Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.
***
Oleh: Felaaziiza - Lampung
Advertisement
Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Usiaku kini sudah menginjak 27 tahun, sudah usia matang untuk menikah. Lingkungan tempat kerjaku menuntut aku untuk segera menikah, namun hal ini berbeda dengan kedua orang tuaku. Merasa terusik dan merasa nyaman dalam hal ini seperti merasa seimbang. Sebenarnya bukan untuk menyalahkan orang yang berada di eksternal, hanya saja banyak yang ringan berbicara karena melihat hal yang tak biasa dilingkungan kami jika ada wanita yang memiliki usia 27 tahun tetapi belum menikah.
Siapa bilang aku tidak pernah dekat dengan seseorang, aku selalu berusaha memberikan kesempatan untuk diriku dan untuk orang lain yang mendekatiku sejak usiaku menginjak 22 tahun. Faktor dari kenyamanan bekerja, dan merasa laki-laki terakhir yang menjadi kekasihku adalah orang yang membuat aku terpukul keras karenanya. Dia memilih wanita lain untuk menjadi istrinya, ketika aku membutuhkan sedikit waktu mempersiapkan diri mempertimbangkan apakah dia menjadi pelabuhan terakhirku.
Aku tidak putus asa dalam mencari pasangan hidup. Tak hanya satu kali berkenalan, akupun mencoba sekuat tenaga untuk membuka hati. Di usiaku yang 23 tahun ada seorang laki-laki yang meminangku, namun di dalam perjalanannya 4 bulan sebelum hari H kami mengalami kegagalan. Permasalahan ini muncul ketika kami berbicara tentang kesediaan yang membuat aku menolaknya. Yaitu kesediaan aku untuk selalu di rumah dan berhenti bekerja. Bagiku hal ini sedikit tabu, karena aku bukan seseorang yang akan merasa nyaman jika aku menyanggupi permintaannya. Setelah kami mempersipakan untuk ketersediaan budaya, waktu tanggal pernikahan, sampai langkah kami yang akan meminta kepada keluarga masing-masing hancur sirna dengan aku melangkah dan berpamitan mundur. Kepada calon pengantin, makna pernikahan adalah terciptanya ketenangan jiwa dan rasa cinta serta kasih sayang antara dua orang manusia.
Advertisement
Pernikahan dan Masalah yang Menyertainya
Karena beberapa alasan perbincangan kami yang kami buka empat bulan sebelum pernikahan. Dia laki-laki bijaksana yang terpaut enam tahun dari usiaku, dirinya sudah mempersiapkan modal menikah, namun modal hidup selanjutnya ia sedang berusaha mencarinya. Perkerjaannya adalah wirausaha, yang belum pasti pendapatannya berapa. Sedangkan aku adalah wanita yang workaholic, dan sudah teratur berpikir setelah menikah akan bagaimana dan segala goal apa yang akan dicapai.
Alasanku karena, ketika sepasang manusia sudah memiliki komitmen untuk melakukan pernikahan tujuannya adalah untuk merasakan perasaan cinta dan mendapatkan kasih sayang antara keduanya. Dengan menggenapnya pernikahan akan mencukupkan kebutuhannya dan menambahkan rezekinya. Namun tak selamanya rumah tangga akan berjalan dengan selalu bahagia, ada saja masalah yang muncul sehingga butuh usaha lebih untuk membuat pernikahan tetap bahagia.
Keterbatasan waktu dan finansial antara suami istri dikarenakan komunikasi yang berbeda, perhatian yang kurang serta kesalahan dalam menyampaikan maksud dalam berkomunikasi dapat memberikan permasalahan di dalam rumah tangga. Kurangnya quality time bersama keluarga, perbedaan sifat, karakter dan kebiasaan menyebabkan ketidakcocokan dan menyebabkan masalah dalam rumah tangga. Kesalahan dalam komunikasi tidak lancar akan menimbulkan perasaan sakit hati bagi sebagian pasangan suami istri.
#GrowFearless with FIMELA