Fimela.com, Jakarta Tak pernah ada yang bisa baik-baik saja saat terjebak dalam hubungan yang beracun (toxic relationship). Baik dalam hubungan keluarga, kerja, pertemanan, hingga hubungan cinta, terjebak dengan seseorang yang memberi kita luka jelas membuat kita menderita. Namun, selalu ada cara dan celah untuk bisa lepas dari hubungan yang beracun tersebut. Selalu ada pengalaman yang bisa diambil hikmahnya dari hal tersebut. Simak kisah Sahabat Fimela berikut yang diikutsertakan dalam Lomba Let Go of Toxic Lover ini untuk kembali menyadarkan kita bahwa harapan yang lebih baik itu selalu ada.
Oleh: DP
Setelah 20 tahun berumahtangga, ibu memberanikan bercerita kepadaku. Potret keluarga harmonis kami ternyata jauh dari kenyataan. Ayah yang menjadi cinta pertama putrinya serasa jauh dari harapan. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Adikku laki-laki, berjarak 7 tahun dariku. Keluarga kami sangat sederhana, syukurlah kami bisa berprestasi di tengah segala keterbatasan ekonomi. Ibuku seorang guru mengaji. Ayah bekerja tak tentu, seringnya bosan dengan satu pekerjaan atau bermasalah dengan rekan kerjanya kemudian menganggur lama.
Advertisement
Tapi apapun pekerjaannya, ayah hanya bertahan maksimal 3 bulan dan kembali menganggur. Suatu hari Ayah bilang mau berjualan soto. Semua tabungan ibu dibelanjakan untuk membuka warung soto. Namun tidak lama lagi-lagi ayah berhenti bekerja, katanya nasi sotonya ada yang mencurangi, tiba-tiba nasi yang baru dimasak menjadi basi. Kami sudah tak punya uang untuk memasukkanku ke perguruan tinggi. Nenek yang sakit memerlukan banyak biaya, dan ayah yang lama menganggur semakin menambah kesulitan ibu. Beliau tak tega menatapku setelah kuberitahu aku berhasil lolos masuk di Fakultas Teknik di salah satu universitas negeri. Ibu memohon pengertianku karena adik saat itu masih duduk di bangku SMP. Beruntung, seorang kakak kelas mengenalkanku dengan perguruan tinggi kedinasan, berkat doa ibu aku berhasil lolos ujian masuk di sana dan berkuliah tanpa mengeluarkan biaya. Keuangan kami pun semakin membaik setelah ibu mendapat pekerjaan sebagai guru tetap di sebuah SD negeri.
BACA JUGA
Advertisement
Ibu Ingin Bercerai dari Ayah
Sampai akhirnya ibu berkata mungkin akan meminta cerai dari ayah. Tidak hanya tidak memberikan nafkah lahir, ayah juga mulai berlaku kasar. Ayah yang pencemburu tidak suka ibu bergaul dengan rekan guru laki-laki. Alhasil ayah menunggu ibu di sekolah sampai jam pulang sekolah. Tidak hanya ibu, teman-teman ibu pun merasa tidak nyaman dengan kelakuan ayah yang seperti ini. Aku menyerahkan semua keputusan pada ibu. Apa yang bisa membuat ibu bahagia pasti kudukung. Aku tak keberatan jika memang perceraian adalah yang terbaik. Tapi lagi-lagi ibu bertahan. Katanya biar saja sampai aku menikah nanti, ibu takut tidak ada keluarga yang mau menjadikanku menantunya jika berasal dari keluarga broken home. Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk ibu.
Namun setelah aku menikah, perlakuan kasar ayah semakin menjadi-jadi. Aku meminta ibu segera memproses perceraiannya. Tapi entah terbuat dari apa hatinya, Ibu selalu memaafkan setiap kali ayah meminta maaf dan berharap agar ayah bisa berubah. Satu yang ibu selalu syukuri, bahwa aku bisa menikah dengan orang yang penyayang dan bertanggung jawab pada keluarga. Dan hanya satu yang menjadi harapannya, bahwa adikku jangan sampai menjadi lelaki seperti ayah. Meskipun begitu, ibu selalu berpesan bagaimana pun juga ayah tetaplah ayah kami. Aku hanya bisa mendoakannya dari jauh, berharap ibu tetap kuat, dan ayah bisa berubah meskipun terlambat. Semoga ibu bisa bertahan di kapal yang telah karam ini.
Simak Video Berikut Ini
#ChangeMaker