Fimela.com, Jakarta Memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupmu? Punya pengalaman titik balik dalam hidup yang dipengaruhi oleh seseorang? Masing-masing dari kita pasti punya pengalaman tak terlupakan tentang pengaruh seseorang dalam hidup kita. Seperti pengalaman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Hero, My Inspiration ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Kristina - Yogyakarta
Tak banyak bicara dan tak banyak aturan itulah sikap bapak kepada ketiga putrinya. Bukan berarti kurang mempedulikan anak-anaknya, justru demikianlah membuat kita menjadi anak yang patuh kepada orang tua. Beliau memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk memilih kegiatan atau hobi yang disukai tetapi harus mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang dipilihnya. Jika dari ketiga anaknya membuat kesalahan, bapak sekali pun tidak pernah memarahi anaknya. Sifat bijaksana bapak dalam memberikan pengarahan, nasihat dengan pendekatan yang sifatnya persuasif nyatanya mampu menjadikan kita sabagai anak yang baik.
Hidup dari keluarga sederhana, ibuku seorang ibu rumah tangga dan bapak bekerja sebagai penggarap kebun karet yang harus menghidupi ketiga putrinya. Sungguh luar biasa semangat dan pengorbanan bapak untuk kebahagiaan kami. Untuk menambah penghasilan bapak juga berkebun singkong, umbinya dijadikan kerupuk singkong dan daunnya dijual di pasar oleh ibu. Alhasil berkat kegigihan dan semangatnya beliau mampu menyekolahkan aku dan adik-adikku hingga perguruan tinggi, itulah salah satu cita-cita bapak agar anaknya kelak sukses. Oleh karenanya beliau sangatlah pantas jika mendapat gelar sang pahlawan keluarga.
Aku tahu bahwa tak mudah bagi bapak untuk menyekolahkan aku dan adik-adikku, ditambah masuk di sekolah swasta dari SMP hingga perguruan tinggi dengan biaya yang pastinya tidak sedikit. Hal ini pun menjadikanku semakin semangat dan pantang menyerah untuk belajar dengan baik, agar mampu bersaing dengan anak-anak kota.
Advertisement
Orangtua Jadi Panutan dan Penyemangatku
Pernah suatu ketika aku benar-benar merasa terpuruk, kala itu saat pembagian rapor kelas satu SMP semester I. Setelah bapak mengambil rapor di ruang guru kemudian menghampiriku di luar kelas sambil tersenyum Bapak berkata, “Ayo bali, nang omah wae yo leh delok (ayo pulang, dirumah saja ya liat rapornya)." Dalam hatiku berkata, duh sepertinya jelek nilaiku. Cukup sulit bagiku menyesuaikan pembelajaran di awal peralihan sekolah dari desa dengan keterbatasan pengajar dan prasarananya, harus mengikuti pembelajaran di sekolah unggulan di kota yang sebagian besar diisi oleh anak-anak lulusan sekolah berakreditasi bagus.
Benar saja, sesampainya di rumah dan kulihat nilai raporku tertuliskan bahwa aku peringkat 34 dari 35 murid di kelasku. Aku menangis dan meminta maaf kepada bapak dan ibu, reaksi bapak tersenyum sambil menasihatiku. Beliau menjelaskan bahwa nilai tidak sepenuhnya menjamin masa depanmu sukses dan bahagia, yang terpenting kamu harus terus belajar dan percaya bahwa tidak ada yang sia-sia dari setiap usaha dan kerja kerasmu. “Wong pinter wes okeh, nangeng wong seng atine apik kui langka, ati apik kui kanggo nuntun uripmu." Artinya bahwa orang pintar sudah banyak di luar sana, tetapi orang yang memiliki hati baik tidaklah banyak dan hati baik itulah yang nantinya menuntun hidupmu.
Bersama ibu, bapak adalah pahlawan bagiku. Mengupayakanku untuk merasakan pendidikan yang lebih baik dan menghantarkan aku hingga aku pun pernah merasakan juara kelas, lulus kuliah dengan predikat sangat memuaskan sebagai bukti nyata dari nasihat yang diberikan beliau. Bahwasanya hasil takkan mengkhianati usaha dan kujadikan sebagai bentuk terima kasihku kepada beliau, walaupun jauh dari kata sebanding dengan pengorbanan beliau selama ini. Diceritakan dalam lembar buku pun tak kan ada habisnya dan segala pencapaianku hingga kini tak lepas dari pergorbanan beliau.
Love you bapak dan ibu. Pulau boleh memisahkan kita tetapi nasihatmu akan selalu di hati dan itulah yang membuatku merasa selalu dekat denganmu.
#GrowFearless with FIMELA