Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: F - Jayapura
Tiap tahun aku selalu menyiapkan beberapa daftar resolusi, entah itu suatu perubahan, sebuah keinginan atau suatu target yang yang harus kucapai. Tapi untuk tahun ini sedikit berbeda, tahun ini kuputuskan untuk tak menuliskan daftar resolusi. Bukan karena malas, takut atau tak mampu mewujudkan daftar resolusi. Tapi aku sadar perubahan dilakukan dari sekarang dan membuatnya terbiasa. Bukan direncanakan dan diseleseikan dalam waktu tertentu.
Tahun 2019 adalah tahun yang cukup berat dalam hidupku. Sejujurnya aku adalah yang berani, cuek, tidak peduli dengan pendapat orang lain tapi semuanya berubah. Berubah saat hasil ujian profesi keluar dan namaku tak tercantum di sana, aku tidak lulus. Itu membuat diriku hancur seketika. Pribadi yang kubangun seumur hidupku hancur. Takut, malu, merasa diriku tak berharga, merasa tak bernilai, semua perasaan buruk datang bersamaan. Tak ada lagi diriku.
Saat itu aku tak ingin bertemu dan bicara dengan siapa pun. Aku kabur ke rumah orang tuaku dengan dalih aku ingin lebih fokus untuk belajar. Tapi tak semudah itu, kerabat, tetangga dan lingkunganku dengan rasa penasaran terhadap kehidupanku, mereka bertanya. Setiap ada yang bertanya tentang profesiku, aku hanya tersenyum, pergi tak ingin menjawab. Aku tak ingin keluar rumah, bertemu dengan siapa pun. Aku selalu berusaha menghindari pembicaraan tentang hal itu.
Advertisement
Tuhan Tahu yang Terbaik
Sebuah lagu menyadarkanku. “Waktu Tuhan pasti yang terbaik. Walau kadang tak mudah dimengerti. Lewati cobaan, ku tetap percaya. Waktu Tuhan Pasti yang terbaik,” liriknya. Ya, waktu Tuhan pasti yang terbaik, sekuat apa pun kumencoba, serapi mungkin kususun sebuah cerita tapi tak ada yang seperti waktu Tuhan.
Aku mencoba lebih memahami tentang Tuhan, doa yang kulakukan semauku, firman Tuhan yang selalu kuabaikan, dua jam ibadah yang selalu malas kulakukan. Kini aku lebih menjadi pribadi yang baik, mencoba menjadi anak Tuhan Allah yang mematuhi perturannya dan menjauhi larangannya. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Dan berjalannya waktu akan menyembukan luka. Rasa sakit itu masih ada, hanya saja sekarang sudah tidak berdarah dan mungkin suatu saat tidak akan sakit walaupun ada bekasnya tapi tak pelu khawatir dengan riasan semua bekas luka bisa tersamarkan.
Lebih memberikan waktu kepada Tuhan. Pikiran menyalahkan diri sendiri jika sesuatu yang kurencanakan tak berjalan sesuai keinginanku. Mengucapkan maaf ketika salah, mengucapkan permisi ketika lewat dan mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang membantu tanpa memandang status. Tiga hal baru yang kulalukan, mudah tapi sulit dilakukan.
#GrowFearless with FIMELA