Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti punya pengalaman tak terlupakan terkait negeri kita tercinta Indonesia. Ada kebanggaan yang pernah kita rasakan sebagai bagian dari Indonesia. Kebanggaan terhadap keindahan alam Indonesia, kekayaan tradisi dan budaya, kecintaan terhadap masyarakat Indonesia, dan lain sebagainya. Kita pun punya cara tersendiri dalam mengartikan kebanggaan terhadap tanah air ini. Melalui Lomba Share Your Stories Bulan Agustus: Bangga Indonesia ini, Sahabat Fimela bisa berbagi cerita, pengalaman, dan sudut pandang tentang hal tersebut.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Rahayu Putri
Indonesia dan segala keanekaragamannya memang selalu memberikan kenyamanan tersendiri di hidup kita. Sahabat Fimela pasti juga sangat beesyukur karena bisa merasakan kenyamanan hidup di tanah air ini. Akan tetapi, kita juga pasti pernah merasakan jenuh dan sedih melihat berbagai kejadian yang terjadi maupun menimpa tanah air kita yang tercinta ini. Aku pun begitu, meskipun aku sangat bersyukur tinggal di Indonesia, namun pasti ada keinginan besar untuk pergi dari sini ketika masa sulit menghampiri hidup kita. Ini adalah salah satu ceritaku tentang cara mencintai Indonesia dengan berbagai kekurangannya.
Tiga tahun lalu, tepatnya pada pertengah tahun 2017. Aku berada di masa-masa yang penuh dengan dilema dan masa yang sulit dalam hidupku. Pada waktu itu adalah saat di mana aku akan melanjutkan kehidupanku sebagai seorang mahasiswi. Masa di mana setiap temanku berjuang untuk mendapatkan tempat terbaik di universitas ternama di Indonesia. Aku sendiri saat itu belum bisa menentukan akan melanjutkan kuliah kemana sehingga saat semuanya berjuang, aku juga turut berjuang akan tetapi perjuanganku kala itu tidak sekeras teman-temanku karena memang aku masih belum tahu akan melanjutkan kemana.
Pada saat itu hampir semua usaha yang kulakukan sia-sia. Aku tidak kunjung mendapat berita baik dan tidak pula segera mendapatkan kabar diterima di kampus mana pun. Sampai akhirnya aku mulai menyerah dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di perguruan tinggi luar negeri tanpa sepengetahuan orang tuaku.
Sebenarnya setahun sebelumnya diam-diam aku telah mempersiapkan segala persyaratan untuk berkuliah ke luar negeri dengan bantuan salah satu guruku. Aku berupaya mempersiapkan segala persyaratan dengan juga terus mencari beasiswa di sana. Akan tetapi, aku juga harus patuh pada orang tuaku. Mereka ingin aku melanjutkan kuliah di Indonesia setelah aku pertimbangkan harapan orang tuaku yang ingin memiliki anak yang patuh dan berbuat baik pada ayah dan ibu maka kuputuskan untuk tetap juga mendaftarkan diri di perguruan tinggi dalam negeri. Namun, ternyata hasilnya nihil. Aku tidak juga kunjung diterima selama masa pendaftaran. Meskipun aku tidak terlalu ingin menempuh pendidikan lanjut di perguruan tinggi dalam negeri tapi rasanya sangat sedih mengetahui kenyataan ini. Pada saat itu aku selama tiga bulan penuh mengonsumsi pil tidur agar bisa tidur di malam hari. Aku sulit bertemu dengan orang-orang di sekitarku dan menganggap diriku tidak berguna.
Tiga bulan penuh cobaan itu kulalui dengan kepala tertunduk dan harapan yang telah pupus. Aku juga belum menyampaikan niatku kepada orang tuaku akan melanjutkan sekolah ke luar negeri. Sampai pada suatu waktu kami duduk bersama dan memusyawarahkan hal ini. Mereka secara terbuka menanyakan keinginanku dan aku diperbolehkan mengambil keputusan selanjutnya karena ini adalah hidupku.
Aku pun merasa bahwa ada secercah harapan kala itu, kusampaikan niatku dan upayaku selama satu tahun terakhir ini untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi yang ada di luar negeri. Aku merasa bahwa orang tuaku akan menerima keinginanku ini karena akupun telah bersiap agar tidak menyulitkan mereka dan akan hidup disana tanpa membuat masalah. Namun, harapanku kala itu pupus seketika saat ibuku menyampaikan bahwa apa pun yang terjadi dia tidak akan mengizinkanku melakukan itu. Beliau menyampaikan bahwa kakakku saja saat ini sudah ada di provinsi yang berbeda apakah aku juga harus pergi lebih jauh lagi. Siapa yang akan berada di samping kedua orang tuaku jika terjadi sesuatu, selain itu luar negeri tidak selalu aman untuk kita. Berbagai alasan disampaikan dan aku dilarang melakukan hal itu apa pun alasanku.
Kesulitan sebelumnya sudah cukup menguras energiku sekarang aku juga dilarang melakukan apa yang aku impikan. Aku merasa bahwa seluruh semesta bekerja sama menghancurkan hidupku. Tidak ada satupun peluang agar aku bisa terbebas dari kesulitan ini. Menjalani hidup saja sudah sulit apa lagi menentukan nantinya akan seperti apa. Aku membiarkan hidupku seperti ini, tidak peduli, tidak lagi berusaha, tidak lagi membuat rencana, dan tidak lagi menghubungi teman-temanku. Aku hidup tapi mati, seperti itulah kondisiku kala itu.
Sampai akhirnya aku pindah ke Surabaya dan memulai kehidupanku di sana dengan juga berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta. Aku tidak lagi peduli dengan apa yang terjadi di hidupku. Semuanya kubiarkan terjadi begitu saja.
Advertisement
Mencintai Keramahan Orang-Orang Indonesia
Sampai pada suatu waktu, aku mengerti kenapa Indonesia dan kenapa aku harus tinggal di Indonesia. Tempat tinggal memang perkara yang cukup pelik dan sensitif jika didiskusikan dengan orang lain. Namun, seberapa kerasnya dan sulitnya hidup di kota lain aku menyadari bahwa kita orang Indonesia apa pun itu. Aku bertemu banyak sekali orang baik yang menyambut diriku di kehidupan mereka. Aku bertemu teman-temanku yang juga membawaku ke dalam hidup mereka dengan banyak orang tua baru yang sama mengertinya betapa sulitnya menjalani kehidupan ini. Mereka memberiku semangat dan menguatkanku agar tetap tegar dan jangan sungkan jika mengalami kesulitan untuk singgah di rumah mereka dan membagi kesulitanku dengan keluarga mereka karen orang tua mereka orang tuaku juga. Betapa berharganya orang - orang yang Tuhan tunjukkan agar aku tetap bisa bertahan hidup di sini.
Inilah Indonesia, tidak ada yang bisa menemukan hal ini di negara lain. Rasa kekeluargaan ini tidak bisa ditukar dengan apa pun. Hidup di luar negeri memang membuatmu mandiri tapi itu juga bisa membuatmu hanya peduli dengan dirimu sendiri. Tapi Indonesia, membuatmu menyadari bahwa kamu adalah orang yang berharga di hidup orang lain begitu juga kita ingin membuat orang lain dihargai selayaknya manusia yang mulia.
Luar negeri boleh menawarkan segala kecanggihan teknologi dan kehidupan yang penuh dengan kemewahan. Tapi sahabat Fimela harus ingat, Indonesia menawarkan kemakmuran semua orang, rumah yang layak bagi semua orang tanpa melihat kekurangan kalian, alam yang selalu siap memanjakan mata kita, dan tentunya kehangatan di antara orang-orangnya.
Segala kesulitan yang aku rasakan ternyata menyimpan hikmah di balik itu semua. Ternyata memang benar bahwa bencana itu adalah karunia, pada lahirnya ia api dan pembalasan tetapi pada hakikatnya ia cahaya dan rahmat. Kebencian sesaatku kepada Indonesia membuatku semakin menyadari betapa layaknya Indonesia untuk kita jaga dan banggakan.
#ChangeMaker