Fimela.com, Jakarta Carrimycin belakangan ini menjadi trending topic. Bukan saja karena namanya yang mirip dengan penyedap rasa, tetapi Carrimycin merupakan obat yang disebut-sebut bisa digunakan untuk pasien terinfeksi virus Corona atau COVID-19.
Hal ini pertama kali ditulis mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan dalam blognya, yang membahas tentang Carrimycin sebagai obat Corona. Dahlan menulis, obat ini dikembangkan Cina dan merupakan obat baru yang hingga kini sudah digunakan di 9 rumah sakit di 9 kota di Cina.
Lebih jauh lagi, tulis Liputan6, obat itu juga telah mengalami uji klinik di kesembilan rumah sakit tersebut sejak awal Februari 2020. Obat itu diuji coba terhadap 500 lebih relawan yang berumur 18 hingga 70 tahun.
Advertisement
BACA JUGA
"Di sembilan rumah sakit itu pula uji klinis sudah dilakukan. Sejak awal Februari lalu. Terhadap 500 lebih relawan. Yang berumur antara 18 sampai 70 tahun," ujar Dahlan dalam blog Disway.
Selain itu, Dahlan juga menulis para relawan tersebut memang terinfeksi virus Corona yang terbagi dalam beberapa kelompok, berdasarkan umur, jenis kelamin, dan stadium penyakit.
"Semua relawan uji coba itu harus penderita Covid-19. Mereka dibagi dalam banyak kelompok. Ada kelompok umur. Ada kelompok jenis kelamin. Ada pula kelompok stadium sakitnya: ringan, sedang, dan berat," katanya.
Advertisement
Uji Coba Sejak Februari 2020
Bukan hanya Dahlan yang tahu tentang kabar ini. Liputan6 melaporkan, lama US National Library of Medicine juga mencatat hal yang sama. Dalam laman tersebut, tertulis Carrimycin sedang dalam proses uji klinis dan terdaftar sejak 27 Februari 2020. Jadi, obat ini masih dalam masa uji coba pada beberapa pasien yang mengalami COVID-19. Jika berhasil, Cina akan memproduksinya secara masif.
Selain itu, hal serupa juga dikatakan para peneliti dari Clinicaltrials.gov. Menurut mereka, pihaknya akan meluncurkan proyek ilmiah Kemanjuran dan Keamanan Pengobatan Carrimycin pada 520 pasien dengan COVID-19 secara bertingkat dan dalam uji klinis.
"Novel coronavirus infectious disease (COVID-19) yang diinduksi oleh novel coronavirus (SARS-CoV-2) pada Desember 2019 telah mewabah di Wuhan. Hal ini dapat menyebabkan risiko epidemi di dunia. Karena COVID-19 adalah penyakit menular yang baru muncul, dan belum diakui secara ilmiah dan tidak ada obat yang efektif untuk pengobatan saat ini. Oleh karena itu, kami akan meluncurkan proyek ilmiah "Kemanjuran dan keamanan pengobatan Carrimycin pada 520 pasien dengan COVID-19 bertingkat secara klinis," tulis peneliti, seperti dikutip Liputan6 dari clinicaltrials.gov
#ChangeMaker