Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Fuatuttaqwiyah El-adiba
Ketika menikah, hal pertama yang kusepakati dengan suami adalah hidup hemat tanpa utang. Bahkan saat memutuskan menikah, kami sudah sepakat hal itu. Pesta pernikahan pun tanpa utang. Alhamdulillah semua berjalan lancar dan sesuai harapan.
Tanpa utang itu juga kami letakkan di pilar utama. Ketika harus tinggal di rumah kontrakan, kesepakatan itu kami tunaikan. Kuusahakan membayar uang sewa sesuai tanggal kesepakatan. Aku tidak mau menunggak sekali pun. Aku beruntung mendapatkan rumah kontrakan yang sistem membayarnya bulanan sehingga bisa langsung diambil dari penghasilanku di awal bulan.
Hidup Hemat
Menghemat pengeluaran kulakukan dengan cermat. Mulai dari pulsa, uang listrik, gas, dan makan. Aku pun berusaha tidak menambah barang di rumah kontrakan. Aku hanya membeli panci untuk masak. Perabotan baru yang menggunakan listrik kutiadakan. Listrik hanya kugunakan untuk penerangan di malam hari, kipas angin, charger HP, dan baterai laptop. Praktis selama 4 bulan mengontrak di Kota Tangerang, aku hanya sekali membeli token listrik 50 ribu. Benar-benar hemat bukan?
Bawa Bekal Makan Siang
Cara hemat yang lain adalah bawa bekal makan siang. Sudah setahun kulakukan. Di kantor pun, rekan kerjaku melakukan hal yang sama. Selain hemat, menu makanan pun terjamin gizi dan cara masaknya. Apalagi sudah lama aku tidak menggunakan penyedap rasa instan.
Ini juga berlaku ketika bepergian. Kami sering piknik dengan membawa bekal menu lengkap. Rasa malu kusingkirkan, yang penting bisa menghemat pengeluaran. Bahkan saking hematnya, kamu pernah piknik hanya habis lima ribu rupiah untuk membayar parkir saja.
Advertisement
Liburan Hemat
Ketika memutuskan liburan, sebisa mungkin mengeluarkan bujet minimal. Termasuk transportasi. Kupilih liburan menggunakan sepeda motor untuk daerah yang dekat dengan rumah. Menu makanan pun kupilih yang sederhana. Begitu juga penginapan. Prinsip hidup tanpa utang memang berlaku pada semua hal. Tujuannya biar bisa hidup tenang dan bahagia tanpa dikejar penagih utang.
Pola hidup sehat yang kuterapkan memang sekilas bikin repot. Namun, bagiku, investasi kesehatan itu penting. Aku ingin keluargaku selalu sehat dengan makanan yang bergizi dan sehat. Memasak sendiri adalah salah satu cara memastikan ketersediaan itu.
Komunikasi Terbuka
Mempunyai suami yang pendiam, sementara aku termasuk perempuan yang suka bicara menjadi kendala di awal pernikahan. Adaptasi dan komunikasi terbuka menjadi kuncinya. Sebisa mungkin kami terbuka dalam segala hal. Terutama penghasilan dan pengeluaran uang. Suamiku mempercayakan seluruh keuangan rumah tangga kepadaku sehingga amanah ini harus dijaga. Tetap prinsip tidak utang itu menjadi nomor satu.
Semua pemasukan dan pengeluaran rumah tangga atas sepengetahuan suami. Aku juga mencatatnya di buku. Prinsipnya adalah pengeluaean harus lebih kecil dari pemasukan.
Keyakinan
Awal menikah, proyek suami terhenti. Otomatis keuangan rumah tangga hanya berasal dari penghasilanku. Meskipun sempat agak khawatir, aku percaya suami bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai.
Berulangkali suami berganti pekerjaan. Aku berada di sampingnya tanpa mengeluh. Kuyakinkan hati suatu hari nanti suamiku akan memberikan kesejahteraan lahir. Doa tiada terhenti dan terus berbenah diri menjadi harapan kebahagiaan rumah tanggaku.
Menabung
Penghasilan tinggi tidak membuatku jumawa. Justru sebaliknya. Aku tetap menjalankan prinsip yang dulu. Hidup hemat dan sederhana. Penghasilan setiap bulan selalu kualokasikan sebagian di tabungan dengan rekening khusus. Tujuannya biar tidak tergoda untuk mengambilnya.
Selain menabung untuk hari tua, aku juga mulai menabung untuk biaya ibadah haji. Sebulan sekali tabungan kuisi. Harapanku suatu hari nanti aku dan suami bisa naik haji.
Pindah Kota
Perjalanan hidup tiba-tiba mengharuskan suami pindah kota. Aku pun turut serta. Di tempat baru, perlahan ekonomi kami meningkat. Atas usaha suami, aku mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan passionku, yaitu content writer. Aku sangat bersyukur akan hal itu. Hobi yang dibayar, itu yang kukatakan kepada suami.
Hobiku memang menulis. Suatu hari aku pernah bilang ke suami, ingin seperti penulis lain yang menjadi content writer. Allah menjawab doaku tak lama kemudian. Kujalani pekerjaan baru dengan penuh optimis dan bahagia.
Di kota baru, kami melambungkan asa. Mulai hidup baru dengan penuh optimis. Suami pun terlihat penuh semangat. Apalagi pekerjaan yang sekarang memang sesuai dengan passion-nya. Senyum suami setiap hari dan harapan-harapannya yang mulai terwujud menghapus penantian hampir dua tahun ini.
Rumah tangga kami pun sejauh ini tanpa konflik yang berarti. Semoga kebahagiaan ini semakin bertambah dengan kehadiran buah hati.
#ChangeMaker