Fimela.com, Jakarta Tak pernah ada yang bisa baik-baik saja saat terjebak dalam hubungan yang beracun (toxic relationship). Baik dalam hubungan keluarga, kerja, pertemanan, hingga hubungan cinta, terjebak dengan seseorang yang memberi kita luka jelas membuat kita menderita. Namun, selalu ada cara dan celah untuk bisa lepas dari hubungan yang beracun tersebut. Selalu ada pengalaman yang bisa diambil hikmahnya dari hal tersebut. Simak kisah Sahabat Fimela berikut yang diikutsertakan dalam Lomba Let Go of Toxic Lover ini untuk kembali menyadarkan kita bahwa harapan yang lebih baik itu selalu ada.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Ika Nofiyanti
Aku mencintainya, itulah gambaran pertama kali saat melihat dia untuk pertama kalinya. Awalnya, kami hanya bertemu dan ngobrol lewat HP. Akhirnya suatu waktu kami bertemu di tempat yang tidak kami rencanakan. Karena temanku sudah kenal dan pernah ketemu, jadi dia menunjukkan ke aku kalau dia adalah cowok yang sering komunikasi denganku. Pada saat itu, dia hanya memandangku tanpa menyapa, tidak seakbrab seperti saat komunikasi lewat HP.
Sejak pertemuan itu, hari-hariku menjadi aneh, mungkin aku bisa dibilang "bucin" dengan dia. Aku merasa kecanduan jika tidak menghubungi dia, tapi dia seolah-olah jual mahal. Di situ aku merutuki diriku, merasa aku tidak cantik dan seksi sehingga dia tidak membalas rasaku. Aku tidak putus asa saat itu dan masih menghubungi dia.
Tak masalah, pada akhirnya dia membuka hatinya untukku walau hanya sebatas teman. Aku bahagia? Tentu, kala itu aku seolah mendapat harapan untuk lebih dari itu. Tapi justru dia berlaku seenaknya sendiri. Dia sengaja mendekati aku hanya untuk bisa dekat dengan kakak kelasku yang satu kos dan sekamar denganku, dengan terbuka dia menyatakan itu. Sakit, kecewa, dan bodohnya aku masih berharap padanya. Hingga aku harus studi di kota lain.
Advertisement
Kembali Bertemu
Beberapa bulan tidak bertemu, aku berhasil menata hatiku. Tapi ternyata Tuhan menakdirkan hal lain, dia bekerja di dekat kampusku. Aku sama sekali tidak menyangka hal ini terjadi, karena aku sudah tidak mau lagi dia hadir di hidupku. Aku merasa lelah, sakit, dan kecewa, dan bahkan kehilangan diriku yang ceria.
Dia kembali menghubungiku, membuat hatiku sedikit goyah. Setelah pertemuan itu, dia sering menghubungiku dan menemuiku, puncaknya saat dia menyatakan cintanya padaku. Antara bingung dan bahagia, seolah mimpiku sejak lama yang sekarang ada di depan mata, tinggal bilang iya dan dia jadi milikku. Tapi aku tidak bilang apa pun.
Dia sering mengirimiku pesan manis dan puisi. Tapi entah, semakin ke sini aku tidak ingin bersamanya meskipun aku mencintainya. Aku lebih memilih untuk menjadikan dia temanku tanpa alasan yang jelas. Aku hanya mengikuti kata hatiku atau mungkin tanpa aku sadari, aku tidak ingin kembali dilukai olehnya.
Tuhan Maha Baik, beberapa bulan kemudian, aku mendengar dia menikah dengan pacarnya karena "kecelakaan". Kalau saja aku hanya ingin status pacaran dengan dia, mungkin saja aku tidak akan pernah ada di level karier seperti yang kuinginkan sekarang. Bahagia bisa mencintai dan melepasnya, serta mengiringi doa meski pernah terluka olehnya.
#ChangeMaker