Fimela.com, Jakarta Mencintai diri sendiri bukanlah tindakan egois. Justru dengan mencintai diri sendiri, kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Di antara kita ada yang harus melewati banyak hal berat dalam hidup sampai rasanya sudah tak punya harapan apa-apa lagi. Namun, dengan kembali mencintai diri sendiri dan membenahi diri, cahaya baru dalam hidup akan kembali bersinar. Melalui salah satu tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba My Self-Love Story: Caramu untuk Mencintai Diri ini kita akan memetik sebuah inspirasi baru yang dapat mencerahkan kembali hidup kita.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Cynthia Dewi Eka R
Setahun ini saya menjalani sebuah perjalanan berupa pelajaran hidup yang terabaikan oleh kata dan telinga saya, membuat saya terbangun dan tersadar akan arti sebuah kalimat tentang menerima diri sendiri dan selalu bersyukur akan apa pun yang terjadi di hidup kita. Saya adalah seorang generasi yang lahir di era tahun 80an dan hidup di era digital yang lebih ekspresif dan privacy adalah sebuah ekslusivitas, atau mungkin sebuah kemewahan tersendiri. Dunia media sosial sangat mempengaruhi akan penilaian diri sendiri dan pendapat orang lain akan fisik, pendapat dan gaya hidup seseorang.
Ada berbagai alasan pengguna media sosial untuk mem-posting kegiatan mereka yaitu bisa untuk mengekspresikan diri, memberi informasi, mendapatkan pengakuaan diri, atau hanya ingin mendapatkan sebuah tanda ‘love’ untuk membuat mereka senang. Namun, ada risiko mengancam dari sebuah postingan, yaitu kritikan dan biasanya berupa kalimat dan pendapat pedas yamg berakibat turunnya kepercayaan diri dan terganggunya kesehatan mental. Bagi mereka yang tidak memiliki kekuatan untuk pertahanan diri akan berakibat menurunnya rasa percaya diri dan kesehatan mental terganggu, dan yang paling berbahaya adalah dia mempercayai komentar negatif dari para haters dan membenci dirinya sendiri.
Ada banyak orang yang tidak menyadari bahwa penampilan seseorang di media sosial adalah gambaran terkonsep demi suatu tujuan. Di mana sebenarnya realita yang sebenarnya tidaklah sesempurna yang terlihat dalam sebuah gambar yang menarik dan membuat iri serta membuat seseorang merasa terintimidasi.
Â
Â
Â
Advertisement
Berjuang Sembuh dari Jerawat
Beberapa tahun yang lalu saat saya berusia remaja dan masih terpengaruh akan penampilan seorang model di majalah, saya selalu bermimpi dan berusaha agar memiliki standar cantik yang dikampanyekan oleh para produsen kecantikan remaja. Saya memiliki tubuh mungil dan berkulit medium khas Indonesia. Saat itu kriteria cantik adalah gadis tinggi ramping, berkulit putih dan berambut hitam lurus dan panjang, dan entah sampai sekarang pun masih dipopulerkan arti cantik seorang wanita dengan kriteria tersebut.
Sebuah peristiwa yang mampu mengubah arti cantik dan bersyukur versi saya adalah saat saya berusia 30 tahunan. Selama ini saya berjuang sebagai seorang acne fighter sejak usia remaja, dan hampir selama 15 tahun saya telah berjuang untuk mendapatkan kulit wajah bersih dan sehat. Saya dikenal sebagai gadis berjerawat sebagai identitas diri dan nama belakang saya yang diberikan teman-teman saya untuk mengingat sosok saya. Saya sudah mengeluarkan banyak dana, waktu, dan tenaga agar bisa mendapatkan kulit wajah bersih dari jerawat.
Hingga puncaknya adalah saat saya berusia 25 tahun di mana seorang gadis muda nan cantik, tinggi, putih, dan berambut hitam lurus panjang mengatakan bahwa saya adalah wanita pendek, sudah tua, tidak laku, dan jerawatan pula. Saat itu saya hanya terdiam dan meninggalkan dia yang masih berusaha untuk membuat saya merasa rendah diri. Yang saya sadari adalah ternyata usaha selama 10 tahun untuk mendapatkan kulit wajah bersih tanpa jerawat dan sehat masih belum ada hasil dan saya makin terpacu untuk lebih berusaha lebih lagi.
Saya sempat beberapa kali berpindah klinik dokter kulit untuk pengobatan jerawat saya dan perawatan kulit wajah saya demi trrlihat bersih dan sehat. Dan saya mendapatkan hal itu di usia 30 tahunan, perjuangan selama 15 tahun membuahkan hasil. Ada beberapa faktor yang mendukung hal itu dan sampai saat ini saya masih mempelajarinya. Boleh dikatakan saya sangat puas dengan hasilnya, dan saya menjadi percaya diri karena keluarga dan teman-teman saya memberikan selamat akan wajah bersih saya.
Saat menginjak usia 32 tahun, saya memutuskan untuk menghentikan segala krim yang saya gunakan dari klinik dokter dan berniat untuk memakai produk yang ada di pasaran karena saya merasa kulit wajah sudah baik-baik saja. Untuk itu saya disarankan untuk menetralkan kulit wajah selama satu atau dua bulan. Awal mulanya yang saya alami adalah wajah menjadi kusam, tetapi saya tetap meneruskan dan ternyata berhasil, akhirnya selama 2 tahun wajah saya sangat cocok dengan produk baru yang saya gunakan dam lepas dari krim dokter kulit.
Lebih Berhati-hati
Dengan makin berkembangnya kampanye akan dunia kesehatan dan kecantikan wajah serta kulit menjadikan saya semakin antusias untuk menguliknya. Saat ini usia saya sudah akan memasuki usia 40 tahun, dan wanita di dunia sangat tertarik akan kondisi kulit wajah alami tanpa make up sebagai dasar dan patokan yang dinamakan kecantikan alami tanpa make up. Ada beberapa wanita dengan penuh percaya diri memperlihatkan kondisi wajah mereka secara nyata tanpa polesan atau krim penutup ketidaksempurnaan seperti jerawat, bekas jerawat, kantung hitam di bawah mata, atau bahkan bintik alami di wajah mereka. Hal ini membuat para wanita berusaha dan berlomba untuk memiliki dasar kecantikaan alami yang nyata bukan hanya hasil filter dari kamera yang sangat jahat.
Banyak produsen kosmetik dan perawatan tubuh membuat seri produk khusus berupa perawatan kulit wajah dan sangat diminati. Para wanita dengan segala permasalahnnya sangat tergiur dan tertarik akan hasil testimoni dari para beauty vloggers ataupun para penjual dengan berbagai promosi berupa iklan yang memberikan mimpi dan janji yang belum tentu nyata hasilnya. Termasuk saya, saya tanpa berpikir panjang mencoba produk baru tersebut tanpa melakukan penyelidikan secara detail dan adil, dimana saya hanya percaya pada iklan dan janji manis penjual berupa testimoni bagus yang pastinya sudah terkonsep untuk meningkatkan penjualan suatu produk.
Dan benar saja, wajah saya menjadi hancur bahkan mengalami jerawatan terparah selama saya hidup dan berjuang untuk menghilangkan jerawat saya selama 20 tahun ini. Saya tetap memakai produk itu sampai beberapa bulan dimana saya mempercayai bahwa itu adalah bagian dari proses penyesuaian kulit terhadap produk baru yang saya gunakan.
Sebenarnya kondisi awal wajah saya tidaklah berjerawat parah dan hanya ingin terlihat cerah merona dan awet muda alami. Namun seiring waktu keluarga dan teman-teman saya mencoba memperingatkan saya akan kondisi kukit wajah saya yang menunjukkan progress negatif sejak 2 bulan pemakaian, awalnya saya mengelak dan masih percaya akan iklan dan testimoni yang selalu gencar saya terima. Hingga akhirnya saya tersadar di bulan ke 6 pemakaian produk tersebut dan saya memutuskan berhenti menggunakannya setelah saya menemukan banyak konsumen yang mengalami hal buruk seperti yang saya alami.
Masa 6 bulan tersebut adalah masa terendah mental saya dalam mengobati jerawat selama 20 tahun ini, saya merasa di titik terendah akan kepercayaaan diri saya. Kondisi wajah saya saat itu hampir penuh dengan jerawat yang merah besar dan kecil serta bernanah, setiap hari selalu muncul jerawat baru di area yang berbeda, dan setiap pagi saya selalu ingin menangis setiap bercermin.
Saya baru menyadari bahwa 20 tahun saya berjerawat adalah normal karena faktor hormonal masa remaja dan masa menstruasi bulanan karena jumlah dan letak serta lamanya jerawat bertahan di wajah selalu tidak lama dan hilang pada akhirnya. Saya baru menyadari hal itu dan merasa kurangnya rasa syukur dan tidak berhati-hati dalam memutuskan untuk berganti produk perawatan kulit wajah hanya berdasar pada apa yang disampaikan oleh penjual berupa testimoni yang menggiurkan.
Saya merasakan juga bahwa jerawat itu tidak hanya menyerang fisik seseorang tetapi juga psikis di mana mental dan jiwa seseorang menjadi terluka dan mempengaruhi jiwa seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka sebagai seorang acne fighter harus selalu siap dan mau tidak mau menerima ejekan, hinaan dan sindiran dari banyak orang yang tidak memahami seberapa lama dan berat pengorbanan acne fighters untuk menghilangkan jerawat di wajah mereka. Saya secara pribadi juga merasakan dan mengalami beragam omongan dan pendapat negatif dari orang-orang yang tidak mempunyai perasaan dan tidak berpikir panjang akan apa yang dikatakan pada seorang wanita berjerawat.
Advertisement
Menerima Diri Seutuhnya
Saya selalu sedih saat melihat foto-foto lama saya dan betapa tidak bersyukurnya saya. Saya menutup diri dan tidak berani untuk memperlihatkan wajah ke semua orang, tidak mau mengobrol dan akhirnya menyendiri dan mengucilkan diri. Saya sampai memutuskan untuk berhenti bekerja. Sedahsyat itu efek ketidakcocokan suatu produk skincare terhadap kehidupan seorang wanita dewasa apalagi pada seorang gadis remaja.
Kondisi kulit wajah saya berangsur membaik setelah selama beberapa bulan ini berhenti memakai produk yang membuat wajah saya super berjerawat parah dan membuat saya seperti seseorang yang menderita depresi. Saya menggunakan bahan alami berupa masker sayuran alami dan tanaman tanpa proses pabrikan serta diet sehat. Dan ternyata cocok, aman, nyaman tanpa efek samping yang sangat saya takutkan.
Proses menggunakan bahan-bahan alami ini memang cukup merepotkan dan harus ekstra sabar, namun saya tetap menjalaninya karena lebih baik seperti ini namun pasti daripada saya harus mengambil resiko terburuk melewati trial & error yang pastinya susah untuk diprediksi cocok tidaknya jika tidak digunakan langsung. Saya menyadari bahwa suatu produk tidaklah akan selalu memiliki efek yang sama di kulit semua orang. Satu produk dengan merk dan varian yang sama digunakan oleh pemilik jenis kulit yang sama tapi belum tentu hasilnya akan sama.
Dan saya juga semakin berhati-hati jika akan memutuskan untuk membeli dan menggunakan produk baru, yaitu dengan cara mencari review jujur para pengguna asli, bukan hanya iklan atau endorse-an. Saya semakin mengetahui bahan-bahan kandungan di skincare dan kosmetik yang bisa saya baca dan teliti apakah bisa mengakibatkan iritasi atau alergi di kulit saya. Sungguh merupakan pelajaran yang sangat membuat saya berpikir lama untuk mencoba produk perawatan kulit wajah.
Saat ini saya merasa sudah menerima diri saya seutuhnya secara fisik dan mental. Saya bersyulur dengan bentuk tubuh saya yang mungil yang dulu saya sesali, tapi sekarang saya syukuri karena membuat saya terlihat awet muda. Saya bersyukur akan kondisi wajah saya dengan progres positif setiap bulannya meskipun belum sebersih sedia kala. Dan pengalaman saya memerangi jerawat, saya bagikan kepada teman-teman sesama acne fighters yang selalu menerima, memahami dan menyemangati satu sama lain.
Menghadapi Realita Hidup
Semakin saya berumur dewasa semakin saya menyadari dan memahami apa arti dari peristiwa-peristiwa buruk terdahulu yang menimpa saya. Seperti mengapa saya masih single di usia sekarang, saya mesyukurinya sebagai berkat dan kasih sayang Tuhan pada saya, saya diselamatkan untuk tidak menjalani pernikahan dengan pria yang saat ini terrnyata menjalani kehidupan yang tidak saya impikan saat masih berpacaran dengan dia.
Saya paham bahwa realita kehidupan terasa nyata di saat dunia pernikahan yang mungkin mampu mengubah karakter kita karena keadaan yang memaksa itu. Selama masa muda saya mengalami cerita cinta yang penuh warna, satu pelajaran yang saya peroleh adalah jangan pernah berkorban untuk orang lain jika kenyataannya orang yang kita perjuangkan tidak menghargai dan tidak memperjuangkan hal yang sama dengan yang saya perjuangkan demi bisa bersama dia. Dan jangan pernah menggantungkan kebahagiaan dan masa depan kita pada orang lain. Menikah bukanlah suatu solusi pasti dari segala permasalahan hidup, justru dengan menikah kita harus siap akan kejutan cerita penuh drama airmata, perjuangan dan pengorbanan demi mencapai tujuan pernikahan. Berinteraksi dengan mereka membuat saya tidak merasa sendirian dan merasa normal.
Bagi saya menjadi seorang wanita yang masih lajang bukanlah sebuah dosa atau aib. Pelajaran akan menerima fisik dan takdir agar selalu bersyukur dan menerima setiap ketidaksempurnaan adalah sebuah perjalanan panjang bagi saya. Hal ini membuat saya lebih fokus pada diri sendiri dan tidak membandingkan dengan fisik dan takdir orang lain.
Saya menyadari bahwa hidup ini tentang bagaimana kita menghargai diri sendiri, memahami dan memberikan manfaat kepada orang lain. Saya percaya dan paham kebahagiaan bisa berasal dari mana saja, dan kebahagiaan tidak bergantung pada orang lain karena kitalah yang menentukan jenis kebahagiaan itu dan menciptakannya. Makna tentang mencintai diri sendiri bisa memberikan manfaat kepada orang lain adalah hal yang bisa kita lakukan di saat pandemi Covid-19 ini. Saat ini semua umat manusia memiliki permasalahan yang sama dan berjuang akan hal yang sama yaitu memutus rantai penyebaran virus dan selalu berusaha menjadi sehat. Dengan kita menjaga diri sendiri juga berimbas pada keselamatan kesehatan orang lain agar efek domino tidak terjadi di dunia ini dan manusia selamat dari virus ini.
Namun ada saja para manusia yang sangat egois dengan memanfaatkan situasi saat ini dengan melakukan penimbunan dan menjual kembali dengan harga selangit berupa masker, pembersih tangan, dan alat pelindung yang dibutuhkan. Saya berdoa agar mereka yang sangat egois itu tersadar dan ditindak tegas oleh pemerintah.
Saya sangat merindukan masa saat kita semua bisa berjabat tangan dan memberikan pelukan hangat kepada keluarga atau orang terdekat untuk memberikan perasaan nyaman dan dicintai. Tapi justru saat ini dengan berjauhan dengan mereka, menjaga jarak adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan demi kesehatan mereka. Dahulu kita berkumpul untuk memberikan suatu penghormatan atas undangan seseorang atau berkunjung ke rumah kerabat untuk melepas rasa rindu, namun saat ini kita hanya bisa diam di rumah agar kita semua menjadi aman. Para pahlawan dulu berjuang dengan senjata melawan musuh yang nyata, namun saat ini kita berjuang memerangi virus yang kasat mata namun berefek nyata dan meninggalkan duka.
Rasa sayang kita terhadap diri sendiri menjadi penolong di masa krisis kesehatan ini. Kita dituntut untuk tidak masa bodoh dalam hal kebersihan diri agar bisa menolong orang terkasih dan umat manusia. Hal nyata yang bisa dilakukan oleh kita sebagai masyarakat biasa sangat mudah namun berdampak hebat yaitu berdiam diri di rumah, dibandingkan usaha dan perjuangan orang-orang yang bertugas di garda terdepan seperti para dokter dan perawat serta pekerja lain yang tidak bisa berdiam diri di rumah.
Semoga virus Covid-19 cepat hilang dengan tidak ada korban jiwa lagi, semoga orang yang terinfeksi cepat sembuh dan semua orang yang sehat tetap sehat. Kita semua rindu akan kebersamaan yang nyata tanpa rasa takut untuk menjadi sakit atau menjadi perantara suatu penyakit. Amin.
#ChangeMaker