Fimela.com, Jakarta Setiap orang punya kisah cinta yang unik. Ada yang penuh warna-warni bahagia tapi ada juga yang diselimuti duka. Bahkan ada yang memberi pelajaran berharga dalam hidup dan menciptakan perubahan besar. Setiap kisah cinta selalu menjadi bagan yang tak terlupakan dari kehidupan seseorang. Seperti kisah Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Love Life Matters ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Desi Melinda - Tangerang
Bagai adik dan kakak yang memiliki perbedaan umur yang cukup jauh membuat hubungan ini sulit diterima oleh orang-orang di sekitar kami. Kisah kasih cinta di SMA berubah menjadi rasa yang harus aku tutupi demi nama baik bersama. Sosok lelaki itu adalah Guru PKL di sekolahku. Awalnya aku tidak menganggap serius candaan serta ucapan salam yang selalu dia titipkan kepadaku melalui teman guru PKL-nya, tetapi semakin lama perhatian dan sikap baiknya membuat hatiku luluh dan mencoba membuka hati kepadanya, walau aku tahu dia sudah memiliki pacar pada saat itu.
Hari-hariku di sekolah menjadi sangat berwarna ketika melihat dia menjelaskan materi Sejarah di depan kelas, memperhatikan setiap gerak-geriknya yang lucu untuk berusaha tidak grogi di depanku. Hampir setiap hari kami selalu menyempatkan diri untuk mengobrol secara langsung, baik itu di perpustakaan atau sekadar menyapa ketika kami bertemu di lorong sekolah. Walau kenyataannya itu sangatlah susah, karena kami berusaha agar tidak ada yang curiga dengan kedekatan ini. Tidak tertinggal pesan-pesan, serta nyanyian dengan alunan gitar dan obrolan manis yang selalui ia ceritakan di telepon setiap malam sebelum aku tidur. Kedekatan kami tersebut berjalan kurang lebih 3 bulan lamanya.
Tiba saatnya masa guru PKL berakhir di sekolahku, aku harus menerima kenyataan bahwa dia akan pergi dan meninggalkan sekolah SMA ini untuk meneruskan kuliahnya agar dapat lulus tepat waktu. Rasa sedih dan rindu bercampur jadi satu, seperti tak rela harus berpisah dengan sosok lelaki penyemangatku di sekolah. Sebagai tanda perpisahan kami, ia memberikan aku buku novel yang ternyata di depannya sudah ia tuliskan puisi untuk diriku, sepenggal kalimat berbunyi, "Maaf jika selama ini aku kelihatan cuek, jutek, dsb. Tapi sebenarnya orientasi aku hanya satu, yaitu kamu." Sungguh hal ini membuatku semakin sedih dan berharap ia akan kembali lagi.
Â
Advertisement
Dia Bukan Jodohku
Hari demi hari, semenjak ia pergi, ia sudah jarang mengirimiku pesan atau kabar kepadaku. Sikapnya kepadaku menjadi berubah total dan beberapa media sosialku juga di-block olehnya. Kecurigaanku ternyata benar, bahwa yang menyebabkan ia seperti itu adalah pacarnya. Ya pacar aslinya, bukan seperti aku yang tidak jelas statusnya, hal tersebut membuat aku teringat ketika dia bercerita untuk memutuskan mengakhiri status dengan pacarnya dan serius kepadaku. Tetapi orangtuanya sangat tidak setuju jika ia mengakhiri cintanya dengan pacarnya pada saat itu.
Aku hanya bisa merenung dan menjawab perasaan ini dalam hati, "Aku tidak ingin merusak hubungan kalian, apakah rasaku ini salah? Jika iya, aku harus menerima kenyataan jika akhirnya kamu akan pergi meninggalkan aku." Mungkin ini adalah jawabannya. Rasa yang kukira cinta selama ini adalah rasa yang tidak murni, yang memang bukan ditakdirkan untuk diriku.
Kini bukti cinta nyata mereka telah menjelma menjadi sosok bayi kecil yang lahir pada tahun ini. Bagiku kisah dan pengalaman ini adalah pembelajaran rasa untukku, agar tidak lagi keliru dengan sebuah perasaan semu yang ternyata bukanlah cinta sejati melainkan hanya rasa ingin memiliki.
#GrowFearless with FIMELA