Fimela.com, Jakarta Perempuan, di era globalisasi dan digital ini, menghadapi begitu banyak tantangan dalam mengembangkan diri. Begitu banyaknya tantangan, Sunsil mengajak perempuan Indonesia untuk menggapai mimpi dan mengembangkan diri dengan membantu mereka mengenali potensi, minat, dan bakat yang ada di dalam diri mereka lewat sebuah gerakan #TakTertahankan.
Gerakan ini merupakan sebuah kolaborasi dengan Girl Rising, untuk memberikan serangkaian pelatihan bagi 10.000 perempuan muda Indonesia. Selain memperkaya pengalaman dan kemampuan, gerakan ini juga bertujuan untuk menginspirasi menggali potensi diri mereka, lewat sebuah program 'Kilaukan Mimpimu.'
Advertisement
BACA JUGA
Beauty and Personal Care Director PT Unilever Indonesia Tbk, Ira Noviarti, menyatakan Sunsilk percaya akan kekuatan dalam diri perempuan. Sayangnya, menurut Ira, masih ada tantangan yang dihadapi perempuan-perempuan muda untuk meraih mimpi mereka.
“Sebagai brand yang menemani penampilan dan keseharian perempuan Indonesia setiap harinya, Sunsilk percaya akan kekuatan dalam diri perempuan untuk jadi #TakTerhentikan. Sayangnya, masih ada tantangan yang dihadapi perempuan muda Indonesia untuk meraih mimpinya baik dari dalam dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Melalui serangkaian pendekatan yang dilakukan Sunsilk mulai dari inspire, encourage, dan juga equip yang diwujudkan melalui program ‘Kilaukan Mimpimu’ kami berharap dapat membuka kesempatan bagi perempuan untuk mengeksplor diri, menggali potensi diri dan akhirnya meraih mimpinya,” jelasnya.
Advertisement
Berbagai Tantangan Perempuan Indonesia
Menggali tantangan yang dihadapi perempuan, Sunsilk bekerja sama dengan International Centre for Research on Women (ICRW) untuk melakukan sebuah riset. Hasil riset menunjukkan, tantangan yang dihadapi perempuan muda meliputi pembatasan dari diri sendiri (individual), lingkungan rumah (household), lingkungan sekitar (community) serta masyarakat secara luas (society), menghalangi perempuan untuk menggali potensi diri.
Selain itu, riset tersebut juga menemukan adanya kekurangan akses terhadap edukasi, pekerjaan dan pelatihan (NEET) yang menjadi bagian dari momok besar halangan yang dihadapi perempuan muda Indonesia. Sebanyak 28% populasi perempuan muda Indonesia berisiko NEET dua kali lebih besar dibandingkan dengan pria.
Pakar Ilmu Sosial, Budaya dan Komunikasi, Dr. Devie Rachmawati, M. Hum., CPR mengungkapkan perempuan muda yang berdaya akan mampu menghadirkan sebuah perubahan besar yang lebih baik.
“Kontribusi perempuan muda yang terberdaya akan mampu menghadirkan sebuah perubahan besar yang lebih baik, untuk dirinya, keluarga, komunitas maupun masyarakat. Perubahan yang menjadi hasil dari kontribusi perempuan tentunya dapat mengubah masa depan menjadi lebih baik, secara ekonomi, kultural maupun tatanan sosial lainnya. Hal ini pun telah disebutkan sebagai salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) tentang pentingnya investasi kepada perempuan muda," jelasnya.
Sementara itu, Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia, Drg. Rau Mirah Afifah, GC ClinDent., MDSc, mengungkapkan dirinya secara khusus merancang materi demi mendukung para fasilitator untuk memberikan pembekalan bagi para perempuan dalam mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan mengejar passion mereka.
"Dalam merumuskan modul ini, Sunsilk menghadirkan pendekatan baru untuk membekali perempuan muda Indonesia menjadi agen perubahan melalui empat faktor yang disebut sebagai Positive Youth Development (PYD), yaitu Agensi, yang membantu mereka untuk mengambil keputusan, Aset yang memberikan akses kepada edukasi, pekerjaan, dan pelatihan yang memadai, Membangun Lingkungan yang Mendukung sebagai dorongan pemberdayaan dari lingkungan sosial dan Kontribusi yang memotivasi mereka untuk melibatkan diri juga sebagai agent of change yang turut menginspirasi satu sama lain sebagai perempuan yang tak terhentikan,” pungkasnya.
#Growfearless with FIMELA