian orang lain.
Â
Â
Advertisement
Perjalanan hidup Betsy setelah didiagnosis
Orang-orang yang diberitahu tentang penyakit Betsy, tidak ada yang percaya, karena ia selalu sehat dan tidak ada penyakit turunan dalam keluarganya. Sepanjang hidupnya, Betsy bermimpi untuk pindah ke New York, yang dalam kenyataanya, ia justru menghabiskan lebih banyak waktu untuk pergi ke dokter.
Multiple sclerosis adalah penyakit yang berkembang secara berbeda untuk setiap orang. Beberapa orang mungkin mengalami gejala dan sembuh total, sedang beberapa lainnya bisa jadi lumpuh, dan tidak ada cara untuk mengetahuinya.
Betsy tidak pernah berpikir ia akan menyuntik dirinya sendiri. Ketika akhirnya ia melakukannya beberapa kali, Betsy merasa harus memiliki kendali atas situasi yang dihadapinya, meskipun hidupnya telah berubah dengan cepat.
Multiple sclerosis memengaruhi perempuan 4 kali lebih sering, daripada pria dan kebanyakan mereka masih muda ketika didiagnosis. Sebagai seseorang yang sering berpergian, Betsy harus selalu membawa suntikan bersamanya, catatan dokter, dan memeriksa kadar vitamin D dalam tubuhnya.
Di usia 20-an, Betsy tidak merasa perlu memberitahu pria yang dikencaninya secara kasual. Penyakitnya terkontrol dengan baik, ia tidak terlihat sakit, melakukan yoga setiap hari, dan bisa makan karbohidrat untuk menjaga berat badannya.
Betsy bertemu dengan pria yang dicintainya
Ketika usia Betsy 29 tahun, 3 tahun setelah dirinya didiagnosis, ia bertemu dengan seorang pria yang dicintainya dan yakin akan menikah. Betsy masih bersikeras menyembunyikan tentang penyakitnya, sampai beberapa bulan berkencan, ia memutuskan untuk memberitahu pria tersebut.
"Aku senang kamu memberitahuku," kata pria tersebut.
Penerimaan pria tersebut membuat Betsy lebih bisa terbuka tentang penyakitnya dengan orang lain.
Sekarang, saat Betsy berusia 40 tahun, dirinya masih sulit percaya bahwa ia hidup selama 14 tahun dengan multiple sclerosis. Penyakit yang membuatnya melakukan pemeriksaan rutin dan gaya hidup sehat untuk meminimalkan stres.
Bagi Betsy, multiple sclerosis memang tidak memengaruhi semua orang, namun tidak ada satu orang pun yang kebal terhadap pasang surut kehidupan. Multiple sclerosis telah mengajari Betsy cara menyerah pada kekacayan dan menghargai ketenangan yang luar biasa.
#ChangeMaker