Fimela.com, Jakarta Terhitung sejak Januari 2014, Caroline Shifke yang sakit telah bertemu lebih dari 50 dokter dan menjalani tes yang tak terhitung lagi jumlahnya. Mulai dari pengambilan darah yang sederana hingga Caroline harus menghabiskan 5 jam di sebuah ruangan tes.
BACA JUGA
Advertisement
Di antaranya, Caroline telah menerima 26 diagnosis yang potensial, namun tidak ada yang sepenuhnya tepat. Menurut kepala neurologi di Lenox Hill, Caroline menderita sakit ensefalitis limbik autoimun, menurut ahli di Mayo Clinic, Minnesota, Caroline menderita sindrom sensitisasi sentral yang dipicu oleh penyakit Lyme, sedangkan menurut spesialis penyakit menular di NewYork-Presbyterian, Caroline memiliki kondisi autoimun yang belum terjangkau oleh ilmu medis saat inI, seperti ceritanya yang dipublikasikan di Huffpost Personal.
Untuk waktu yang lama, pencarian diagnosis adalah bagian penting dalam hidup Caroline, karena memiliki diagnosis berarti mampu membatasi serangkaian gejala sakit dan mengukur kekuatan penyakit yang sedang dihadapi. Apakah penyakit tersebut fatal, apakah menular, atau apa yang kemungkinan terjadi di masa depan.
Advertisement
Caroline harus menerima penyakitnya, tanpa mengetahui diagnosis pastinya
Mencari jawaban dari hal tersebut membuat Caroline dan orangtuanya berakhir di pusat rehabilitas Mayo Clinic. Pencarian diagnosis menjadi tujuan kedua, setelah Caroline diharapkan dapat menjalani kehidupan yang baik dan tidak berfokus pada penyakitnya.
Pada akhirnya, bagi Caroline, tidak penting apa sebutan untuk penyakitnya, yang terpenting adalah bagaimana ia belajar menerima hal tersebut. Caroline menyadari bahwa yang terpenting baginya saat ini adalah mencari cara untuk hidup di tengah sesuatu yang abu-abu, ia tidak tahu apakah bisa sembuh dari penyakit tersebut.
Yang sedang dihadapi oleh Caroline sampai saat ini adalah pandangan orang-orang tentang dirinya, tentang penyakit yang dideritanya. Orang-orang terbiasa menganggap penyakit sebagai pertempuran, di mana hasil akhirnya hanya menang dan kalah.
Perjalanan penerimaan Caroline terhadap penyakitnya
Caroline berjuang menerima narasi kronis tentang sesuatu yang menakutkan dan tidak nyaman. Anggapan fundamental tentang bahwa dokter terbaik akan bisa menemukan penyakit Caroline atau jika saja ia hidup dengan sehat, makan makanan bernutrisi, ia tidak akan sakit.
Pikiran-pikiran yang menurut Caroline sangat pendek dan menyebabkan ia menerima begitu banyak empati yang sebenarnya justru membuat Caroline merasa tidak nyaman. Sampai saat ini, Caroline masih berharap dirinya bisa mengetahui apa yang salah dengannya, memiliki jawaban dan nama atas penyakit yang dideritanya.
Namun, selama ia belum bisa menemukan jawabannya, Caroline paham bahwa perjalanannya adalah tentang penerimaan. Bagaimana menurutmu, Sahabat FIMELA?
#ChangeMaker