Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.
***
Oleh: Cicilia Yunilitaayu - Karanganyar
Advertisement
Sejatinya saya sudah menikah. Puji Tuhan sudah diberi kepercayaan dengan hadirnya seorang anak lelaki yang lucu, sehat, lengkap, menggemaskan, imut, sedang banyak polah, masih suka terbangun di tengah malam, dan lain-lain. Pernikahan saya lancar, aman, minim drama, tidak mengganggu finansial, dan mengundang banyak orang yang mostly tidak saya kenal dengan baik. Beberapa teman memang datang ke pernikahan saya, tapi tidak banyak. Slot undangan terbanyak adalah teman-teman orang tua. Hahaha (tertawa pedih dalam hati).
Sebenarnya kalau boleh memilih dan mengulang, saya sungguh ingin mewujudkan pernikahan impian saya yang bertema Garden Party dan diadakan di kawasan Kaliurang, Yogyakarta. Terkesan sangat biasa memang: Garden Party. Sangat umum dan sudah banyak dilakukan banyak pasangan. Tapi saya nggak mau garden party yang biasa. Yang saya mau adalah garden party yang intim. Yang saya mau bukan mengundang teman-teman orang tua saya, tapi cukup teman-teman terdekat saja. Yang saya mau bukan menyajikan zuppa soup ke tamu-tamu saya, tapi makanan ala mahasiswa yang dulu sering kami santap bersama macam bakso depan kampus, ice blend ala-ala, cappucino cincau, tahu pedas, roti bakar, kue lekker, rujak bebeg, ya… kind of.
Advertisement
Masuk dalam Bucket List
Saya nggak mau menunggu di singgasana bersama pasangan saya. Yang saya mau adalah berbaur dengan teman-teman saya, ngobrol sambil mengenang masa-masa suram di sekolah, ceng-cengan waktu kuliah, dan kegemparan yang kami buat semasa jadi penghuni kos dan jomblo. Saya nggak mau foto pernikahan yang diatur sama fotografer, yang saya mau fotografernya yang harus kreatif dan pintar mengambil momen yang tepat selama saya dan teman-teman saya asyik bercanda. Saya nggak mau pakai baju pernikahan yang repot dan high heels yang bikin kaki pegal tidak karuan. Yang saya mau pakai oversized shirt putih dipadu overall santai dan sepatu kets kesayangan, plus pakai veil yang cantik. Biar santai tetap mau kelihatan dong siapa Ratu Seharinya.
Tapi ya apa mau dikata. Resepsi demikian akan jelas-jelas langsung ditolak dong sama ibunda tercinta. Saya sih bisa memahami kalau di Indonesia, adalah sebuah kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam mengantarkan anaknya (apalagi saya anak perempuan satu-satunya) menuju mahligai perkawinan. Sekalipun tidak kesampaian, setidaknya saya pernah berangan-angan punya acara pernikahan impian. Ya mungkin belum bisa diwujudkan kemarin, tapi boleh lah masuk bucket list buat pesta perak pernikahan nanti. Hehe.
#GrowFearless with FIMELA