Fimela.com, Jakarta Kedengarannya sederhana, tetapi tidak mudah bagi setiap pasangan suami istri untuk memutuskan mengakhiri pernikahan. Seringkali mereka menghabiskan waktu lama untuk mencoba menyelesaikan masalah sebelum memutuskan untuk bercerai. Tetapi terkadang mereka tidak bisa menyelesaikan masalah dan memutuskan bahwa perceraian adalah solusi terbaik. Seperti berita baru-bari ini, tingkat perceraian di Amerika Serikat meningkat di tengah pandemi corona.
BACA JUGA
Advertisement
Melansir dari foxnews.com (3/9), tingkat perceraian mengalami peningkatan di AS selama pandemi virus corona. Ini terjadi karena setiap pasangan telah terjebak di rumah selama berbulan-bulan karena adanya pemberlakukan isolasi. Jumlah orang yang ingin bercerai adalah 34% lebih tinggi dari Maret hingga Juni dibandingkan dengan tahun 2019.
Advertisement
Faktor Ekonomi Menjadi Alasan dari Perceraian
Akibat stres, pengangguran, masalah keuangan, kematian orang yang dicintai, penyakit, anak-anak yang melakukan pembelajaran di rumah, penyakit mental dan banyak lagi relah memberikan tekanan yang signifikan pada hubungan. Data menunjukkan bahwa 31% pasangan mengakui bahwa lockdown telah menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada hubungan mereka. Minat akan perceraian selama karantina meningkat pada 13 April, dan hanya sekitar 15-20 hari setelah sebagian besar negara bagian mulai melakukan lockdown.
Ini membuat terpukul bagi sebagian pasangan yang baru menikah. Ini menujukkan bahwa pasangan yang baru menikah kurang siap menghadapi stresor virus COVID-19 dibandingkan pasangan dewasa. negara ini mencatat jumlah perceraian tertinggi selama pandemi COVID-19 termasuk Arkansas dan Alabama. Ada kemungkinan bahwa tingkat perceraian akan terus meningkat karena gejolak ekonomi, keuangan, sosial, kelembagaan dan psikologis dari virus COVID-19.
Cek Video di Bawah Ini
#Changemaker