Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Resti Siti Noorlaila
Keluarga adalah tempat di mana kau akan selalu kembali pulang, meski jika kembali padanya kau kadang terluka. Bicara soal keluarga, sejak kecil aku selalu merasa diri ini berasal dari keluarga semi broken home. Semua itu karena orang ketiga dalam hubungan pernikahan kedua orangtua.
Aku masih remaja ketika Ayah memutuskan untuk menikah lagi dengan perempuan selingkuhannya tanpa diketahui oleh Ibuku. Well, sepandai-pandainya bangkai ditutupi, baunya tetap akan tercium juga. Sepintar apa pun Ayah menyembunyikan fakta itu, pada akhirnya Ibuku yang selalu sabar mengetahuinya juga. Pada saat itu aku merasakan neraka dalam dunia.
Bagi teman-teman yang pernah mengalami hal sama, mungkin sudah paham ketika kuceritakan betapa hancurnya diriku melihat Ayah dan Ibu bertengkar, beradu mulut di siang dan malam, setiap harinya. Saat itu hanya aku yang berada di rumah, kakakku sendiri kuliah di luar kota. Jadi aku sendirilah yang memendam luka setiap kali mendengar cacian dan amarah keluar dari mulut kedua orangtuaku. Aku ingat jelas setiap pertengkaran mereka. Aku ingat ketika Ibu berniat minggat dari rumah meninggalkanku sendirian karena terlalu terluka. Aku bahkan ingat ketika Ibuku mandi minyak tanah, meminta untuk dibakar saja daripada menanggung semua penderitaan.
Siapa yang tidak ikut terluka mendapati Ibu sendiri begitu hancur, begitu penuh air mata, begitu lemah tidak berdaya hanya karena nafsu lelaki yang tidak dapat dibendung? Siapa yang tidak merasa kecewa bahwa Ayah memilih mengorbankan kebahagiaan keluarganya demi hidup berdua menikah dengan perempuan lain?
Advertisement
Tak Bisa Membenci Keluarga Sendiri
Biasanya pada kisah seperti ini selalu berakhir dengan perceraian. Tapi dalam kasus keluargaku, tidak ada kata cerai. Meski Ibu berkali-kali meminta, Ayah tetap tidak ingin melakukannya. Egois, bukan? Ayah tetap ingin bersama Ibu, di samping mendapatkan perempuan lain yang lebih muda juga bersamanya. Ayah tidak peduli Ibu terluka atau tidak, yang penting beliau tetap bisa mendapatkan dua perempuan di sisinya. Ibu menyerah. Ibu tidak berdaya. Entah karena ada alasan apa, Ibu pun menerima saja ketika Ayah tidak mau menceraikan. Ibu memilih tetap berada di sisi Ayah. Walau kutahu, perempuan bak malaikat bernama Ibu itu tidak pernah akan merestui dan merelakan pernikahan Ayah.
Apakah aku membenci Ayah?
Ya, aku sangat membencinya. Kebencian itu tertanam begitu dalam dan begitu lama. Itu membuat hubunganku dengan Ayah merenggang dan lambat laun aku selalu merasa beliau adalah orang asing bagiku.
Tapi, apakah aku masih menganggapnya sebagai Ayah?
Ya, tentu saja. Setelah semua yang telah beliau lakukan pada keluargaku, aku tetap menerimanya sebagai Ayahku. Aku menghormati beliau dengan tetap meminta izinnya pada setiap langkah besar yang kuambil. Aku tidak melangkahi kodrat yang menjadikan beliau menjadi wali dalam pernikahanku. Aku selalu mengajarkan anakku untuk menghormati dan menyayangi nenek dan kakeknya, terlepas dari apa yang telah terjadi di masa lalu.
Aku belum bisa bilang aku sudah memaafkan Ayah seratus persen. Aku lebih senang mengatakan bahwa aku sudah berdamai dengan semua kekacauan yang pernah terjadi. Pada akhirnya aku mencoba menerima semua keadaan, meski kadang sulit, tapi aku berhasil melaluinya. Hingga saat ini pun, Ayah masih berpoligami dan Ibu sudah tidak mempermasalahkannya lagi. Kelegowoan hati menerima takdir yang telah digariskan Tuhan seakan menyadarkanku, bahwa keluarga tetaplah menjadi tujuan kita kembali pulang, meski dalam perjalanannya kita terluka.
Itulah keluarga.
#ChangeMaker