Fimela.com, Jakarta Setiap orang punya kisah cinta yang unik. Ada yang penuh warna-warni bahagia tapi ada juga yang diselimuti duka. Bahkan ada yang memberi pelajaran berharga dalam hidup dan menciptakan perubahan besar. Setiap kisah cinta selalu menjadi bagian yang tak terlupakan dari kehidupan seseorang. Seperti kisah Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Love Life Matters ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh : Kezia Happy - Kuningan
Awal aku bertemu dengannya hanyalah sekilas saja. Aku bertemu dan berkomunikasi dengannya saat berbicara mengenai tentang foto. Yang masih kuingat saat itu aku berkomunikasi dengannya untuk pertama kali saat mengambil foto bersama rekan-rekan lainnya di suatu acara. Aku masih biasa saja saat itu. Tak ada perasaan apa pun padanya. Malahan aku sedang menyukai seseorang saat itu. Saat itu aku meminta foto bersama kepadanya namun dia menjawabnya dengan jutek dan dingin.
“Hai Mr.XXX boleh tolong kirim fotonya?”
Lelaki itu kaget dan menjawab, “Nanti, ya,” jawabnya ketus memperhatikanku dalam diam.
Setelah hari itu berakhir kami jarang berkomunikasi lagi. Berbulan-bulan lamanya aku tak sadar bahwa lelaki jutek itu ternyata diam-diam memperhatikanku. Ternyata dia banyak bertanya tentangku kepada rekan-rekanku yang lain. Hanya saja aku terlambat menyadarinya. Anehnya masa dia bisa tahu apa saja topik yang kubicarakan kepada rekan-rekan lainnya, makanan kesukaanku dan warna favoritku hingga kebiasaan bahwa aku mudah lupa dalam mengingat sesuatu. Dia selalu menjadi orang paling pertama yang mengetahui apa yang aku suka, kebiasaanku dan kabar kesehatanku.
Masih kuingat ada hal aneh saat jam makan siang itu. Tiba-tiba seorang lelaki tinggi semampai, berkulit putih mulus dan berjalan tegap laksana model menuju tempat kami makan siang. Dengan nada yang halus dan juga sopan, dia pun berkata, “Numpang makan, ya.”
Aku beserta rekan lainnya mengiyakan dan mengizinkannya dia untuk makan dan juga tak sengaja mengizinkan dia untuk bertahta di hati kami semua. Entah dimulai dari mana topiknya aku sudah lupa. Yang kuingat saat itu adalah dia berkata kepadaku, ”Mau nggak tinggal di Armenia?"
Aku menjawabnya polos, ”Ngapain tinggal diArmenia?”
Dia menjawabnya dengan cepat, ”Siapa tahu nanti dapat Armenia.”
Jawaban yang sangat ambigu tanpa mengerti kenapa dia bertanya seperti itu
Semenjak acara makan siang bersama itu kami menjadi akrab dan klik dalam berkomunikasi.
Advertisement
Ikhlaskankah
Aku tahu dia sedang memperjuangkanku dan diam-diam berusaha menjadi seperti yang aku inginkan. Dia mencari tahu diriku dari CCTV yang ada di kantor kami. Hari itu aku ikut makan di kelas lain karena ditempatku tak ada rekan kerja. Mampirlah aku ke tempat rekan lainnya. Saat makan siang di meja rekan lain itu, aku jadi bercerita semuanya. Rekanku bertanya banyak apakah aku sudah ada calon yang mau melamar apa belum lalu ku menjelaskan, “Pacar nggak ada tapi teman cowok banyak sih.”
Setelah perbincangan itu dan topik lainnya itu aku jelaskan definisi sukses menurutku seperti apa. Maka aku jelaskan kalau sukses itu punya karier tetap dan juga punya usaha di luar itu. Setelah hari itu lelaki itu berusaha untuk menyibukkan dirinya dengan membangun bisnis kecil-kecilan yaitu jualan pulsa. Dan dia juga menyibukkan dirinya untuk menyelesaikan skripsinya dan menunggu hari wisudanya.
Aku tahu dia sedang berjuang untuk menjadi seperti yang aku inginkan menata masa depan bersama. Namun, aku merasa apa yang dia lakukan sepertinya kita tak berjodoh. Hal itu aku sadari dari alam semesta yang tak mendukung kami tak bersama. Dimulai dengan tali rafia berwarna merah yang tergantung tiba-tiba mau rubuh dan juga tali ikat warna merah seorang siswa yang tiba-tiba putus, keranjang buah berwarna hijau merah yang tiba-tiba rusak, belum lagi ada tanda-tanda lainnya yang mengarahkan seolah-olah kami tak berjodoh.
Dia pernah berkata sudah membawaku dalam doanya. Namun, aku merasa semakin dia berjuang aku merasa semakin dijauhkan dan rasanya tak hanya aku yang merasa kami tak berjodoh namun beberapa orang merasa dan berkata seperti itu. Semenjak aku menyadari tanda-tanda tak berjodoh aku mulai belajar untuk tak mengharapkan dan belajar mengikhlaskan kalau kita tak berjodoh meski aku tahu dia sangat menyayangiku. Lebih baik mengikhlaskan daripada mengeraskan diri. Sekeras apapun berusaha dan berjuang bila tak berjodoh, ikhlaskanlah.
#GrowFearless with FIMELA