Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Maria Kemi - Bekasi
Anak-anak merupakan harta yang tak ternilai bagi kita, para orangtua. Kehadiran mereka membuat hidup kita lengkap dan makin berarti. Karenanya menjadi seorang ibu, baik ibu bekerja atau pun full-time mommy, merupakan anugerah terindah bagiku. Itulah sebabnya sebagai ibu dari seorang putra dan seorang putri, aku terus berusaha menjadi orangtua terbaik untuk kedua buah hatiku.
Selama hampir 14 tahun pernikahan kami, suka-duka sebagai seorang istri dan ibu telah aku alami. Semuanya kami awali dari nol. Kalaupun kemudian kami memiliki apa yang kami impikan, itu semua dirintis dari bawah tanpa bantuan orangtua ataupun mertua. Hal ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi kami.
Berperan sebagai ibu bekerja sekaligus ibu rumah tangga juga membuatku belajar dan terus belajar agar menjadi ibu yang baik. Pelajaran utama soal manajemen waktu, bagaimana mengatur apa yang dikerjakan mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi malamnya. Ini penting supaya waktuku yang terbatas tetap berkualitas untuk anak-anak. Meski begitu, aku juga berusaha agar sekali-sekali mempunyai “me time” lho.
Yang jelas, sejak 2019 aku berusaha menyediakan lebih banyak waktu untuk anak-anak. Tidak lagi membawa pekerjaan ke rumah, bahkan mengurangi waktu lembur di kantor. Aku tidak mau lagi lembur untuk mengerjakan suatu pekerjaan kalau tidak urgent sekali. Demi menghindari lembur itu tadi, aku berusaha mengerjakan semua pekerjaanku tepat waktu. Jadi, ketika anak-anak sedang “musim ulangan”, aku bisa sampai rumah secepat mungkin untuk mengajarkan dan menyiapkan mereka menghadapi ujian.
Jam kerjaku dimulai pukul 08.00 dan selesai pukul 17.00. Setiap pagi aku bangun pukul 05.00 untuk menyiapkan sarapan dan bekal mereka ke sekolah. Setelah mereka berangkat sekolah pukul 06.00, barulah aku bersiap pergi ngantor. Untunglah lokasi kantorku tidak terlalu jauh dari rumah sehingga pukul 18.00 aku sudah sampai di rumah. Begitu tiba di rumah, mulailah aku berganti peran sebagai ibu rumah tangga: menyiapkan makan malam, membantu anak-anak mengerjakan PR, mengajarkan adik matematika dan bahasa Inggris atau sekadar menemani mereka belajar dan bermain, tentunya tak lupa pula beres-beres rumah.
Di hari Sabtu dan Minggu aku menyediakan waktuku full untuk anak-anak dan suamiku. Antara lain mengantar mereka ke tempat les dan setelah itu jalan-jalan ke mal, nonton, atau makan bersama di luar. Bisa juga kami sekadar bercengkerama di rumah saja. Intinya, aku menyediakan waktu berkualitasku untuk keluarga.
Dulu, sewaktu anak-anak masih kecil, aku tidak begitu peduli jika rumah berantakan. Soalnya, begitu dirapikan, pasti langsung berantakan lagi. Tapi sekarang berbeda. Aku berusaha membuat rumah selalu rapi dan bersih. Aku juga mendesain sendiri kamar anak-anak, ruang tamu, ruang keluarga, dan teras. Maklum, bagiku rumah adalah “istana keluarga”. Rumah yang bersih dan nyaman sudah tentu bakal membuat penghuninya betah berlama-lama di sana.
Advertisement
Impianku dan Anak-anakku
Memiliki anak-anak yang baik itu anugerah terindah. Jika anak-anak kita berprestasi itu adalah bonusnya. Prestasi itu harus sesuai dengan bakat dan minat mereka, jangan dipaksakan. Seorang ibu tentu wajib mendukung minat dan bakat anak-anaknya. Tahun 2020 ini aku akan menyiapkan segala sesuatu untuk meraih impian kami dalam 1–5 tahun ke depan: impian aku dan anak-anakku.
Impianku untuk putraku adalah menjadi Juara Olimpiade Matematika. Terlalu mulukkah? Menurutku, enggak. Namanya juga impian. Boleh, dong? Sejak dua tahun silam aku mulai mengikutkan dia les matematika, membelikan buku-buku latihan matematika, plus melatih dia mengerjakan soal-soal matematika di rumah, dan mendaftarkannya mengikuti kompetisi-kompetisi matematika. Puji Tuhan, putraku sudah beberapa kali menggondol gelar juara di berbagai lomba matematika. Modalnya sudah ada, minat dan kemampuannya di atas rata-rata. Tinggal diasah terus secara konsisten.
Lain hanya dengan putriku. Sejak kecil dia sangat menggemari balet, postur tubuhnya juga mendukung sekali. Saat ini dia sudah berada di grade 1. Aku tak pernah lelah mengantarkannya pergi ke tempat kursus balet, meskipun jaraknya cukup jauh dari rumah. Impianku menjadikan dia ballerina. Minimal tahun ini bisa mendapat nilai bagus, bisa mengikuti lomba dan menjadi juara.
Demi kedua buah hatiku ini, aku terus berusaha mendukung dan membantu mereka mewujudkan impian mereka. Kalaupun misalnya kalah itu tidak apa-apa, yang penting mereka sudah punya pengalaman dan tetap happy. Aku akan siap memberi mereka dukungan moral jika kekalahannya itu terjadi.
Impianku sendiri menjadi penulis. Aku suka menulis sejak SMA, tetapi kesempatan itu tidak pernah datang. Banyak jalan menuju Roma, tentunya banyak juga cara dalam mewujudkan mimpi kita. Kini aku mulai banyak berlatih menulis di blog. Selain itu, untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan menulis, aku juga mulai membaca buku-buku yang berhubungan dengan tulis-menulis serta berdiskusi dengan pakarnya.
Kalau kita benar-benar ingin mewujudkan mimpi kita atau membantu anak-anak mewujudkan mimpi mereka, pasti tersedia banyak cara. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Setidaknya kita harus mulai melatih diri lebih baik untuk anak-anak dan untuk diri sendiri. Tanamkan filosofi “I can do that”. Yang pasti, semua upaya harus dilakukan dengan kerja keras, sikap pantang menyerah serta tak lupa berdoa. Jangan lupa, apa yang membuat kita bisa tetap bersemangat sampai hari ini adalah karena kita memiliki harapan dan impian.
#GrowFearless with FIMELA