Fimela.com, Jakarta Mengubah rutinitas di tengah panedemi virus corona ini memang tidak mudah. Mengatasi rasa cemas dan was-was pun membuat kita tak nyaman. Kita semua pun berharap semua keadaan akan segera membaik. Melalui Lomba Share Your Stories: Berbagi Cerita tentang Pandemi Virus Corona ini Sahabat Fimela berbagai cerita dan harapannya di situasi ini. Langsung ikuti tulisannya di sini, ya.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Ika Wulandari
"Ini bukan hanya tentang aku atau kamu. Tapi, tentang kita dan orang-orang yang kita sayangi. Stop, penyebaran corona mulai sekarang."
Wabah virus corona yang terjadi di kota Wuhan akhir tahun kemarin menjadi momok bagi masyarakat dunia. Tak terkecuali masyarakat Indonesia. Di seluruh Tiongkok, ada sekitar 1.800 orang meninggal karena terinfeksi virus corona. Sebagian besar, mereka berada di kota Wuhan yang menjadi pusat penyebaran virus corona ini. Ketika mendengarnya, mungkin kata pertama kali yang terdengar adalah "ngeri". Bagaimana tidak, virus ini begitu cepat menular. Saat ini, sudah banyak kasus pasien yang meninggal karena virus corona. Bahkan tidak mungkin, jumlah pasien akan terus bertambah setiap harinya. Dengan keadaan seperti ini, kita harus saling support satu sama lain.
Pandemi Ini Bukanlah Keinginan Kita Semua
Tidak ada yang patut disalahkan dalam hal ini. Ini semua bukanlah keinginan kita semua. Kita semua menginginkan bencana ini segera berakhir agar kita dapat beraktivitas seperti biasa. Semenjak pemerintah memberlakukan lockdown, mau tak mau kita harus tetap di rumah. Rasanya sudah banyak sekali yang ingin kita lakukan. Keluar rumah, bekerja, berkumpul bersama teman bahkan beribadah seperti biasa. Bahkan kita wajib menggunakan masker jika ingin keluar rumah.
Advertisement
Tetap Bekerja di Tengah Pandemi Membuatku Lebih Peduli Sesama
Semenjak pemerintah memberlakukan lockdown, banyak perusahaan yang menyuruh karyawan untuk bekerja dari rumah atau WFH (work from home). Namun, bagi saya yang bekerja di bagian administrasi rumah sakit tidak memungkinkan jika ikut bekerja dirumah. Banyak pasien yang masih harus saya dan teman-teman layani. Rasanya ingin seperti itu, tapi apa ada ini adalah bentuk tanggung jawab saya kepada pekerjaan.
Bahkan, ada tetangga yang selalu nyinyir setiap kali saya pergi kerja. Tak jarang, mereka sering menakut-nakuti saya. Katanya, "Awas nanti kena corona." Mereka bilang begitu sambil ketawa-ketawa. Rasanya ingin marah namun saya pendam. Untuk apa saya harus melayani mereka. Toh, kalau saya seperti itu berarti sama saja saya seperti mereka.
Saya hanya tersenyum setiap kali mereka berkata seperti itu. Mereka tidak tahu betapa menakutkannya bekerja di rumah sakit rujukan corona apalagi di saat seperti ini. Dokter, perawat dan tenaga medis jauh lebih berat pekerjaannya ketimbang kami. Bahkan, tidak mungkin diri sendiri bisa ikut terinfeksi. Belum lagi, ada keluarga di rumah yang menanti setelah pulang bekerja. Saya semakin takut. Namun, ketika bersama teman-teman kerja saya menjadi tidak takut. Malah yang ada kami semakin peduli. Peduli akan kesehatan dan kebersihan diri dan lingkungan kerja. Peduli dengan pasien corona ataupun pasien yang lainnya.
Setiap kali bekerja, saya dan teman-teman tetap melayani pasien seperti biasa. Tetap tersenyum, ramah, dan sopan merupakan bentuk kepedulian saya terhadap pasien di tengah kondisi saat ini. Walaupun, saya harus jaga jarak dan mawas diri agar tidak terjangkit virus ini. Ini adalah cara saya mengisi rutinitas disela-sela virus corona melanda. Sibuk bekerja namun tidak melupakan keluarga di rumah.
Ketika sedang di rumah, saya melakukan hal-hal yang saya sukai. Ini bukan hanya tentang aku atau kamu. Tapi, tentang kita dan orang-orang yang kita sayangi. Stop penyebaran corona mulai sekarang. Tetap #dirumahaja, sering mencuci tangan menggunakan sabun sekitar 20 detik, memakai masker, jaga kesehatan, dan kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan imun tubuh. Mari kita saling mendoakan dan saling support agar pandemi ini segera berakhir.
#ChangeMaker