Fimela.com, Jakarta Tak pernah ada yang bisa baik-baik saja saat terjebak dalam hubungan yang beracun (toxic relationship). Baik dalam hubungan keluarga, kerja, pertemanan, hingga hubungan cinta, terjebak dengan seseorang yang memberi kita luka jelas membuat kita menderita. Namun, selalu ada cara dan celah untuk bisa lepas dari hubungan yang beracun tersebut. Selalu ada pengalaman yang bisa diambil hikmahnya dari hal tersebut. Simak kisah Sahabat Fimela berikut yang diikutsertakan dalam Lomba Let Go of Toxic Lover ini untuk kembali menyadarkan kita bahwa harapan yang lebih baik itu selalu ada.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Kartika Sari
Hari ketika akhirnya aku menyadari bahwa aku berada di hubungan yang salah adalah ketika aku mau putus, dia mengancam akan menyebarkan semua kisahku. Aku kaget dan sangat marah. Setelah sebelumnya aku selalu bertengkar dengan ibuku karena membelanya, aku menjauh dari keluarga dan teman-teman, sekarang dia berani-beraninya mengancamku?
Waktu itu aku berpikir, kalau dia sekarang tega mengancam aku, apalagi yang bisa dilakukannya kelak? Saat itu juga aku tinggalkan, dan benar. Dia menyebarkan berita-berita bohong, yang untungnya sudah aku cegah dengan bercerita yang sebenarnya ke lingkungan terdekatku.
Yang terakhir, dia mengancam akan bunuh diri, dengan mengirimkan videonya memasang tali gantung di kamarnya. Hanya aku baca, tidak aku balas dan tanggapi. Malas!
Setelah itu hari-hariku memang terasa berat. Semula duniaku hanya berisi kami berdua. Selain kerja, aku tidak lagi bergaul dengan teman-temanku. Aku menjauh dari keluargaku. Untungnya ibu dan keluargaku masih memaafkanku, dan mau menerimaku kembali.
Advertisement
Berhak Mendapat Pasangan yang Lebih Baik
Aku menyibukkan diri dengan menulis. Aku membaca di suatu artikel, menulis bisa menjadi jalan penyembuhan. Tumpahkan semua perasaan yang ada di dalam hatimu, marah, sedih, terluka, tumpahkan semua dalam tulisan.
Tidak semua orang bisa mengerti apa yang aku rasakan. Ini bukan perasaan patah hati seperti yang aku rasakan sebelumnya ketika gagal dalam hubungan. Ini lebih ke perasaan marah. Marah pada diri sendiri yang bodohnya percaya dengan segala larangan dan aturan darinya. Marah karena aku takut sekali kehilangan dirinya karena merasa hanya dia yang mengerti perasaanku. Aku marah karena merasa dibohongi karena sebenarnya dia tidak pernah menyayangiku. Aku marah!
Aku juga belajar untuk lebih mencintaiku diriku sendiri. Aku berharga dan aku berhak dicintai dan disayangi oleh pasangan yang baik.
Satu hal yang kusyukuri dari kesalahanku itu, kini aku mengenali tanda-tanda tidak baik dari orang yang mendekatiku. Menurutku, cara mencintai yang benar adalah cara yang sama yang akan aku berikan pada orang yang aku sayangi. Tidak lebih, tidak kurang. Itulah yang kini menjadi peganganku. Segala sesuatu aku refleksikan ke diriku. Apakah aku akan melakukan ini, bila aku sayang padanya?
Kini, aku siap membuka hati kembali. Aku berharap, setelah ini bisa memiliki hubungan yang sehat dan saling mendukung. Semoga segera!
#ChangeMaker