Fimela.com, Jakarta Mencintai diri sendiri bukanlah tindakan egois. Justru dengan mencintai diri sendiri, kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Di antara kita ada yang harus melewati banyak hal berat dalam hidup sampai rasanya sudah tak punya harapan apa-apa lagi. Namun, dengan kembali mencintai diri sendiri dan membenahi diri, cahaya baru dalam hidup akan kembali bersinar. Melalui salah satu tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba My Self-Love Story: Caramu untuk Mencintai Diri ini kita akan memetik sebuah inspirasi baru yang dapat mencerahkan kembali hidup kita.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Rizki Dewi N.
Sebagai manusia tentu selalu merasa kurang terlebih ketika ada faktor pembanding sebagai contoh kok kamu kusam wajahnya gak kayak dia, kok kamu gak bisa sepintar dia, seharusnya kamu harus lebih kerja keras lagi agar naik jabatan. Mungkin kata-kata sederhana itu hanya sekedar basa-basi yang menurutku basi untuk dilontarkan hanya sekadar ingin mengetahui sampai mana proses kita menjalani hidup. Lelah sudah pasti, tapi namanya hidup jangan terlalu dibuat serius.
Memiliki ambisi untuk memenuhi target adalah hal positif, namun tanpa sadar target yang kita buat dipengaruhi oleh orang-orang sekitar kita. Target yang kita buat adalah pembuktian terhadap orang-orang yang selalu membandingkan diri kita dengan orang lain. Tanpa sadar tubuh ini divorsir untuk memenuhi target tersebut, yang sebenarnya bukan kapasitas kita.
Beruntunglah jika target itu terpenuhi dan proses menggapainya berjalan lancar, lantas bagaimana jika target yang kita tentukan tidak tercapai? Banyak halangan yang membuat target kita belum tercapai, hal yang paling sering kita lakukan adalah menyalahkan diri sendiri dan mengganggap diri ini payah. Kita sering lupa untuk bersyukur atas apa yang terjadi pada diri kita, atas proses yang kita jalani. Bahkan kita juga sering lupa mengapresiasi diri kita sendiri. Di sini saya akan membagikan cerita mengenai cara saya menghargai diri saya sendiri.
Advertisement
Bersyukur
Awalnya aku juga sering mengeluh ketika apa yang menjadi impianku tidak tercapai, ambillah contoh ketika aku tidak keterima di perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah semua jalur sudah aku coba mulai dari, jalur mandiri, SBMPTN dan SNMPTN tahun 2016 lalu. Aku menangis sejadi-jadinya, aku merasa payah. Mengapa dari tiga jalur yang aku coba tidak ada yang berhasil, padahal aku sudah mengikuti les privat sebelum mengikuti ujian pada jalur tersebut?
Aku merasa bodoh dan payah waktu itu. Namun lagi-lagi ibu memberiku semangat dan memelukku dan berkata tidak usah sedih, apa yang terjadi padamu sekarang adalah proses untuk menjadi lebih baik kedepannya. Tidak semua keinginanmu akan menjadi baik untukmu, Tuhan telah mempersiapkan yang lebih baik dari ini percayalah. Sontak kata-kata ibu membuatku mengubah jalan pikirku, bahwa aku harus bersyukur atas apa yang terjadi pada diriku.
Mungkin benar, apa yang menjadi keinginan kita belum tentu terbaik untuk kita. Hari demi hari aku lewati, aku belajar dan terus belajar, sampai akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar di PTS yang berada di Jawa Tengah. Rasa kecewa yang dulu, sedikit terobati dengan aku diterima di perguruan swasta tersebut. Tahun demi tahun aku lewati, aku belajar banyak hal, dan aku juga memaksimalkan waktuku dengan membuka usaha.
Alhamdulilah usahaku berjalan lancar, sehingga aku mampu membiayai uang kuliahku sendiri. Jika menengok ke belakang, kejadian yang sempat membuatku kecewa aku sadar ternyata ini yang dipilihkan Tuhan untukku. Sejak saat itu aku mensyukuri atas apa yang terjadi pada diriku, karena setiap kejadian akan ada makna di balik semuanya. Entah kejadian yang membuatmu kecewa, sedih ataupun bahagia.
Memberi Reward pada Diri
Setelah lulus kuliah aku memutuskan untuk mengembangkan bisnisku yang sudah aku jalani sejak kuliah semester 3. Selain bersyukur aku selalu menyempatkan diri untuk me time setiap bulannya hal ini aku lakukan sejak awal kuliah. Iya aku benar-benar meluangkan waktu untuk sendiri, membaca buku kesukaanku, memanjakan diri dengan perawatan tubuh dan wajah, dan terkadang aku pergi rekreasi sendiri. Itu adalah bentuk reward-ku terhadap diriku sendiri, aku menghargai diriku atas mencapaian yang telah aku dapat. Entah pencapaian dalam hal usaha, nilai akademik atau apa pun itu, aku sadar bahwa ketika kita mampu menghargai diri kita sendiri, hidup kita akan merasa bahagia. Hati kita merasa tenang, dan kita mampu menikmati hidup yang sesungguhnya.
Terima Kasih pada Diriku
Teruntuk diriku sendiri, terima kasih sudah mampu melewati proses hingga detik ini bersamaku. Maaf jika tempo dulu aku sempat marah padamu, sempat kecewa padaku. Tapi aku janji aku akan menghargaimu di setiap pencapaian yang telah digapai, setiap perubahan yang telah terjadi, dan di setiap proses yang telah dilewati. Sekian tulisan ini saya buat, semoga bisa menjadikan inpirasi bagi kalian yang sempat kecewa dan sedih atas realita yang ada, jauh di luar ekspetasi yang kalian ciptakan. Ingatlah bahwa semua yang terjadi, pasti ada makna di baliknya, ada pesan di baliknya dan itu yang terbaik.
#ChangeMaker