Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.
***
Oleh: Irene - Tangerang Selatan
Advertisement
Saat kami dulu mempersiapkan pernikahan, ada banyak orang, keluarga ataupun teman yang menyarankan untuk mengadakan resepsi. Karena katanya pernikahan itu sekali seumur hidup jadi layaklah dirayakan, jadi raja ratu sehari. Tapi kami memandangnya beda. Dana yang ada justru kami alokasikan untuk uang muka membeli rumah. Cukup besar dana yang kami alokasikan, hampir 90%. Sehingga pinjaman KPR menjadi tidak terlalu lama, hanya 7 tahun. Sisa dana 10% yang kami pakai untuk biaya pernikahan resmi secara agama dan catatan sipil.
Beberapa orang menganggap kami aneh karena tidak mengadakan resepsi. Bahkan ada teman yang bilang, nanti juga akan balik modal dengan perkiraan adanya pemberian/angpao dari mereka yang hadir di resepsi. Bagi kami pernikahan bukanlah untuk mencari untung. Pernikahan adalah sebuah awal perjalanan kehidupan kami berdua. Jadi kami tidak mau sampai salah perhitungan di awal. Buat kami keuangan yang ada harus dikelola dengan bertanggungjawab. Kami pun tidak mengharapkan pemberian/angpao dari keluarga/teman. Yang penting pernikahan kami sah secara hukum dan agama.
Advertisement
Menikah dengan Sederhana
Saat pemberkatan nikah kami di gereja, banyak teman yang datang selain keluarga besar. Merekapun bersukacita bersama kami. Walaupun kami hanya sediakan kue-kue untuk mereka yang hadir karena jam pemberkatan pukul 2 siang, pemberkatan nikah berjalan sakral. Seusai pernikahan kami pulang ke rumah sendiri bukan rumah orangtua. Kami mau menjalani kehidupan berumah tangga yang mandiri tanpa menumpang pada orangtua. Supaya kami juga belajar menghadapi kehidupan sendiri tanpa membebani orangtua ataupun saudara.
Kami banyak belajar dari awal mempersiapkan pernikahan. Berkaca pada mereka yang lebih dulu ataupun berbarengan dengan kami dalam pernikahan, kami harus lebih bijak dalam mengelola keuangan. Ada yang bahkan meminjam uang demi mewujudkan resepsi pernikahan yang wah. Namun tetap menumpang pada orangtua hingga usia pernikahan sudah belasan tahun. Sementara harga rumah terus melambung membuat sulit untuk menabung.
KPR yang harusnya 7 tahun pada akhirnya kami selesaikan 3,5 tahun. Rumah yang ada juga sudah pernah kami renovasi. Sekarang harga rumah kami sudah jauh tinggi dibanding awal kami beli. Bersyukur dengan keputusan tepat kami di awal menikah. Bijak dalam mengelola keuangan menjadikan pernikahan kami kuat.
#GrowFearless with FIMELA