Fimela.com, Jakarta Pramugari yang biasanya memiliki waktu terbang minimal 80 jam per bulan, mendadak harus kehilangan jadwal tersebut saat PSBB atau pembatasan sosial berskala besar yang dimulai Maret 2020. Seperti cerita seorang pramugari Vanny PN yang harus rela dipangkas jam terbangnya karena larangan bepergian selama pandemi Covid-19.
BACA JUGA
Advertisement
"Terakhir terbang rutin dengan schedule normal Februari. Bulan Maret juga harusnya penuh tapi banyak jadwal yang hilang karena saat PSBB penerbangan banyak yang di-cancel," ujar Vanny membuka ceritanya pada Fimela lewat telepon.
Lalu-lintas penerbangan yang sepi saat pandemi membuatnya hanya bisa terbang sesekali. Vanny yang melayani penerbangan dengan rute internasional pun lebih banyak melakukan perjalanan di dalam negeri.
"Jam terbang turunnya drastis banget, biasanya maksimal 80 jam sebulan dan libur delapan hari, saat pandemi jadi 12-20 jam saja. Rute penerbangan juga kebanyakan domestik, hanya sekali dapat schedule ke Jepang di bulan April," lanjut Vanny.
Kondisi tersebut rupanya membuat Vanny resah, meski di satu sisi bisa menghabiskan banyak waktu bersama keluarga di rumah. Saat sudah molai bosan bermalas-malasan, ia merasa sudah waktu membuat masa di rumah saja bisa dijalani dengan lebih berfaedah.
Advertisement
Melestarikan Resep Rendang Keluarga
Vanny PN merupakan seorang perantau dari Sawah Lunto, Sumatera Barat yang datang ke Jakarta untuk berkuliah. Sebagai anak rantau yang jauh dari kampung halaman, pastinya punya rasa rindu dengan masakan khas rumahan.
Mau tak mau, Vanny pun harus menantang dirinya untuk membuat masakan dari resep keluarga untuk mengobati rasa kangen lewat makanan. Terutama di tiap momen puasa, kenangan makan sahur dan berbuka bersama keluarga di kampung halaman pasti tak bisa tertahankan.
Apalagi puasa tahun ini yang memupuskan harapan orang bisa mudik dan bepergian. Vanny pun mengalihkan rasa rindunya dan 'hasrat rebahan' selama day off di rumah lewat masakan.
Awalnya ia membuat menu ayam bakar kampung yang dipasarkan untuk kawasan perumahannya di daerah BSD, Tangerang Selatan. Tak disangka, setiap harinya tak kurang dari 20 ekor ayam kampung dipesan yang menjadikannya semangat untuk memulai usaha kuliner dari resep keluarga.
"Buat first starter, respons-nya bagus banget dan mulai berpikir untuk expand kenapa enggak jual makanan yang bisa dikirim jarak jauh dan awet juga. Soalnya pengiriman ayam bakar terbatas di area BSD karena enggak bisa tahan lama terutama sambalnya," kenang Vanny mengingat kembali awal mula kesuksesan rendangnya.
Kesuksesan dan Kolesterol
Akhirnya brand 'Rendangnya Rumi' pun resmi dirilis bertepatan dengan bulan Ramadan setelah terlebih dulu mematenkan resep serta memoles logo dan kemasan. Proses pemesanan pun dilakukan lewat sistem pre-order karena ia ingin rendang yang masih segar saat diterima pembeli.
Untuk menjaga resep tetap autentik, Vanny pun memesan beberapa rempah langsung dari tempat tinggalnya. Untuk mendapatkan rasa orisinil rendang Sawah Lunto yang kaya rempah, tidak terlalu pedas, dan punya taste manis dari santan.
"Sebisa mungkin membuat rasa rendangnya tetap original, cabenya impor dari Padang. Penginnya santan juga dikirim langsung karena kualitas santan di Jakarta dan Padang berbeda," jelasnya.
Pesanan pun membludak, di bulan Ramadan, Vanny bisa memprouksi lebih dari 50 kg daging sapi untuk Rendangnya Rumi dalam sebulan. Sebuah kesuksesan yang juga dibayar dengan 'pengorbanan'.
"Selain pastinya capek banget karena dikerjain berdua dengan tante, kolesterol dan tensi jadi naik karena harus nyicipin juga hehehe. Tapi Alhamdulillah saat itu bisa dapat omzet Rp15 juta dalam dua minggu," sambung ibu satu anak ini.
Advertisement
Rencana jadi Oleh-Oleh
Saat usaha rendang terus berjalan lancar sejak April, Vanny harus kembali berkompromi dengan jadwal terbangnya sebagai pramugari yang perlahan mulai normal kembali di bulan Juli. Jika biasanya dalam seminggu ada beberapa kali PO, saat ini ia hanya melayani pembelian seminggu sekali.
Terlanjur jatuh hati dengan usaha rendang ini, Vanny pun menyiapkan strategi untuk mengembangkannya. Seperti membuat menu lain seperti dendeng, gulai ayam, dan katering dalam skala kecil.
"Small catering sudah mulai running, kami buat nasi padang bowl yang dikemas praktis dan kekinian. Sempat di Idul Adha juga kebanjiran orderan."
Rencana ke depan, ia akan bekerja sama dengan seorang teman untuk menaruh rendang produksinya di tempat jualan oleh-oleh di Padang. Namun, pandemi membuat rencananya berjalan lebih pelan.
"Sedang diurus PIRT (pangan industri rumah tangga) dan BPOM untuk menjual Rendangnya Rumi di tempat pusat oleh-oleh di Padang. Aku juga sedang meninjau membuat varian rasa rendang origina, pedas biasa, dan pedas banget, tapi rencana ini agak ketahan karena masih pandemi, tapi yang pasti ingin terus dikembangin lagi," pungkas Vanny.
Simak Video Menarik Berikut Ini
#ChangeMaker