Fimela.com, Jakarta Penulis: Gabriel Widiasta
Kabar yang cukup mengejutkan datang dari pihak Djarum Foundation yaitu menghentikan seleksi untuk masuk klub bulu tangkis PB Djarum di tahun 2020. Mereka mengatakan tahun ini (2019) adalah tahun terakhir seleksi tersebut diadakan. Hal ini dilakukan karena Djarum merasa tidak menemukan 'win-win solution' untuk menanggapi tuduhan eksploitasi anak oleh Yayasan Lentera Anak dan KPAI.
Sedikit mengulas kembali, belakangan ini memang cukup ramai dibicarakan tentang eksploitasi anak berkedok beasiswa oleh Djarum. Bukan main-main, yang melontarkan tudingan tersebut adalah KPAI. Alasannya jelas, begitu banyak logo Djarum dalam rangkaian seleksi yang dilakukan oleh Djarum Foundation untuk menyeleksi bibit muda klub bulutangkis PB Djarum.
Advertisement
Pendapat senada juga dipublikasikan oleh Yayasan Lentera Anak melalui akun twitternya pada tanggal 8 Agustus 2019 lalu. Yayasan Lentera Anak menjelaskan melalui sebuah 'thread' kenapa beasiswa untuk masuk ke klub bulutangkis PB Djarum adalah bentuk eksploitasi. Alasannya cukup jelas, penggunaan logo Djarum pada jersey yang dikenakan peserta seleksi.
Hal tersebut akhirnya direspon oleh pihak Djarum Foundation. Mereka menjawab semua tudingan dengan menyetujui untuk menghilangkan apapun yang berhubungan dengan Djarum. Mulai dari pergantian nama event serta apapun yang menunjukan brand rokok tersebut. Bahkan juga sepakat untuk tidak mewajibkan peserta menggunakan jersey berlogo Djarum. Namun pihak Djarum Foundation tidak menjamin jika tetap ada minat untuk membeli produk mereka baik dari pihak anak maupun orang tua.
Upaya negosiasi oleh Djarum tetap ditolak oleh KPAI. Dengan tegas KPAI ingin segala hal yang berhubungan dengan Djarum tidak terpapar ke peserta seleksi. Seakan tidak menemui titik terang, Djarum Foundation memutuskan untuk menghentikan seleksi yang akan datang dan menjadikan seleksi tahun ini sebagai yang terakhir.
Melansir Merdeka, hal itu diutarakan oleh salah satu kepala program Djarum Foundation langsung. "Kalau sekarang ini saya jawab iya, final, tahun 2019 ini akan menjadi audisi terakhir," kata Yoppy Rosimin selaku Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation pada audisi PB Djarum di GOR Satria, Purwokerto, Jawa Tengah.
Advertisement
Djarum Foundation: Rerpresentasi CSR
Sebagai perusahaan yang sangat besar, PT. Djarum seakan berupaya untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat dan negara. Hal itu sesuai dengan 5 nilai inti dalam perusahaan yaitu Fokus pada pelanggan, Profesionlisme, Organisasi yang terus belajar, Satu Keluarga dan Tanggung Jawab Sosial. Maka lahirlah apa yang disebut dengan Djarum Foundation pada 30 April 1986 yang diprakarsai Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono.
Salah satu program dari Djarum Foundation adalah Djarum Beasiswa Bulutangkis. Beasiswa ini ditujukan kepada orang yang ingin masuk dan mendapatkan fasilitas di kub PB Djarum. Banyak sekali atlet nasional yang lahir dari klub ini seperti Liem Swie King, Kartono, christian Hadinata, Yuni Kartika, Yuliani Sentosa, dan banyak lagi. Karena benar-benar serius, maka dibuatkan lah GOR Jati-Kudus pada tahun 2006 sebagai pusat latihan bulutangkis PB Djarum.
PB Djarum berusaha menjaring atlet sejak dini, yaitu anak berusia 10-15 tahun. Tanpa dikenakan biaya, peserta yang memeuhi persyaratan boleh mengikuti audisi ini. Tidak tanggung-tanggung, bagi mereka yang terpilih akan diberikan begitu banyak fasilitas penunjang seperti asrama, ruang latihan, makanan dengan kualitas yang baik, penyediaan peralatan, fasilitas fitness, perawatan dari ahli, akses pendidikan, dan berlatih dengan atlet senior.
Dari semua itu, peserta yang lolos tidak akan dikenakan biaya sama sekali. Segala biaya benar-benar ditanggung oleh Djarum Foundation, dari pendaftaran, akomodasi dan turnamen yang diikuti anggotanya. Djarum seakan ingin menunjukan komitmen untuk memperkuat kualitas hidup melalui beasiswa bulutangkis.
Dilema Logo Pada Upaya Realisasi CSR
Jika kita melihat apa yang menjad tujuan dan cita-cita Djarum Foundation melalui beasiswa bulutangkis, mungkin kita sepakat bahwa menjadi hak mereka untuk menggunakan logo perusahaan mereka. Penggunaan logo dalam bentuk apapun, seperti spanduk, banner, hingga sablon pada jersey para peserta yang ikut seleksi beasiswa PB Djarum ini.
Namun ternyata, karena Djarum adalah perusahaan rokok, maka ada ketentuan khusus dalam penggunaan logonya. Sesesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dalam Pasal 35 Ayat (1) huruf c, pengendalian promosi produk tembakau dilakukan dengan tidak menggunakan logo dan/atau merek produk tembakau pada suatu kegiatan lembaga dan/atau perorangan. Kemudian, pada Pasal 37 berbunyi sponsor industri rokok hanya dapat dilakukan dengan tidak menggunakan nama merek dagang dan logo produk tembakau termasuk citra merek produk tembakau.
KPAI memang meminta Djarum untuk melepas atribut dan logo mereka pada event yang melibatkan anak. Namun tidak sampai disitu saja, KPAI meminta seluruh logo Djarum bahkan untuk atlet yang senior. Pihak Djarum merasa hal ini memberatkan mereka karena Djarum bukan sekadar merk dagang rokok saja, tetapi juga merupakan klub.
Ada perbedaan pandangan antara KPAI dan pihak Djarum mengenai logo atribut ini. KPAI beranggapan apapun yang terafiliasi dengan Djarum pasti adalah brand rokok. Sedangkan Djarum berdalih, mereka menggunakan nama Djarum juga untuk klub, bukan hanya perusahaan saja. Lebih jauh, atlet yang dianggap sebagai 'lulusan' Djarum tidak mungkin tidak mengenakan jersey dengan tanpa logo. Itu merupakan salah satu daya tarik pula untuk kepentingan klub maupun perusahaan.
#GrowFearLess with Fimela