Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti punya pengalaman tak terlupakan terkait negeri kita tercinta Indonesia. Ada kebanggaan yang pernah kita rasakan sebagai bagian dari Indonesia. Kebanggaan terhadap keindahan alam Indonesia, kekayaan tradisi dan budaya, kecintaan terhadap masyarakat Indonesia, dan lain sebagainya. Kita pun punya cara tersendiri dalam mengartikan kebanggaan terhadap tanah air ini. Melalui Lomba Share Your Stories Bulan Agustus: Bangga Indonesia ini, Sahabat Fimela bisa berbagi cerita, pengalaman, dan sudut pandang tentang hal tersebut.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Irhamni Malika
Tanggal 17 Agustus lalu kita baru saja merayakan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-75. Meski perayaan besar tidak diadakan karena pandemi, kita masih menyambut hari istimewa itu dengan cara masing-masing. Tanpa keramaian, tetapi tetap dalam kebersamaan. Ada yang membuat konten, membuat postingan ucapan selamat, mengikuti upacara secara daring, atau sekadar mengirimkan doa dan mengucap "amin". Hari itu adalah hari kita mensyukuri dan mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan.
Pada masa sulit ini, kita seakan dipaksa untuk berjuang lebih giat lagi melawan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan kita hadapi nanti. Namun, tinggal di sebuah desa terpencil yang penduduknya masih kurang teredukasi, membuat saya bertanya-tanya hal apakah yang dapat diberikan oleh desa saya kepada Indonesia. Mereka kebanyakan tidak sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Semuanya seakan sudah terlalu nyaman menjalani kehidupan sebagai petani dan nelayan. Saya tidak menganggap dua profesi tersebut rendah, tetapi saya menyayangkan tidak adanya perubahan dan perkembangan dalam menjalani mata pencaharian itu.
Advertisement
Menjaga Optimisme
Daerah lain sudah mulai berkembang karena sebagian dari mereka sudah mengerti apa pentingnya pendidikan. Sedikit banyak, mereka setidaknya tidak terlalu menjadi beban negara karena telah mampu membangkitkan ekonomi sehingga tidak perlu ditunjang. Tetapi, desa saya, tetap seperti namanya, hanya mengandalkan ladang bagi kehidupan. Tidak usah jauh-jauh memikirkan kontribusi bagi negeri, pertanyaannya, sanggupkah tanah ini bangkit dari pola pikir yang terlampau tidak relevan lagi? Bahkan entah mereka akan tahu tentang saya yang menulis mengenai desa yang kami tempati disini.
Pagi itu, pada tanggal 17 Agustus 2020, saya membuka jendela kamar. Mata saya menangkap jejeran bendera merah putih di halaman depan rumah-rumah penduduk desa ini. Di situlah saya menyadari bahwa bagaimanapun, mereka masih menjadi bagian dari Indonesia. Keberadaan mereka mungkin tidak secara signifikan nyata. Namun, penghormatan mereka akan negerinya, tanah yang ditempatinya tetap ada. Tentang tradisi dan kuliner kami yang menambah corak dan warna-warni bangsa. Tentang desa kami yang tertinggal, tetapi tetap ikut serta. Dari masa penjajahan hingga kemerdekaan, desa ini masih disini. Menjadi bagian dari Indonesia.
Kita satu bangsa, satu negara, Indonesia. Berbagi harap, doa, dan rasa bangga yang sama.
#ChangeMaker