Fimela.com, Jakarta Bekerja itu melelahkan. Penuh dengan stres dan tekanan yang tak ada habisnya. Setiap hari selalu dipenuhi rutinitas yang kadang monoton. Belum lagi dengan berbagai hambatan dan tantangan baru yang selalu datang di dunia kerja, rasanya tak pernah ada habisnya saja ya.
Masing-masing dari kita punya alasan sendiri dalam bekerja. Ada yang demi mencari nafkah dan memenuhi berbagai kebutuhan. Ada juga bekerja sebagai bentuk aktualisasi diri dan membuat hidup lebih berarti. Bagi yang saat ini merasa stuck atau jenuh dalam bekerja, coba saatnya untuk pelan-pelan kembali mencintai diri sendiri.
Advertisement
BACA JUGA
1. Lebih Terbuka Mengambil Risiko Baru
Melansir 3 Ways Harnessing The Power Of Self-Love Can Bring Career Success via forbes.com, mencintai diri sendiri membantu kita tahu dan merasa kita baik-baik saja, berharga, dan cukup baik apa pun yang terjadi. Sehingga saat melihat sebuah risiko, kita melihatnya sebagai sesuatu "yang tak terlalu berisiko". Sebab kita paham bahwa mengambil suatu risiko atau mencoba sesuatu yang baru selalu memberi kita dua kemungkinan: keberhasilan atau kegagalan. Jika berhasil, maka kita menganggapnya sebagai sebuah pencapaian baru. Jika gagal, maka kita bisa menganggap sebagai sebuah pelajaran yang berharga. Sehingga dalam perjalanan karier, kita akan bisa terus semangat untuk mencoba hal-hal baru yang membuat karier atau pekerjaan kita lebih berkembang.
Advertisement
2. Tidak Terlu Dipusingkan dengan Nyinyiran Orang
Mencintai diri sendiri sama dengan menjaga diri sendiri. Kita akan menjaga diri kita agar tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif di sekitar kita. Tak terlalu memusingkan nyinyiran atau cibiran beracun orang lain. Sehingga kita bisa lebih fokus dalam upaya mengembangkan potensi dan kemampuan diri. Kita bisa merasa lebih bebas dalam mengambil dan membuat pilihan dalam karier. Lebih fokus pada anak tangga yan perlu kita ambil untuk mencapai kesuksesan yang kita inginkan.
3. Jarang Mengalami Burn Out
Melansir Wikipedia, burnout adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menggambarkan perasaan kegagalan dan kelesuan akibat tuntutan yang terlalu membebankan tenaga dan kemampuan seseorang. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Freudenberger pada tahun 1974. Di tengah kesibukan dan rutinitas kerja, kadang kita akan merasa atau dihadapkan pada kondisi burnout. Saat merasa burnout, seringkali kita akan merasa payah dan lelah. Tak ada semangat untuk bekerja. Apabila kita tak memahami dengan baik pentingnya merawat dan menjaga diri, kita akan kesulitan dalam menjaga keseimbangan hidup.
Dengan mencintai diri sendiri, kita akan terbantu bisa membagi prioritas hidup yan lebih baik. Termasuk dalam prioritas membangun karier. Cintai dirimu, buat hidupmu lebih berharga dan berarti dengan pekerjaan yang kamu geluti.
#ChangeMaker