Fimela.com, Jakarta Di tahun 2020 ini kejadian tidak terduga membuat perekonomian masyrakat terombang-ambing. Pandemi Covid-19 banyak membuat perusahaan bangkrut, karyawan kena PHK, namun ada pula bisnis yang masih struggling di masa seperti saat ini.
Bisnis makanan menjadi salah satu yang masih bertahan di masa seperti. Misalnya aja Rosalie Cheese, keju alami Indonesia dari bahan-bahan segar peternakan tanpa pengawet dan pewarna.
Advertisement
BACA JUGA
Anak Agung Ayu Sri Utami Linggih selaku Founder Rosalie Cheese menyampikan bisnis keju ini berawal berfokus menjual ke Horce (Hotel, Restaurant dan Café), tentu sangat berdampak sekali kepada penjualan ketika masa pandemi Covid-19.
“Dari bulan Februari di Bali sudah mulai menurun tamu yang datang. Jadi tentu bedampak sekali pada penjualan,” ujar Ayu kepada Fimela.com.
Namun, pandemi bukan penghalang bagi Ayu untuk tetap menjalankan bisnisnya. Ayu mengatakan, walau penjualan HORCE menurun, namun penjualan via website meningkat hingga 300 persen. Hal ini dikarenakan barang import sulit masuk ke Indonesia dan banyak orang yang lebih sering masak di rumah.
"Jadi in terms of sales sebenernya sama tetapi beda customer atau target market. Yang semestinya kalo sudah balik normal berarti kami bisa serves both market. B2C dan B2B. Nah ini sebenernya juga a good point for us di Bali untuk tidak rely 100% kepada industri wisata. Covid ini jadi belajar banyak saya dan team tentang serves all sector and channel. Perbaiki channel penjualan dan sop delivery sampe ke ujung Indonesia (Palu),” paparnya.
Advertisement
Sekilas tentang bisnis Rosalie Cheese
Rosalie Cheese merupakan keju dengan sentuhan unik rasa lokal dan dibuat menggunakan teknik pembuatan keju tradisional dan susu Indonesia yang memiliki rasa unik berdasarkan variasi iklim, tanah dan kehidupan tanaman setempat.
“Keju kita dibuat sangat lokal menggunakan susu dari Bali dan Jawa Timur. Bisnis ini juga mendukung beberapa peternak kecil di Jawa dan Bali.Kami melihat pertanian mitra kami sebagai mitra jangka panjang untuk pertumbuhan. Peternak kami bekerja sangat keras untuk menjaga kebersihan, kebersihan dan pengelolaan peternakan yang baik untuk mendapatkan sapi dan kambing yang sehat, kualitas susu yang baik dan upah yang adil bagi para pekerja pertanian mereka,” ujarnya.
Ayu mengatakan bisnis ini sudah berdiri sejak 2013 di Jakarta. Namun pada tahun 2017 temlat produksi pindah ke Bali untuk dapat memenuhi syarat izin edar dari BPOM.
“Legally kita mulai 2017. Namun percobaan dari 2013. Jadi waktu di Jakarta kita tidak dapet ijin industri karena daerah Jakarta sudah tidak boleh ada industri. Jadi kita pindah ke Bali. Komunitas Diplomat Entrepreneur Network (DEN) dari Diplomat Success Challange by Wismilak (DSC) juga membantu untuk survive. Kita sharing dan saling support, terutama di masa-masa seperti ini. Ada tempat untuk tanya dan minta masukan,” ujar Ayu.
Ayu mengatakan jika awalnya sangat sulit meyakinkan konsumen jika keju lokal memiliki mempunyai kualitas yang baik dengan harga bersaing.
Karena kita tidak ada kultur memakan keju, sangat sulit untuk menjelaskan produk yang kami produksi adalah Keju Natural, berbeda dengan kebanyakan keju yang ada dipasaran,” paparnya
Seiring berjalannya waktu, Ayu menyampaikan jika orang Indonesia lebih menghargai produk lokal dan produk natural untuk investasi kesehatan. Salah satu cara yang menyakinkan konsumen dengan bekerjasama bersama chef untuk mendemokan cara mengolah keju agar dapat dikonsumsi dirumah dengan simple recipe.
“Sangat optimis pasar akan terus berkembang (terutama setelah covid) konsumen kami lebih memerhatikan makanan yang dikonsumsi (bahan yang digunakan, asal makanan). Dan bisa dilihat sendiri hampir semua jenis makanan sekarang menggunakan keju (mulai dari ayam geprek, roti bakar dan juga minuman),” tutupnya.
Rosalie Cheese memiliki varian keju seperti chevre, black pepper goat, milton, black and white, halloumi, camembert and blue style cheese.
#Changemaker