Fimela.com, Jakarta Punya momen yang tak terlupakan bersama ibu? Memiliki sosok ibu yang inspiratif dan memberi berbagai pengalaman berharga dalam hidup? Seorang ibu merupakan orang yang paling berjasa dan istimewa dalam hidup kita. Kita semua pasti memiliki kisah yang tak terlupakan dan paling berkesan bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam lomba dengan tema My Moment with Mom ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Neli Amelia - Samarinda
Dua puluh tiga tahun lamanya aku masih menjadi anak ibu, sedari kecil diurus hingga harus tinggal sendiri di perantauan. Ibu lahir dari keluarga petani yang membuatnya harus banting-tulang sejak kecil untuk membantu orangtuanya. Ibu memiliki banyak saudara. Ibu anak kedua dan paling tangguh di antara yang lain.
Meski ibu hidup dalam keterbatasan ekonomi, ibu sempat menamatkan pendidikan di bangku SMA. Ibu ingin melanjutkannya ke perguruan tinggi tapi pendidikan saudaranya menjadi prioritas baginya sehingga dengan kerendahan hatinya ia tetap bekerja sehabis lulus SMA demi menunjang biaya saudara yang lain. Beberapa tahun kemudian, ayah dan ibu bertemu ketika cinta pada pandangan pertama membuat mereka mabuk asmara.
Ayah seorang perawat di desa tersebut dan ibu adalah masyarakat setempat. Awalnya ibu tidak yakin akan melanjutkan hubungannya dengan ayah karena perbedaan keyakinan. Namun, semangat ayah tak pernah surut hingga ibu pun mengikuti keyakinan ayah dengan tulus dan mereka pun menikah.
1988, tahun itu adalah kelahiran pertama anak ayah dan ibu. Selanjutnya di tahun 1990 hingga lahirlah diriku pada tahun 1996. Ibu dan ayah termasuk orang yang santai dan tidak banyak menuntut kepada kami. Awal tahun 2000-an kami harus pindah ke kota dan tinggal di rumah dinas yang bersampingan dengan Puskesmas Pembantu. Ayah menjadi seorang mantri yang sangat dihormati oleh masyarakat sekitar karena ayah bisa dipanggil ke rumah-rumah meski larut malam dan terkadang hal itu membuatku khawatir sambil menunggu ayah di depan pintu rumah. Ibu adalah seorang ibu rumah tangga. Sebenarnya aku pernah melihat tulisan bahwa ibu pernah mendaftar menjadi tenaga honorer di masa itu tapi ayah kurang yakin karena takut ibu kurang fokus mengurus anak-anaknya dan ibu pun mengubur cita-citanya untuk bekerja.
Waktu terus berjalan dan tidak terasa anak-anak ibu sudah beranjak dewasa. Kami menjadi sangat agresif dan sebagai jiwa muda selalu ingin jalan bersama teman-teman. Ibu menjadi sering marah-marah karena hal itu. Tapi hal itu menjadi sangat kurasakan sekarang. Ibu mengajarkan kami untuk menjauhi hal-hal yang buruk dan harus takut kepada Tuhan. Karena ibu yang selalu cerewet, aku menjadi orang yang terampil. Meski ibu tidak berpendidikan tinggi seperti kami, menurutku ibu sangat berwawasan luas.
Advertisement
Ibu yang Selalu Menenangkan Hati
Ibu senang sekali menabung. Uang recehan pun ikut masuk ke dalam stoples kecilnya. Dari tabungan itu, ibu bisa berhemat dan kami mampu merasakan indahnya bangku kuliah. Ya, kami bertiga bisa kuliah dengan gaji dari seorang perawat dan ibu rumah tangga yang hebat. Dahulu saat kami masih tinggal di rumah dinas, ibu selalu menanam sayuran mulai dari bayam, duan singkong, kemangi, tomat, lombok hingga pohon mangga pun ada di rumah, oh ya tak lupa serai pun tersedia! Ibu melakukan itu untuk menghemat biaya belanja di pasar.
Ibu jarang sekali berkumpul dengan teman-temannya, kalaupun ada itu tidak terlalu sering. Ibu tidak suka menghamburkan uang untuk makan di luar atau berwisata dengan teman-temannya karena ibu menabung demi anak-anaknya. Ibu juga jarang berbelanja baju dan tas, pada saat hari lebaran pun ibu bilang, “Ibu tidak apa pakai baju tahun kemarin, yang penting kamu beli baju baru ya."
Ibu selalu mengorbankan segalanya, tidak pernah menuntut dan hatinya sangat baik. Ibu juga istri yang siaga. Saat ayah sakit dan harus dioperasi, ibu selalu ada mendampingi ayah dan selalu menyediakan makanan sehat buat ayah padahal ibu pun juga tidak sebugar dahulu. Ibu selalu menerima anak-anaknya dengan lapang dada meski terkadang kami melawan saat beradu argumen dengannya.
Ibu tidak pernah memakai skincare dan jarang memiliki peralatan makeup, kadang ibu meminta padaku. Momen indah bersama ibu adalah aku seringkali memberikan perawatan terhadap tubuhnya. Aku mempelajari teknik facial dan pijat wajah yang dasar saja sehingga aku bisa melakukan treatment kepadanya. Ibu senang sekali ketika aku melakukan itu karena baru itu yang bisa aku beri kepada ibu.
Banyak sekali momen lainnya tapi ada salah satu momen yang tidak akan pernah kulupakan. Pada saat aku mulai mengerjakan skripsi dan aku bersama ibu duduk berdua di keheningan malam. Ibu bertanya dan aku menjawab perihal skripsiku dan aku memang mengalami banyak tekanan di pikiranku karena skripsi, hingga akhirnya aku menangis dengan keras sekali hingga membenturkan kepalaku tanpa sengaja. Ibu langsung memelukku dan berkata, “Sudah Nak, sini Ibu peluk, kalau memang kamu tidak sanggup lagi tidak apa, Nak. Ibu selalu sayang kamu."
Sejak saat itu, aku berjanji untuk membahagiakan ibu dan aku bersemangat untuk menyelesaikan apa yang telah aku pilih. Karena ibu sudah berjuang untukku, ibu berdarah-darah mengurus anak-anaknya. Ibu merelakan impian-impiannya di masa lalu. Ibu tidak ingin anak-anaknya menderita dengan menyekolahkan kami setinggi-tingginya. Ibuku hebat dan kuat, tanpamu apa jadinya aku.
#GrowFearless with FIMELA