Fimela.com, Jakarta Pil diet telah lama digunakan untuk membantu proses pengurangan berat badan. Mediator, sebuah brand pil diet di Perancis merupakan sebuah skandal kesehatan terbesar di negara tersebut. Sidang pengadilan penting mengenai skandal ini dimulai pada hari Senin (23/9) setelah pil penurun berat badan ini diyakini telah menewaskan hingga 2000 orang tewas dan terluka seumur hidup.
Sidang pengadilan ini dilakukan dengan tujuan menutup industri farmasi besar asal Perancis, laboratorium Servier. Laboratorium ini dituduh telah menyembunyikan efek samping Mediator yang bisa menghilangkan nyawa banyak orang. Sementara itu, regulator obat negara tersebut dituduh 'lembek' dan tidak bertindak apa-apa untuk mencegah kematian dan cedera pasien akibat mengonsumsi Mediator.
Advertisement
BACA JUGA
Dilansir dari Guardian, pil ini merupakan turunan amfetamin yang sebenarnya dipasarkan untuk para penderita diabetes atau yang kelebihan berat badan. Namun, obat ini malah kerap diresepkan untuk para perempuan sehat yang ingin menurunkan berat badannya dengan cepat. Mediator sendiri bekerja dengan cara menekan nafsu makan agar berat badan cepat turun.
Bukan hanya perempun-perempuan yang ingin diet lewat jalan pintas, tetapi Mediator juga kerap diberikan pada perempuan sehat, langsing, dan sporty oleh dokter untuk menghindari kenaikan berat badan.
Advertisement
Perempuan Perancis Mengonsumsi Mediator Sejak 1976
Dalam kurun waktu 1976 hingga 2009, ada 5 juta orang yang diberikan Mediator meskipun memiliki efek samping yang begitu serius. Dicurigai, obat ini mampu menyebabkan gagal jantung dan paru-paru. Sementara itu, Guardian melaporkan, kementerian kesehatan di Perancis menemukan paling tidak 500 orang yang meninggal karena gangguan katup jantung usai terpapar bahan aktif Mediator. Namun, estimasi yang dilakukan para dokter menyatakan angka tersebut mencapai 2000, sementara ribuan orang lainnya hidup dengan berbagai masalah kesehatan.
Efek samping dari Mediator pada perempuan sehat juga cukup mengirikan. Beberapa perempuan tidak sanggup menaiki anak tangga. Ada juga yang memiliki masalah kardiovaskular permanen yang membatasi kehidupan sehari-hari mereka. Meskipun Servier telah membayar uang kompensasi hampir sebesar € 132 juta atau sekitar Rp2 miliar, pengadilan tetap akan berlansung.
Pengadilan Perancis dilaksanakan untuk mencari tahu mengapa obat tersebut beredar di pasaran begitu lama di negara tersebut. Pengacara berpendapat, tulis the Guadian, laboratorium Serier sengaja menyesatkan para pasien selama beberapa dekade. Peredaran obat berbahaya tersebut dalam kurun waktu yang sangat lama juga disinyalir karena adanya otoritas yang lemah.
Sementara itu, Agence National de Sécurité du Médicament, regulator obat Perancis juga turut diadili. Mereka dituduh tidak mengambil langkah-langkah konkret untuk memeriksa dan mengendalikan produksi serta peredaran obat. Selain itu, mereka juga dituduh terlalau lambat bertindak dalam menangani kasus terbesar di dunia kesehatan Perancis, serta terlalu dekat dengan para perusahaan farmasi. Sementara ini selama pengadilan dan penyelidikan masih berlangsung, badan pengawas di sana mengatakan akan bekerja ssama dengan pengadilan untuk mematuhi aturan dan etika kesehatan yang lebih ketat.
Simak Video Berikut
#Growfearless with FIMELA