Fimela.com, Jakarta Tak pernah ada yang bisa baik-baik saja saat terjebak dalam hubungan yang beracun (toxic relationship). Baik dalam hubungan keluarga, kerja, pertemanan, hingga hubungan cinta, terjebak dengan seseorang yang memberi kita luka jelas membuat kita menderita. Namun, selalu ada cara dan celah untuk bisa lepas dari hubungan yang beracun tersebut. Selalu ada pengalaman yang bisa diambil hikmahnya dari hal tersebut. Simak kisah Sahabat Fimela berikut yang diikutsertakan dalam Lomba Let Go of Toxic Lover ini untuk kembali menyadarkan kita bahwa harapan yang lebih baik itu selalu ada.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Maria Regina
Ketika itu saya baru lulus kuliah, jadi masih belum bekerja. Pernikahan tante saya saat itu sudah berusia lebih dari 20 tahun, dan sudah dikaruniai 2 orang anak. Ketika keadaan ekonomi keluarga mereka membaik, bisnis mereka lancar, (mantan) oom saya mulai terlibat hubungan dengan wanita lain. Tante saya mulai curiga karena ada yang tidak sesuai dengan pemakaian uang untuk usaha mereka.
Setelah hubungan itu diketahui oleh tante saya, tante saya sudah berusaha bicara dengan keluarga besar untuk mencari penyelesaian. Karena oom saya sepertinya tidak bisa berubah, tante saya mulai mengambil langkah hukum untuk proses perceraian, sikap oom saya mulai berubah, mulai berani berbuat kasar karena merasa lebih dibatasi penggunaan uangnya.
Sejak mereka sering bertengkar, mereka seperti tinggal terpisah. Kebetulan rumah mereka itu memang seperti terdiri dari dua bagian yang dibuatkan pintu penghubung. Tante saya tinggal sendiri sementara oom saya dan anak-anaknya tinggal di bagian rumah yang lain. Anak-anak mereka kelihatannya memang lebih memihak ayahnya, dan kurang peduli pada ibunya.
Saya sendiri tidak paham pemikiran mereka, apakah karena tante saya itu ibu yang bekerja sehingga anak-anaknya tidak terlalu dekat dengan ibunya, dan ayah mereka lebih sering memanjakan mereka dengan uang (ibunya dikenal lebih pelit soal uang) atau ada hal lain. Yang pasti waktu itu tante saya merasa sendirian dan merasa tidak aman berada di rumahnya sendiri, jadi saya yang kebetulan ada waktu karena belum bekerja akhirnya menemani tante saya beberapa hari, dan saya bisa merasakan kesedihan dan kegelisahan yang dialami oleh tante saya waktu itu.
Advertisement
Perceraian
Tante saya tidak menyangka dan menyayangkan rumah tangga yang sudah dijalani lebih dari 20 tahun harus berakhir begitu saja. Saya mendukung keputusan tante saya tersebut, karena kalau suatu perkawinan sudah dimasuki orang ketiga, apalagi sikap oom saya mulai berani agak kasar, lebih baik segera diakhiri, walaupun sudah dijalani selama lebih dari 20 tahun. Sebagai sarjana hukum saya juga mendukung proses perceraian yang legal, bukan hanya sekadar pisah, karena kalau sekadar pisah, akan lebih merugikan untuk tante saya. Apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada oom saya, misalnya kalau dia berutang, atau melakukan tindakan kriminal dll nanti tante saya akan tetap terseret karena statusnya masih istrinya. Jadi lebih baik memang dituntaskan, dan kalau tante saya mau melakukan sesuatu juga sudah bebas, tidak perlu persetujuan suami.
Setelah proses perceraian selesai tante saya bermigrasi ke luar negeri, untuk menulai hidup yang baru dan sampai sekarang tinggal dan bekerja di luar negeri. Yang saya syukuri hubungan tante saya dengan anak-anaknya sekarang kelihatannya jadi lebih baik. Mungkin karena mereka sekarang sudah berkeluarga sendiri jadi lebih bisa merasakan bagaimana beratnya menjadi orang tua.
#ChangeMaker