Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Anggita DJ
Dulu ayah dan ibuku sering kali bertengkar, baik meributkan hal yang kecil maupun besar. Bahkan kekerasan secara verbal maupun fisik seringkali menjadi tontonan kami ketika masih menginjak bangku sekolah dasar.
Aku dan dua adik perempuanku tak luput pula dari kekerasan verbal maupun fisik. Maklum saja ayah dan ibuku tidak memiliki penghasilan ketika kami kecil, tentunya kekurangan finansial menjadi penyebab utamanya. Ketika ayahku memperoleh pekerjaan dan kehidupan kami mulai membaik, pertengkaran antara ayah dan ibuku masih terjadi, meski tidak sesering dulu.
Hingga pada suatu ketika ayah dan ibu kami tengah bertengkar, saudara kami si anak tengah mengalami perdarahan di hidung. Awalnya kami mengira dia biasa saja, keesokan harinya ia juga tak mengeluh apa-apa.
Pada hari berikutnya ia dan nenek kehujanan ketika pulang dari ladang, seketika badannya langsung panas. Memang di antara kami bertiga dia memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Selama empat hari ia demam tinggi, bahkan ia sempat linglung dan pingsan. Orang tua kami tentu saja panik, awal ketika ia diperiksa di rumah sakit umum pusat, dokter menyatakan ia demam biasa.
Advertisement
Perubahan dalam Keluarga
Ia beberapa kali sempat pingsan dan tidak ingat apa pun, bahkan ia tak mengingat dirinya sendiri. Keesokan harinya kembali kami membawanya ke rumah sakit, ia akhirnya dirawat, dokter menyatakan bahwa ia terkena meningitis, sebuah penyakit maut yang membuat penderitanya kehilangan kesadarannya. Di mana selaput otaknya mengalami peradangan.
Dokter tidak mengoperasi otak saudara kami, beliau berkata ini sangat berisiko. Jadi, saudara kami diobati secara perlahan bahkan beliau berkata agar kami mencari alternatif lain.
Salah satu kerabat kami lalu menyarankan agar, saudara kami ini mengikuti terapi belajar meditasi dan yoga. Kami menyanggupinya, setelah saudara kami pulih, meski dalam keadaan di mana ia mengalami hilang ingatan. Kami mengajaknya pada pelatihan tersebut, secara otomatis kami semua ikut belajar meditasi dan yoga. Perlahan ingatan saudara kami mulai pulih dan bahkan saat ini ia bisa menjalankan aktivitas dengan normal, kuliah, dan bersosialisasi.
Semula ayah dan ibu kami yang dulu sering bertengkar kini harmonis, bahkan sangat harmonis. Lima tahun kemudian, Tuhan mengirim kami seorang malaikat kecil. Seorang adik laki-laki pelengkap keluarga yang membawa kebahagiaan bagi keluarga kami.
#ChangeMaker