Fimela.com, Jakarta Sebagai perempuan tentunya kita harus mandiri dan bisa menjaga diri sendiri. Kita juga harus waspada terhadap lingkungan, seperti tanggap dengan situasi yang bisa berbahaya, tidak menguntungkan, atau merugikan kita. Sehingga bisa terhindar dari tindakan kekerasan.
Kesadaran ini harus diajarkan sedini mungkin sedari kecil. Seperti anak sudah diajarkan sentuhan baik dan tidak baik. Lalu bagian tubuh mana yang boleh dilihat atau disentuh orang lain. Sehingga bisa menjadi tolak ukur bagi anak untuk menjaga diri mereka sendiri dari tindakan kekerasan.
Sebagai orangtua juga tidak memaksakan pada anak untuk mau dipeluk dan dicium orang lain. Sehingga sedari kecil anak sudah belajar untuk menghargai diri sendiri dan mengatakan tidak serta menolak sesuatu yang tidak diinginkan atau membuat mereka tidak nyaman.
Advertisement
BACA JUGA
Edukasi ini membuat anak saat dewasa bisa tegas bila mereka tidak suka atau tidak nyaman. Misalnya jika ada yang mencolek, anak bisa bereaksi dan mengutarakan pernyataan ketidaksetujuan dan ketidaknyamannya pada orang tersebut. Ini akan membuan saat dewasa anak menjadi perempuan yang waspada dan bisa menjaga dirinya sendiri.
Cara ini dapat menghindarkan perempuan dari fenomena kekerasan yang kerap dialami. Psikolog klinis, Rena Masri menuturkan kepada Fimela, Senin (/12/2019), bahwa fenomena kekerasan pada perempuan ini juga didukung oleh masyarakat yang teredukasi dengan baik.
"Masyarakat umum juga harus diedukasi dan harus tahu bagaimana menjalin hubungan dan berteman yang sehat dengan orang lain sehingga tidak terjadi kekerasan terhadap orang lain," kata Rena.
Advertisement
Pertolongan yang bisa diberikan pada korban kekerasan
Rena juga mengungkapkan beberapa pertolongan yang diberikan kepada koban kekerasan pada perempuan, di antaranya:
1. Lingkungan
Hal pertama yang dapat membantu korban kekerasan pada perempuan adalah lingkungan sekitar. Jadi jika lingkungan sudah melihat tanda-tanda kekerasan yang dialami, bisa menenangkan mereka dengan mendengarkan secara aktif, membuat korban merasa berharga, melihat potensi dan kelebihannya. Dukungan ini akan membuat mereka lebih percaya diri dan yakin terhadap diri sendiri pasca kekerasan yangg dialami.
2. Menulis jurnal
Jika sudah terjadi kekerasan, minta korban menuliskan jurnal. Jurnal ini berisi seperti apa kekerasan yang dialami, kapan, dan seperti apa dampaknya. Ini membuat korban bisa menyalurkan emosinya. Bisa juga mengajak mereka untuk menyalurkan emosi lewat menggambar, olahraga.
3. Berkonsultasi dengan ahlinya
Lalu juga anjurkan korban untuk berkonsultasi dengan ahli hukum, karena kekerasan sudah masuk ranah hukum. Sementara itu untuk memulihkan keadaan psikologis korban ajak mereka keluar dari relasi toxic yang mengandung unsur kekerasan.
Jika korban sudah sangat tertekan, hal yang tidak kal penting yaitu dengan menemani korban untuk berkonsultasi pada ahli mental atau psikolog untuk pemulihan psikologisnya. Dampak buruk kekerasan mempengaruhi kestabilan emosi dan keadaan psikologis seseorang. Mereka bisa mengalami trauma, tertekan berkepanjangan, dan jika dibiarkan akan menjadi depresi.
Pemulihan korban kekerasan pada perempuan
Korban kekerasan perempuan ini membutuhkan pemulihan sedini mungkin, agar bisa segera ditangani dan tidak berujung pada depresi. Penyembuhan kekerasan terbagi atas fisik dan psikis. Fisik dilakukan dengan menyembuhkan luka seperti patah tulang, memar, dan lainnya.
Sementara penyembukan psikis bisa dilakukan dengan meemui psikolog secara langsung. Nantinya akan dilihat sejauh mana kekerasan tersebut berdampak pada mental korban dan trauma ini dimaknai oleh mereka sehingga terapi yang akan diberikan lebih tepat.
Terakhir yang penting lagi untuk pemulihan korban kekerasan adalah dukungan yang positif seperti dari keluarga dan teman, yang membantu menguatkan korban. Psikolog membantu melakukan terapi, namun dukungan orang terdekat yang baik dari lingkungan bisa memberikan pemulihan dalam kesehariannya dengan mengajak bercerita, bahagia, nyaman dan lebih rileks.
#GrowFearless with Fimela