Fimela.com, Jakarta Mengubah rutinitas di tengah pandemi virus corona ini memang tidak mudah. Mengatasi rasa cemas dan was-was pun membuat kita tak nyaman. Kita semua pun berharap semua keadaan akan segera membaik. Sahabat Fimela yang satu ini pun membagikan kisahnya tentang keseharian dan rutinitasnya selama masa pandemi ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: D
Pernah terlintas dalam pikiran saya ketika menonton berita di televisi tentang wabah penyakit yang terjadi di Wuhan, sampai menyebar hingga ke Indonesia. Rasa-rasanya berhadapan langsung dengan zombie yang ada di film-film. Semua orang sibuk menyelamatkan diri, lari, dan bersembunyi. Waktu itu, awal dari merebaknya cerita soal virus corona atau covid-19, yang hampir mengisi semua lini media massa.
Lalu, beberapa minggu kemudian, ketakutan bak hidup di negara berzombie, mau tidak mau seakan menjadi nyata. Pandemi itu pun benar menyerang Indonesia. Bermula saat heboh pemberitaan dua orang yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona, hingga saat ini mencapai ribuan jiwa. Bahkan sudah memakan ratusan korban jiwa, mulai dari kalangan medis yang berada di garda terdepan, hingga kalangan masyarakat dari berbagai kota di Indonesia.
Pemerintah pun melakukan berbagai cara untuk menekan angka peningkatan korban dari pandemi ini, salah satunya dengan mencanangkan aturan agar masyarakat Indonesia berdiam di rumah. Dengan tagar "di rumah aja" masyarakat diimbau untuk melakukan semua kegiatan dan rutinitas sehari-hari di dalam rumah, seperti bekerja dan bersekolah dari rumah, dengan media online tentunya.
Mungkin bagi sebagian orang yang berkarier dan bekerja di luar rumah, berdiam diri di rumah merupakan hal baru yang dilakukan di luar rutinitas seperti biasanya. Namun, bagi saya sendiri, seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak balita, ini adalah hal lumrah. Baik itu diberlakukan lockdown, PSBB, dan sebagainya, maupun tidak, saya dan anak-anak memang selalu berada di rumah.
Rutinitas dalam mengurus rumah dan anak-anak, saya lakukan sejak pagi hingga bertemu pagi lagi. Seperti halnya memasak, yang dewasa ini menjadi sorotan, merupakan hobi dan rutinitas baru bagi sebagian publik figur maupun wanita karier kebanyakan. Sehingga mereka pun berbondong-bondong mem-posting foto maupun video saat mereka memasak dan menyajikan makanan di media sosial masing-masing. Sedangkan bagi saya, di samping bukan karena hobi, tetapi wajib dikerjakan mengingat makan adalah kebutuhan primer bagi semua orang yang didapat dengan cara memasak. Meskipun berbeda jenis yang menjadi komposisi dalam memasak, namun pekerjaan ini merupakan hal lazim bagi diri saya sendiri, jika diibaratkan, bukan barang mewah lagi.
Selain itu, setelah lebih kurang dua minggu berada "di rumah aja", mungkin sebagian orang yang biasa larut dalam karier dan pekerjaan di luar rumah, sudah mulai dilanda kebosanan. Namun, saya dan anak-anak, sudah kebal berada di rumah. Bagi saya dan suami, untuk mengajak anak-anak bermain ke taman kota saja bisa dihitung dengan jari, satu atau dua kali dalam dua bulan. Ditambah lagi posisi rumah kami yang memang jauh dari pusat keramaian dan tengah kota. Sungguh pun begitu, kami sudah sangat senang dan bisa mengikis sedikit rasa bosan berada di dalam rumah.
Advertisement
Berusaha Jaga Diri dan Keluarga
Hari demi hari, media massa terus menginformasikan perkembangan virus corona. Jumlah yang positif terjangkit virus ini pun kian bertambah, membuat masyarakat semakin meningkatkan kewaspadaan. Seperti yang diberitakan juga, gerakan phsycal distancing untuk berdiam di rumah terus digalakkan. Sebagian besar orang mempersiapkan kebutuhan untuk aktivitas "di rumah aja" dengan sebaik-baiknya, mulai dari kebutuhan pokok, seperti beras, lauk pauk, dan sebagianya, hingga kebutuhan kesehatan, seperti vitamin, desinfektan, masker, dan lainnya.
Pengalaman saya sendiri dalam beberapa bulan terakhir ini, tidak ada persiapan yang berarti di tengah pandemi virus corona, semua berjalan seperti sedia kala. Meski begitu, saya tetap merasa bersyukur karena masih ada saudara-saudara di luar sana yang kondisinya tidak lebih baik dari keluarga kami. Dan syukurnya lagi, pemerintah sendiri sudah sigap memberikan bantuan bagi masyarakat yang kurang mampu di berbagai penjuru kota dan pelosok, terutama yang terdampak positif virus corona. Selain itu juga, banyak dari masyarakat yang berada, membantu sesama yang membutuhkan, baik berupa bahan makanan maupun APD (alat pelindung diri). Adapun tenaga medis di beberapa rumah sakit di Indonesia juga mendapatkan banyak sumbangan dari berbagai kalangan dalam maupun luar negeri, seperti APD, vitamin, obat-obatan, makanan, dan lain sebagainya.
Begitulah, sederetan kondisi yang terjadi di musim virus corona atau covid-19 ini. Banyak perubahan yang terjadi di berbagai lini kehidupan, di Indonesia bahkan seluruh dunia. Meskipun dalam keluarga kami sendiri tak membawa banyak perubahan. Namun, ada satu hal yang sangat saya takutkan. Saya dan anak-anak memang selalu berada di rumah dalam menjalankan keseharian, kecuali suami saya. Nah, di sinilah hal yang membuat saya merasa dihantui oleh si corona ini.
Sebabnya, suami saya adalah seorang tukang ojek online, yang merupakan satu-satunya mata pencaharian keluarga kecil kami. Jadi, dia harus terus bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan keluarga, meski di tengah pandemi covid-19 ini. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, perasaan cemas ini selalu menyertai ketika memikirkan kondisi suami yang harus bekerja di jalanan yang rentan dengan pandemi. Siapa yang tahu, kapan dan di mana saja ada seseorang yang bisa membawa dan menularkan virus ini.
Walaupun sebenarnya wilayah kami saat ini belum bahkan jangan sampai separah kota-kota lain yang terdampak virus, tetapi sebagai manusia awam, kami harus selalu merasa waspada, serta mengikuti peraturan pemerintah dan ahlinya. Jadi, selain perlengkapan untuk mengojek, saat ini suami saya juga memakai masker dan membawa hand sanitizer. Selain itu juga, tak lupa saya panjatkan doa dari rumah untuk suami saya dan keberlangsungan hidup kami dan saudara-saudara di seluruh dunia di tengah pandemi ini. Jadi, meskipun hari-hari kali ini dijalani dengan penuh rasa cemas, namun jiwa dan raga kami tetap kuat bersama doa.
Sungguh, manusia saat ini memang sedang direpotkan oleh mikroorganisme. Saya pribadi selalu mendoakan semoga Tuhan segera mengangkat penyakit ini dari muka bumi, karena sampai saat ini kita tidak tahu siapa lagi yang akan terjangkit dan menjangkiti, kecuali Allah hilangkan penyakitnya.
Hikmahnya adalah jangan pernah merasa sombong atas apa yang dimiliki saat ini, karena kepunyaan itu tak berarti apa-apa selain betapa berharganya kesehatan. Mari berkontribusi untuk selalu menjaga kesehatan diri, keluarga dan kerabat dengan diam "di rumah aja", kecuali yang benar-benar terpaksa harus keluar rumah, seperti suami saya. Selain masyarakat yang bekerja sama dalam menekan angka meningkatnya wabah, dengan diam "di rumah aja", semoga pemerintah pun selalu siap siaga dalam menangani masalah ini hingga merata sampai ke pelosok desa. Dan untuk para tenaga medis di seluruh dunia semoga selalu diberi kekuatan dan kesehatan, serta amal perbuatannya diganjar pahala yang berlipat ganda.
Cek Video di Bawah Ini
#ChangeMaker