Fimela.com, Jakarta Pandemi global membuat masyarakat mengalami krisis secara ekonomi maupun sosial. Banyak masyarakat yang akhirnya terpaksa kehilangan pekerjaan hingga rumah akibat krisis. Salah satunya yang dialami oleh ibu asal Amerika yang terpaksa kehilangan rumah di tengah krisis pandemi.
Ibu dan anak perempuannya terpaksa harus berjuang mencari tempat singgah yang layak untuk ditempati selama pandemi. Cerita perjuangan mereka pun berawal dari sang ibu yang merupakan seorang guru di sekolah berasrama di Virginia. Tidak hanya sekadar mengajar, ibu dan anak perempuan inipun juga tinggal di sekolah asrama tersebut demi menghemat biaya.
Advertisement
BACA JUGA
Selama lima tahun, pasangan ibu dan anak perempuan ini merasa terberkati dengan hidup bersama anak-anak asrama. Membuat sang ibu tidak merasa membesarkan anaknya sendirian. Sang ibu berencana untuk tinggal di asrama bersama sang putri hingga lulus SMA. Sayangnya, takdir berkata lain.
Setahun lalu terjadi perubahan kebijakan dan administrasi yang membuat hampir separuh dari pengajar dan staf mengundurkan diri. Namun, sang ibu memilih untuk tetap bertahan karena tidak memiliki kondisi finansial yang cukup untuk meninggalkan pekerjaannya asrama. Untuk menambah penghasilan, sang ibu mengambil pekerjaan ekstra di akhir pekan agar bisa melunasi hutang-hutangnya.
Advertisement
Perubahan kondisi keuangan
Begitu 2020 tiba, kemalangan tidak berhenti menyertai sang ibu dan anak perempuan. Kakak laki-laki dari ibu tersebut dikabarkan bunuh diri dan ia harus menata kembali kesehatan mentalnya.
Pada Februasi 2020, sang ibu memberi tahu pihak sekolah bahwa dirinya tidak akan memperbaharui kontrak kerja. Sehingga ia memiliki waktu enam bulan untuk mencari pekerjaan baru. Kebetulan sang putri akan melanjutkan ke sekolah menengah dan menjadi saat yang tepat untuk pindah.
Kemudian COVID-19 pun melanda dunia dan kehidupan ekonomi ibu dan anak ini kembali goyah. Ia terpaksa kehilangan pekerjaannya di akhir pekan sembari tetap mengajar online jelang liburan musim panas. Sembari ia mencari pekerjaan yang tersebut di sejumlah situs.
Namun pandemi membuat ketersediaan lowongan pekerjaan menipis. Sekolah pun mulai menghentikan perekrutan karyawan. Bagaimanapun sang ibu harus tetap keluar dari asrama terlepas dia mendapat pekerjaan atau tidak pada Juli 2020.
Kondisi tidak kunjung membaik
Tiba di Juli 2020, pekerjaan baru pun belum didapatkan si ibu. Terpaksa ia keluar dari sekolah dan memindahkan semua barang-barang ke garasi. Semenjak itu, mereka belum menemukan tempat tinggal yang tepat.
Banyak kawan dan kerabat yang mengirimkan brosur flat atau kontrakan murah. Namun kondisi finansialnya yang tanpa pekerjaan, membuat sang ibu kesulitan menaruh deposit sewa rumah. Sehingga ia dan putrinya selalu tinggal berpindah-pindah tempat agar tidak terlalu membebani siapapun terlalu lama.
Ia pun memiliki rutinitas dengan melamar pekerjaan setiap harinya. Meski berada di tengah kondisi yang sangat sulit, sang ibu bersyukur bahwa putrinya masih terdaftar di sekolah menengah di distrik tempat ia tinggal. Sekolah pun dilakukan secara virtual sehingga memungkinkan sang anak untuk tetap bersekolah di manapun ia berada.
Yang menjadi kekhawatirannya saat ini adalah bagaimana jika sang anak sudah mulai sekolah secara tatap muka? Bagaimana ia akan mencari tempat tinggal yang layak di saat ia tidak memiliki pekerjaan?
Sebagai ibu, ia tidak pernah menyesali kehidupan yang ia pilih sebagai orangtua tunggal. Namun ia sendiri tidak membayangkan kalau hidupnya akan menjadi begitu sulit tanpa henti.
Advertisement
Simak video berikut ini
#changemaker