Fimela.com, Jakarta Data statislik dunia, ada 9,4 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan 45 persen kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung koroner (PJK). Dan World Health Organization memperkirakan angka tersebut akan meningkat hingga 23,3 juta pada tahun 2030.
PJK ini jika tidak tertangani dengan baik dapat memicu beberapa komplikasi yang berakibat fatal, di antaranya serangan jantung, gagal jantung, nyeri dada (angina), gangguan irama jantung (aritmia), henti jantung, penyakit penyempitan pembuluh darah (arteri perifer), emboli paru, pembengkakan arteri (aneurisma), dan henti jantung.
Advertisement
BACA JUGA
Dokter Spesialis Penyakit Jantung dart Pembuluh Darah RS Metropolitan Medical Centre (MMC) Dr. dr. Eka Ginanjar, SpPD, KKV, FINASIM, FACP, FICA, MARS mengatakan bahwa PJK merupakan kondisi pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Jika lemak semakin menumpuk akan mempersempit arteri dan akibatnya aliran darah ke jantung menjadi berkurang.
Untuk mengenali serangan jantung itu terdapat cirinya, yakni nyeri dada yang biasanya terasa di bagian tengah atau kanan atau kiri atau ulu hati, dapat terjadi lebih dari 15 menit atau lebih, rasanya seperti tertindih benda berat, atau dada seperti terikat, disertai penjalaran ke lengan kiri atau kadang-kadang kanan, leher, rahang, disertai keringat dingin, mual, kadang-kadang muntah, juga terjadi komplikasi sesak, lemah, pingsan, dan kejang.
”Untuk menangani diperlukan intervensi, sambungnya, dengan menggunakan obat nitrat, oksigen, pengencer darah, pengontrol tensi dan jantung, pengontrol kolesterol dan peradangan, dan obat lain yang dibutuhkan,” ujar ungkap Dr. Eka di Talkshow “MMC Hospital Introducing: Integrated Cardiovascular Centre” di Jakarta.
Advertisement
Gangguan irama jantung
Selain serangan jantung, PJK memiliki komplikasi berupa gangguan irama jantung (aritmia). Sayangnya, aritmia kerap tidak terdeteksi sebagai penyakit jantung, padahal akibatnya fatal. Riset dari New England Medical Journal (2001) menyebutkan bahwa PJK merupakan penyebab 80° 0 gangguan irama jantung dan dapat berakhir dengan kematian mendadak.
Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP (K), Dokter Spesialis Kardiovaskular dari RS MMC menjelaskan bahwa normalnya, jantung berdenyut sebanyak 50-90 kali per menit. Saat denyut jantung berdenyut cepat dia akan berdetak hingga 200 kali per menit. Sementara itu, denyut jantung melambat ketika denyut irama jantung terhitung 40 kali per menit.
“Gangguan irama jantung (aritmia) terjadi akibat pembentukan dan atau penjalaran impuls listrik sehingga memunculkan denyut jantung yang tidak beraturan. Denyut jantung berdetak cepat disebut takiaritmia, sebaliknya denyut jantung yang melambat dikenal sebagai bradiaritma. Bila aritmia tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen hingga kematian mendadak,” jelas Prof. Yoga.
Menurutnya, cara untuk menangani aritmia ini dengan metode pemasangan Left Atrial Appcndage (LAA) Closure, strategi penanganan terbaik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penggumpalan (pembekuan) darah di serambi jantung kiri di serambi jantung kiri (left atrial appendage sac) kantung di kiri jantung di mana sering terjadi pembekuan darah memasuki arteri darah atau pembuluh darah otak dengan melakukan penutupan serambi kantung jantung kiri menggunakan alat kecil bernama watchman/amplatzer cardiac plug/lariat.
Melihat penyakit jantung ini berujung pada akibat fatal, dr. Roswin R Djafar, MARS Direktur Utama dari Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (RS IVHVIC) menyadari bahwa masyarakat mesti mendapatkan pelayanan penyakit jantung secara komprehensif. Oleh karena itu, RS MMC membuka layanan Cardiovascular Centre “One Stop Service”.
“Cardiovascular Centre merupakan pelayanan yang terintegrasi. Artinya, pasien dapat memperoleh pelayanan konsultasi bersama spesialis, diagnosa secara menyeluruh, pengambilan obat di lantai yang sama hingga terapi penyakit jantung koroner. Jika dibutuhkan tindakan lebih lanjut, pasien dapat melakukan terapi penyakit jantung koroner secara langsung, seperti pemasangan ring dan operasi bypass jantung di lokasi yang sama,” tutur dr. Roswin.
#Growfearless with Fimela