Fimela.com, Jakarta Surat Al Kautsar adalah salah satu surat didalam Al Qur’an yang penuh makna. Surat ini merupakan surat ke-108 dalam Al Qur’an, walaupun hanya terdiri dari tiga ayat saja, setiap ayatnya memiliki kandungan dan maksud yang sangat luas. Dalam Surat Al Kautsar juga terdapat perintah untuk mendirikan sholat dan mensyukuri nikmat.
BACA JUGA: Memahami Kandungan Surat Al Ashr Ayat 1-3
Allah SWT senantiasa berfirman dan menunjukkan kekuasaan-Nya melalui surat-surat yang ada dalam Al Qur’an, itulah mengapa Al Qur’an menjadi pedoman bagi umat islam dalam menjalani kehidupan di dunia dan bekal untuk di akhirat nanti. Tidak terkecuali ayat-ayat yang terdapat dalam Surat Al Kautsar dimana Allah SWT menjelaskan jaminan surga bagi mereka yang meneladani Rasulullah.
Advertisement
BACA JUGA
Inti dari Surat Al Kautsar sendiri menurut Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al Azhar, adalah perintah untuk melaksanakan sholat dan berkorban karena Allah SWT memberikan banyak kenikmatan untuk mereka yang beriman. Sedangkan bagi mereka yang kafir karena membenci Rasulullah akan terputus dari pertolongan-Nya.
Untuk lebih jelasnya, Fimela.com kali ini akan mengulas makna yang terdapat dalam Surat Al Kautsar tentang perintah sholat dan mensyukuri nikmat. Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Advertisement
Bunyi dan Terjemahan Surat Al Kautsar
Sebagai informasi, Surat Al Kautsar adalah surat terpendek dalam Al Qur’an karena hanya terdiri dari tiga ayat saja dan termasuk dalam golongan surat Makkiyah. Agar kamu bisa memahami maknanya, kamu perlu tahu dulu bunyi serta terjemahan dari Surat Al Kautsar. Berikut ini bunyi dan terjemahan surat Al Kautsar:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
innā a'ṭainākal-kauṡar
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
fa ṣalli lirabbika wan-ḥar
Artinya: Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
inna syāni`aka huwal-abtar
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
Makna Surat Al Kautsar
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa didalam Surat Al Kautsar memiliki makna yang luas mengenai nikmat dan perintah yang diberikan oleh Allah SWT. Terdiri dari tiga ayat saja namun memiliki makna yang luar biasa karena bisa memberikan petunjuk kepada manusia untuk bertakwa. Berikut makna-makna yang terdapat dalam Surat Al Qur’an:
Menjelaskan Kekuasaan Allah SWT Melalui Nikmat-Nya yang Amat Banyak
Pada ayat yang pertama dalam Surat Al Kautsar, Allah SWT menjelaskan bahwa manusia sesungguhnya dikaruniai banyak nikmat. Hal ini Allah SWT tunjukkan melalui nikmat-Nya yang diberikan kepada Rasulullah diantaranya, diizinkan untuk memberi syafaat ‘uzhma di padang mahsyar, orang pertama yang diizinkan Allah untuk membuka pintu surga, dan banyak lagi kebaikan lainnya yang tidak bisa terhitung.
Makna ini juga diriwayatkan oleh Imam al Bukhari rahimahullah dari sahabat Abdullah bin Abbad ra, bahwa beliau berkata tentang makna al Kautsar, “Dia (Al Kautsar) adalah kebaikan-kebaikan yang telah Allah SWT berikan kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam” (Shahih al Bukhari no. 4966).
Oleh karena itu, sebagai hamba-Nya kita dianjurkan untuk senantiasa bersyukur dengan nikmat yang telah Allah SWT berikan. Nikmat tersebut tidak hanya rezeki dalam hal materi saja, kesempatan hidup hari ini dan ketenangan jiwa sesungguhnya adalah nikmat sangat besar karena sesungguhnya manusia seringkali lalai dengan nikmat Allah SWT sehingga ia tidak menjadi hamba yang pandai bersyukur.
Perintah Untuk Mendirikan Sholat dan Berkurban
Selanjutnya, makna yang lain dan tidak kalah penting yang terdapat dalam Surat Al Kautsar terdapat pada ayat kedua yang berbunyi, “Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu dan berkurbanlah”. Melalui ayat ini kita mengetahui bahwa terdapat dua ibadah yang secara khusus diperintahkan oleh Allah SWT yakni, sholat dan kurban.
Selain perintah untuk mendirikan sholat dan berkurban, terdapat dalil penting yang menjelaskan hukum dan tata cara dalam ibadah kurban. Ayat tersebut memiliki arti, “Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu dan berkurbanlah”. Disini disebutkan perintah sholat terlebih dahulu dikerjakan, setelah itu baru menyembelih hewan kurban. Inilah urutan yang harus kita ikuti karena jika ibadah kurban dilakukan sebelum sholat, maka hewan tersebut tidak dihukumi sebagai daging kurban melainkan sebagai daging sedekah biasa.
Hal ini juga serupa dengan sabda Rasulullah dalam khutbahnya saat Sholat Idul Adha:
“Barangsiapa mengerjakan shalat seperti shalat kami dan menyembelih hewan kurban seperti kami, maka telah benar kurbannya. Dan barangsiapa menyembelih sebelum shalat (Idul Adha) maka hendaklah dia menggantinya dengan yang lain.” (HR. al-Bukhari no. 5563 dan Muslim no. 1553)
Kaum yang Terputus dari Rahmat dan Pertolongan Allah SWT
Makna penting dari Surat Al Kautsar juga terdapat pada ayar ketiganya yang merupakan ayat terakhir. Pada ayat ketiga, Allah menjelaskan secara tegas golongan orang-orang yang terputus dari rahmat dan pertolongan-Nya. Berikut terjemahan ayat ketiganya:
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”.
Berdasarkan Imam Ibnu Katsir wa., salah seorang ahlul kitab yang bernama Ka’ab bin al Asyraf ketika datang ke kota Makkah dan bertemu dengan kaum Quraisy, lalu mereka mengatakan kepada Ka’ab bin al Asyraf:
“Bagaimana menurutmu wahai Ka’ab tentang orang yang tidak memiliki keturunan lagi, memutus hubungan dengan kaumnya (yaitu Muhammad) dan menganggap dirinya lebih baik dari kami, padahal kami adalah kaum yang senantiasa berhaji, berkhidmat menjaga Ka’bah dan melayani serta memberi minum kepada jama’ah haji?” Kemudian Ka’ab bin al Asyraf mengatakan, “Kalian lebih mulia dibandingkan dia (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)”.
Setelah pernyataan tersebut, turunlah ayat ketiga dari surat Al Kautsar ini, yang berarti, “Sesungguhnya orang yang membencimu dia lah orang yang terputus”. (Tafsir Ibnu Katsir 2/295).
Berdasarkan tafsir as Sa’di hal. 936, arti kata terputus pada ayat tersebut berarti terputus dari setiap kebaikan, amalan, dan sanjungan. Dalam tafsir tersebut juga dikatakan bahwa Rasulullah menjadi manusia paling sempurna dan memiliki kedudukan di sisi seluruh makhluk, berupa tingginya pujian kepadanya, banyaknya pembela dan pengikutnya.