Fimela.com, Jakarta Setiap orang punya kisah cinta yang unik. Ada yang penuh warna-warni bahagia tapi ada juga yang diselimuti duka. Bahkan ada yang memberi pelajaran berharga dalam hidup dan menciptakan perubahan besar. Setiap kisah cinta selalu menjadi bagan yang tak terlupakan dari kehidupan seseorang. Seperti kisah Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Love Life Matters ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Lita P. - Jakarta
Dulu, aku selalu mempertanyakan kenapa Tuhan tidak berpihak padaku. Pada kisah cintaku. Kenapa aku selalu mendapat ujian dan cobaan di dalam percintaanku? Apa Tuhan tidak sayang padaku?
Begitu banyak kejadian yang menyakitkan, seperti ditinggal menikah mantan kekasih, diberi harapan palsu bertahun-tahun, diajak ‘balikan’ mantan.
Hal yang terjadi selama bertahun-tahun ini membuatku agak skeptis sekaligus dingin akan tawaran ‘cinta baru’. Makin banyak persyaratan yang kuterapkan di saat seseorang mendekat.
Alhasil, hubunganku pun selalu mental.
Di saat lelah dan pasrah, datang seseorang yang tidak kuduga akan datang di kehidupan muramku. Tuhan mengirimkan padaku seseorang yang sekarang sudah menjadi imamku (insyaAllah untuk selamanya).
Ternyata, Tuhan sayang padaku. Mematahkan hatiku berkali-kali kepada laki-laki yang mungkin akan menyakitiku di kemudian hari, lalu Tuhan kirimkan dia yang akan membahagiakanku di masa depan.
Mau tahu siapa laki-laki itu?
Hmm, ya sebenarnya dia bukan pria baru di lingkunganku. Aku mengenalnya karena dia adalah klien dari perusahaan tempatku bekerja. Pertemuan awal dengannya sangat biasa layaknya staf marketing dan kliennya. Saat itu pun dia sedang menjalani hubungan dengan perempuan lain yang tadinya akan dia nikahi.
Sampai setelah setahun berselang, kami bertemu kembali untuk mengurusi pekerjaan. Saat itulah dia mulai intens menghubungiku, mengajakku makan, menjemputku pulang kantor. Ya, melakukan hal-hal manis kalau sedang PDKT. Loh terus pacarnya? Sudah putus katanya.
Advertisement
Memperjuangkan Cinta
Aku yang sudah lelah dengan hubungan ‘harapan palsu’ yang tidak ada kemajuan, seperti menemukan air dingin di gurun pasir. Apakah dia yang Tuhan kirimkan? Apakah dia tidak akan menyakitiku? Apa dia mau kalau aku ajak serius? Maklum, saat itu usiaku sudah hampir kepala tiga. Orangtuaku makin mendesakku untuk segera menikah.
He said yes. Dia mau hubungan kami tidak hanya sekadar pacaran. Dia mau aku menjadi bagian dari hidupnya. Bahagia? Iya dong! Tentu saja. Dia pria baik, yang sederhana, yang sangat sabar menghadapiku. Yang tidak mundur saat aku todong keseriusan.
Lalu, kisah cintaku berakhir dengan happy ending?
Yes, in the end. Tetapi perjalanannya tidak semulus dan semudah itu. Ah, itu wajar kan saat menyiapkan pernikahan?
Ya wajar, tapi ceritaku ini agak kurang wajar. Kenapa?
Oke begini.
Saat dia mulai menjalin hubungan denganku, ternyata salah satu keluarganya yaitu kakaknya sedang bermasalah dengan kepolisian. Kaget? Ya! Tapi dia meyakinkan masalahnya akan selesai cepat. Dan tidak akan mengganggu rencana kami.
Tetapi, ternyata permasalahan itu menjadi panjang dan berlarut-larut. Keluarganya menjadi sangat kalut. Sampai tercetuslah ide agar pernikahan kami bisa menunggu sampai permasalahan ini selesai.
Feeling-ku mulai tidak bagus. Rencana penyelesaian masalah pun selalu meleset. Lalu, apa aku harus mempertaruhkan hubungan kami?
Memang tidak bisa mengabaikan masalah ini, karena bagaimanapun keluarganya akan menjadi keluargaku juga. Tapi sampai kapan?
Aku tidak mau dan bisa menunggu lebih lama. Kenapa aku yang harus berkorban lagi?
Membangun Rumah Tangga
Sudah tak terhitung berapa banyak air mata dan pertengkaran selama kami merencanakan pernikahan kami. Lelah karena aku merasa aku dan keluargaku selalu mengalah. Karena keluarganya yang bermasalah, aku dan keluargaku harus berkorban. Kadang aku benci, tapi aku kasihan. Aku terlanjur sayang padanya, yang sekarang sudah menjadi suamiku. Aku tahu dan merasa dia pun sayang padaku.
Apa aku harus menyerah atau menutup mata saja? Sedikit egois, ya aku menutup mataku. Bersikap tidak peduli dan hanya memikirkan diriku saja saat itu.Alhamdulillah, Tuhan masih memberiku jalan. Niat baik kami akhirnya terlaksana. Kami menikah tahun 2017. Setelah bergulat dengan berbagai macam drama selama 2 tahun. Masih dengan masalah keluarganya, yang sampai detik ini pun masih terus menghantuiku. Tapi ya, mau tidak mau aku harus bisa terima. Karena keluarganya pun sekarang menjadi keluargaku.
Tidak perlu kuambil pusing, aku akan fokus pada keluarga kecil kami saja. Masih banyak hal dan cita-cita yang ingin kami capai. Berharap semoga Tuhan selalu memudahkan. Aku yakin, ujian dan cobaan ada untuk menguatkan dan menghapus dosa masa lalu. Semoga kesabaran kami akan berbuah manis suatu saat nanti.
Sayang, semoga Allah selalu memudahkan jalan kami menuju sakinah, mawadah, warahmah, kebahagian dunia dan akhirat. Aku yakin, selama kamu di sisiku, aku bisa, aku kuat. Love you, imamku.
#GrowFearless with FIMELA