Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.
***
Oleh: N. - Jakarta Pusat
Advertisement
Tak terasa pernikahan sudah berjalan hampir dua tahun. Rasa suka dan duka masih teringat di benak. Repotnya menyatukan bebepa pikiran dalam satu acara. Mulai dari penentuan tanggal sampai hal-hal perintilan souvenir, hiasan-hiasan hantaran, dan lain sebagainya.
Awalnya saya sama cami (calon suami) sepakat menikah pada hari Sabtu tanggal 7 Oktober 2017, tapi berhubung keluarga saya orang Jawa ada perhitungan bulan yang baik dan tidak yang boleh dipakai untuk menikah. Singkat cerita dengan segala perdebatan yang ada dengan keluarga, sesuai perhitungan Jawa akhirnya dapatlah hari baiknya, yaitu Sabtu tanggal 25 November 2017. Persiapan pernikahan saya ini punya waktu sekitar 12 bulan atau 1 tahun (cukup lama bukan?). Iya memang cukup lama, namun who knows? Selama 12 bulan ke depan banyak kejadian tak terduga yang menimpa kami.
Januari 2017 cami ambil pensiun dini dan memulai usaha dengan temannya. Seiring berjalannya waktu persiapan pernikahan kami yang sudah terpenuhi antara lain souvenir photo booth dan foto prewed. Dengan modal berbagai event wedding dan website EO/WO dsb, dapatlah satu WO yang super duper lengkap menyediakan segala fasilitas dengan harga yang sepadan. Kebetulan juga ada satu gedung yang emang memang saya dan cami taksir. Langsung dong kami DP dan kebetulan tanggal yang kami mau pakai masih kosong.
Selanjutnya memilih katering. Ada beberapa sih yang masuk list dan masuk budget, daripada penasaran langsung saja kami ke sana. Sambil mencoba beberapa makanan yang disuguhkan oleh tim marketing-nya kami sekaligus mengobrol. Ada satu stan yang makanannya enak-enak. Langsung lah kami DP kateringnya dan tambah dengan beberapa menu untuk gubukan.
Advertisement
Ibu Mertua Meninggal Dunia
Singkat cerita, bulan Juni 2017 usaha cami masih lancar. Tapi karena kebutuhan biaya berobat ibu cami, akhirnya cami balik lagi kerja kantoran, dan usaha dipegang sama teman cami. Ibu cami sakit komplikasi jantung, saraf kejepit, dan tumor payudarah. Selama Juni sampai Agustus ibu cami bolak balik dirawat dan dokter mengharuskan ibunya untuk operasi. Ibu cami sangat optimis banget untuk sembuh, kami selaku keluarga juga support kesembuhan beliau. Akhirnya jadwal operasi diputuskan bertepatan beberapa hari sebelum saya sama cami tunangan.
Kami semua pasrah dan berserah sama Allah untuk kesembuhan ibu cami berharap beliau pulih dengan segera. Namun ternyata penyembuhan operasi saraf kejepit tak bisa instan. Beliau merelakan tidak melihat secara langsung anaknya bertunangan (hanya lewat VC)karena berharap acara dan kesembuhan ibu cami sama-sama baik. Selagi cami jagain ibu cami, saya mencoba mengrus keperluan-keperluan pernikahan kami. Dan beruntungnya saya dikelilingi orang-orang yang baik hati. Keluarga dan sahabat-sahabat ikut membantu dari proses pengerjaan cari dekor untuk hantaran di Asemka/pasar pagi. Sampai cari bahan seragam ke tanah abang dan sampai pengerjaan amplop untuk undangan yang ala-ala DIY rustic. Checklist gedung, katering, make-up, gaun, jas, undangan, souvenir, hantaran, mahar, seragam keluarga & bridesmaid. Tinggal pembayaran selanjutnya untuk gedung & cateringnya.
Dua bulan sebelum hari H, tepat tanggal 14 september 2017 menjadi hal yang paling menyayat hati kami. Kondisi ibu cami makin memburuk hingga meninggal. Cami sangat terpukul, sedih, dan semua bercampur aduk. Di hari haru ini pun masih banyak orang yang nyinyir banyak yang kasak kusuk ngomongin pernikahan kami. Banyak yang bilang tak boleh dilanjutin, takut menjadi malapetaka. Saya dan cami tidak menggubris hal itu, kami hanya fokus dulu untuk pemakaman ibunya.
Beberapa minggu setalah ibu cami meninggal, saya dan cami merundingkan dengan pihak keluarga bagaimana baiknya karena banyak tetangga, kerabat, dan orang-orang terdekat lainnya yang mengusulkan untuk menunda pernikahan. Namun pihak keluarga inti cami dan keluarga inti saya memutuskan untuk tetap melanjutkan pernikahan dikarenakan hal baik kenapa harus ditunda-tunda.
Ujian Hadir untuk Mendewasakan
Kemudian cobaan seakan datang bertubi-tubi bagi kami, usaha cami bangkrut. Teman cami menggunakan uang perusaahan. Dan kami juga tidak bisa membayar pelunasan gedung dan katering. Marah, sedih pokoknya rasa bercampur aduk. Tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Dan ditambah ada salah satu temen cami lagi yang pinjem mobil, ternyata untuk tindak kejahatan. Ya Allah, cobaan apa lagi ini? Akhirnya cami berusaha cari pinjaman untuk tebus mobil yang disita polisi. Karena kasus yang lumayan berat, tebusannya mencapai puluhan juta rupiah.
Masih bersyukur sih ada orang baik yang mau dan percaya memberikan pinjaman pada kami. Namun kami akhirnya memutuskan untuk membatalkan pernikahan kami di gedung dan mengiklaskan uang yang telah masuk. Akhirnya kami melangsungkan pernikahan di rumah saya dengan sederhana dan bahagia.
Terima kasih Tuhan, kami masih sanggup melalui cobaan ini. Yang awalnya begitu berat terasa namun ini menjadikan kami lebih kuat. Terima kasih kalian yang terlibat menguji kedewasaan kami. Kami mengikhlaskan segalanya. Dan tepat satu tahun penikahan kami yaitu 25 november 2018, kami mendapatkan kado terindah yang tak ternilai harganya, yaitu putri kecil kami.
#GrowFearless with FIMELA