Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.
***
Oleh: Honeypie - Cirebon
Advertisement
Membahas soal pernikahan, pasti ada saja cerita unik di baliknya. Dari pasangan yang akan melangsungkan pernikahan itu sendiri sampai keluarga besar yang ikut campur. Dari yang paling sepele sampai yang paling rumit. Setiap orang yang melangsungkan pernikahan pasti mengalami hal itu. Nah, berikut adalah beberapa hal yang sering dipermasalahkan oleh sebagian orang, padahal bagi kita calon pengantin hal tersebut bukan masalah yang hadir tanpa solusi.
Mengenai usia. Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa usia adalah patokan utama apakah sebuah pernikahan akan berhasil atau gagal. Mereka beranggapan bawa semakin matang usia untuk menikah makan semakin baik karena orang tersebut pasti telah siap menikah. Padahal sesungguhnya bukan usia yang menjadi patokan tetapi kedewasaan seseorang. Dan kedewasaan seseorang tak bisa semata-mata diukur dari usia saja.
"Usia sekian sampai sekian lah seharusnya kamu menikah, bukan sekian."
"Kamu masih terlalu muda untuk menikah."
"Mending kamu sekolah lagi aja, selesaikan S2 dulu baru nikah," begitu kata sebagian orang.
Nah ini, yang biasanya menjadi beban pikiran seorang untuk menikah, terutama wanita. Karena usia adalah hal yang krusial bagi sebagaian wanita yang ingin memiliki anak. Mengingat usia reproduktif wanita tidak sepanjang usia reproduktif yang dimiliki kaum pria.
Selain dianggap terlalu muda untuk menikah, ada beberpa orang yang beranggapan bahwa seharusnya sebuah pernikahan dilangsungkan berurut sesuai urutan lahir. Si kakak lah yang seharusnya terlebih dahulu menikah, bukan si adik. Kalau si kakak belum menikah, maka si adik tidak boleh menikah. Padahal kesiapan setiap orang dalam menghadapi sebuah pernikahan berbeda-beda, tidak bisa disamaratakan.
Advertisement
Masalah Akan Selalu Ada
Ada sebagian orang yang ingin segera menikah karena telah menemukan tambatan hati yang tepat, tetapi ada pula yang ingin berkarier terlebih dahulu sebelum berkeluarga. Hal ini sering terjadi pada kaum wanita. "Tidak sopan melangkahi kakaknya," begitu kata mereka. Padahal menikah bukan mengenai sopan atau tidak sopan, tetapi tentang kesiapan. Masalah materi juga menjadi hal yang sering dipermasalahkan bila seseorang akan menikah. "Berkarierlah setinggi mungkin sebelum menikah." "Cari uang sebanyak mungkin sebelum berkeluarga karena nanti ketika berkeluarga kebutuhan membengkak," dan lain sebagainya anggapan bawah patokan utama menikah adalah kondisi perekonomian alias uang. Padahal, yang menjadi penting dalam pernikahan ialah bukan sebanyak apa uang yang dimiliki, tapi seberapa pintar dalam mengelola keuangan. Bukan berarti ketika dua orang memutuskan untuk menikah maka kebutuhan hidup menjadi dua kali lipat pula.
Anggapan buruk tetang calon pasangan juga sering diterima oleh calon pengantin apabila akan melangsungkan pernikahan. Opini-opini negatif tetang calon suami sering dilontarkan oleh orang yang bahkan tidak mengenal si calon suami tersebut secara mendalam. "Yakin mau nikah sekarang? Nggak mau keliling dunia dulu baru menikah? Nanti kalau ternyata suamimu mengekang bagaimana?" atau, "Mending puas-puasin kerja dulu deh, main-main sama teman-temanmu itu, nanti kalau sudah menikah bosen lho yang diurusin cuma suami sama anak-anak, nggak bisa ke mana-mana lagi." Padahal yang paling tahu bagaimana sifat dan sikap calon suami adalah diri kita. Tapi seringkali ada pihak yang menakut-nakuti bahwa nanti ketika telah menikah maka sifat dan sikap suami akan berubah.
Pernikahan sejatinya adalah milik kita. Masalah pasti ada, tapi bagaimana menanggapi masalah tersebut adalah pilihan kita. Mau dibuat sederhana atau rumit, itu tergantung kita.
#GrowFearless with FIMELA