Fimela.com, Jakarta Hotel yang menjadi bagian dari industri pariwisata jadi salah satu sektor paling dihantam saat pembatasan berskala besar (PSBB) di Indonesia. Menurunnya angka okupansi secara drastis otomatis membuat semua kelabakan karena bisa membuat hotel terancam tutup.
Masa-masa krisis juga dialami Artotel Group saat melesetnya perkiraan akhir PSBB dan pandemi yang berkepanjangan. Meski akhirnya berganti ke PSBB transisi, untuk tetap bisa bertahan harus ada perubahan strategi dan berinovasi.
Advertisement
BACA JUGA
Opsi me-reduce pendapatan karyawan menjadi salah satu solusi agar cashflow bisa bertahan. Namun harus tetap ada yang dikorbankan seperti memberhentikan casual worker atau pekerja harian.
"Pada Mei dan Juni kami reduce salary 30 persen, jadi income hanya dapat 70 persen untuk memperpanjang cashflow karena sedang merugi. Saat itu yang penting untuk kebutuhan pokok karyawan bisa tetap terpenuhi," ujar COO Artotel Group Eduard Rudolf Pangkerego saat dihubungi via telepon oleh Fimela.com belum lama ini.
Inisiasi lain yang diambil adalah penggalangan dana pada Mei-Juni 2020 dalam program 'Remember Our Smile' dengan perusahaan crowdfundling Benihbaik.com. Tak disangka respons, dukungan, dan kepedulian follower Artotel dapat mengumpulkan donasi Rp143 juta untuk membantu meringankan kebutuhan pokok harian para karyawan.
"Dari hasil donasi, kami kembali membagikan sembako ke seluruh karyawan seluruh properti milik Artotel Group. Saat itu masih tersisa dana lebih yang setelah dipikirkan lagi bisa jadi tambahan modal untuk oportunity baru cikal-bakal unit bisnis baru kami Artotel Clean," lanjut Eduard.
Advertisement
Memberdayakan Karyawan Lewat Artotel Clean
Higienitas yang digalakkan di masa pandemi Covid-19 bukan hal baru bagi hotel karena sudah jadi rutinitas sehari-hari. Hotel memiliki staf terlatih yang setiap hari menjalani tugas cleaning service dengan skill profesional.
"Masuk bulan Mei kami melihat peluang di area hygiene dan sanitasi, di mana banyak orang sudah menyerah dan jujur kami sebagai manusia sebenarnya juga punya rasa pesimis. Tapi di situ kami memutuskan berani berubah karena rasanya pandemi tidak selesai dalam waktu dekat," tambah Eduard.
Ide tersebut pun direalisasikan lewat unit bisnis terbaru yang menyediakan layanan jasa kebersihan dan disinfektan untuk perumahan dan perkantoran lewat 'Artotel Clean'. Para pekerja harian yang terpaksa diberhentikan pun kini bisa kembali mendapatkan pekerjaan.
"Ini jadi seperti koperasi karena keuntungan 90 persen untuk karyawan. Jadi bukan kesannya grup yang memanfaatkan mereka di tengah kondisi ini, melainkan murni dukungan dan jadi semangat baru bagi kita semua," jelas pria yang sudah 25 tahun berkecimpung di industri hospitality tersebut.
Meski ruang gerak terbatas dan sebagian besar bekerja dari rumah namun kreativitas harus bergerak bebas. Kelincahan menyesuaikan diri dengan mengadopsi tatanan hidup baru menghasilkan alternatif yang akan membawa keuntungan bagi karyawan dan perusahaan.
Prospek untuk Dikembangkan Lebih Besar Lagi
Meski baru di-launching, namun Artotel Clean sudah mendapat permintaan yang tinggi hingga terkadang kewalahan untuk mengakomodasi. Meski begitu, selain terus meningkatkan kuantitas, kualitas layanan menjadi fokus utama.
Membawa nama besar Artotel menjadi salah satu jaminan kepercayaan para pengguna jasa, sebeb itu para staf hotel dibekali dengan insfrastruktur yang memadai. Selain menggunakan alat dan cairan kimia yang sudah lulus uji lab dan berstandar internasional, training intensif juga dilakukan.
"Karena pasti membersihkan hotel berbeda dengan rumah dan kantor. Jadi staf housekeeping kami dipersiapkan dengan baik lewat training dari internal housekeeper dan training dari tim eksternal," lanjutnya.
Kelak Artotel Cleaning juga akan terus dikembangkan karena berpotensi terus besar. Model bisnis sustainable ini pun menjadi program jangka panjang yang bisa menyejahterakan karyawan dan perusahaan.
"Seperti yang sudah dikatakan ini sekaligus bisa jadi koperasi dan enggak hanya berhenti di sanitasi. Bisa di-developt ke layanan penyemprotan serangga dan lainnya. Yang pasti sampai profit, kami hanya akan ambil keuntungan di bawah 10 persen dan sisanya untuk karyawan," tutup Eduard.
Advertisement
Simak Video Berikut
#ChangeMaker