Fimela.com, Jakarta Para ilmuwan dan ahli kesehatan terus mencari berbagai alternatif untuk menemukan obat yang bisa menyembuhkan virus corona. Beberapa obat yang sudah ada seperti avigan dan chloroquine disebut-sebut bisa dijadikan sebagai obat virus yang menyerang pernapasan tersebut.
Belakangan, nama obat hydroxychloroquine juga disinyalir efektif mengobati maupun mencegah virus corona. Mirip dengan chloroquine, kedua obat ini belum diuji klinis secara luas dan dikhawatirkan menimbulkan efek samping terhadap jantung.
Advertisement
BACA JUGA
Hingga kini memang belum ada pengobatan yang disetujui oleh Food and Drug Administration AS untuk mengobati virus corona. Namun profesor kedokteran pencegahan dan penyakit menular di Vanderbilt University School of Medicine, William Schaffner menyebut bahwa hydroxychloroquine telah digunakan setidaknya di bagian dunia yang lebih maju untuk pengobatan lupus dan lebih aman.
"Ada beberapa laporan, hydroxychloroquine efektif untuk COVID-19, tapi harus uji klinis. Saya pikir penting untuk menunjukkan, ada bukti mendukung uji coba obat tersebut. Dan kami benar-benar berharap melihat data-data untuk menilai keamanan dan kemanjuran obat," ungkap Hahn.
Advertisement
Peneliti Prancis lakukan studi
Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kini sedang menunggu hasil studi evaluasi penggunaan chloroquine dan hydroxychloroquine. Para dokter pun diperingatkan untuk ikut serta mencari dan memastikan efek samping dari kedua obat tersebut.
Yang terbaru, studi yang dibuat para ilmuwan Prancis menyebut bahwa hydroxychloroquine tidak membantu penyembuhan pasien virus corona. Malah memiliki keterkaitan dengan komplikasi jantung.
Menurut dr. Paul Offit, spesialis penyakit menular di Children's Hospital of Philadelphia, hydroxychloroquine memiliki efek samping, seperti racun yang mengharuskan penggunaannya untuk dihentikan.
Dalam studi yang sama diungkap bahwa catatan medis oleh para dokter untuk setengah dari 181 pasien virus corona yang menderita pneumonia membutuhkan oksigen tambahan setelah diberikan hydroxychloroquine dalam 48 jam setelah dirawat di rumah sakit.
Â
Hasil penemuan dalam studi
Para dokter pun menemukan tidak terjadi perubahan signifikan pada kondisi pasien atau mengurangi peluang pasien untuk tidak dirawat di unit perawatan intensif.
Studi ini juga mendapati delapan pasien yang menggunakan obat ini mengalami detakan jantung yang abnormal sehingga harus diberhentikan penggunaannya. Ini memang merupakan efek samping dari penggunaan hydroxychloroquine.
"Hasil ini tidak mendukung penggunaan (hydroxychloroquine) pada pasien yang dirawat di rumah sakit untuk pneumonia hipoksik positif SARSCoV-2," kata para penulis dalam studi tersebut.
Â
Advertisement
Simak video berikut ini
#changemaker