Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.
***
Oleh: Ilona Tanjung
Advertisement
Pada bulan Juli tahun 2001 Tuhan Sang Maha Pembolak Balik hati manusia menuliskan takdirku dan adik-adik mengenai seorang pria paruh baya yang akan menjadi ayah sambung kami. Tuhan pula yang menyentuh hati beliau sehingga menyayangi kami dengan seluruh hidup dan waktu yang ia miliki.
Aku tidak kuasa membendung air mata setiap kali membicarakan beliau, ayah sambungku. Matanya yang hangat dan teduh serta semua ketulusan yang ia berikan selalu berhasil membuat aku terisak saat mengenangnya. Seluruh kenangan masa kecil itu seakan baru saja terjadi kemarin dan terus terulang di kepalaku layaknya film yang aku tonton berulang ulang
Istri beliau meninggal dunia beberapa tahun sebelum kami mengenalnya. Ia menikah dengan ibuku pada tahun 2001, saat itu ibuku adalah seorang single parent di mana kala itu keadaan kami sebenarnya tidak begitu baik. Aku sangat paham sekali pasti tidak mudah menjadi single mom yang harus bekerja dan mengurus 3 anak yang masih sangat kecil dengan kebutuhan hidup yang tinggi.
Bapak dan ibu menikah tanpa melalui proses pacaran. Sekitar satu bulan setelah saling mengenal bapak dan ibuku memutuskan untuk tidak membuang waktu karena merasa tidak lagi muda. Sejak bapak tinggal di rumah, hidup kami berangsur membaik.
Bapak seorang wirausahawan sehingga memiliki waktu fleksibel dalam pekerjaannya. Aku sangat bahagia sekali saat bapak melarang ibu bekerja dan menyarankan lebih baik ibu di rumah bersama kami. Suasana rumah yang dulu selalu sepi berubah menjadi semarak karena kebetulan bapak juga mempunyai dua anak perempuan yang salah satu nya seumuran denganku. Mereka sangat baik dan menganggap kami saudara kandung.
Sejak kehadiran bapak juga setiap pagi ibu memasak banyak makanan enak untuk kami dan tersenyum serta berdendang sesekali di dapur. Hal ini tidak pernah kusaksikan sebelumnya karena menurutku ibu lebih sering terlihat capek dan murung.
Advertisement
Ketulusan yang Luar Biasa
Tidak terhitung ketulusan yang bapak berikan kepada kami, jika aku ceritakan semuanya mungkin akan menjadi beberapa novel, tapi tentu saja ada beberapa kejadian yang sangat berkesan di hatiku seperti seminggu setelah menikah dengan ibu, bapak datang ke sekolah kami dan melunasi uang SPP yang belum kami bayar sekaligus membayar juga uang SPP untuk tahun depan tanpa sepengetahuan kami.
Kejadian lain yang berkesan adalah bapak selalu datang ke rumah nenek (orangtua ibuku) setiap bulan untuk membawakan berbagai sembako dan uang bulanan. Lalu beliau juga selalu menyebutku sebagai anak ketiga saat berbicara dengan orang lain mengenai kami, aku tidak pernah mendengar beliau menyebut kami dengan sebutan "anak tiri" maka kami pun tidak pernah menganggap beliau bapak sambung.
Satu satunya hal yang tidak pernah terbayang dalam pikiranku adalah beliau menabung biaya kuliah untukku dan memberikannya pada saat aku lulus SMK. Sungguh aku menulis ini dengan air mata membasahi wajah karena teringat wajah dan sorot mata beliau saat itu.
Singkat cerita aku berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan. Di Jakarta lah aku bertemu dengan pria baik yang saat ini menjadi suamiku. Ketika aku sudah lulus dan bekerja serta menerima gaji pertamaku, aku memasukkannya kedalam sebuah amplop putih dan membawanya pulang untuk kuberikan kepada bapak, namun beliau menangis dan menggeleng.
Aku memeluk beliau, mengucapkan terima kasih sambil menangis.
Bapak selalu menasihatiku untuk hormat dan sayang kepada ayah kandungku, meskipun sulit aku berusaha keras membuka hatiku. Bapak saja sayang kepada kami yang bukan darah dagingnya, sehingga sudah seharusnya aku belajar banyak ketulusan dari beliau. Aku bersyukur kami memiliki 2 ayah yang Tuhan kirimkan kepada kami, mereka menyayangi kami meskipun dengan cara yang berbeda.
Aku selalu yakin ini memang takdir yang sudah ditulis oleh Tuhan dan aku akan menjalani takdirku dengan gembira. Yang aku perlukan adalah selalu introspeksi diri agar menjadi diriku yang lebih baik lagi dari hari ke hari. Sekarang karena sudah memiliki suami dan anak, aku hanya bisa berkomunikasi via suara dan video call dengan keluarga tercintaku di sana, tapi tak apa karena aku yakin Tuhan tidak pernah salah menulis kisah.
Ah Bapak... Aku rindu. Aku kini sudah menikah, tinggal di kota yang berbeda dan tidak lagi merepotkanmu. Izinkan aku untuk selalu menyayangi dan menjadi anakmu yang berbakti hingga kau semakin menua nanti.
#ChangeMaker