Fimela.com, Jakarta Ada banyak yang harus dipertimbangkan seorang perempuan ketika memutuskan ingin menikah, salah satunya adalah menentukan pilihan pria seperti apa yang akan jadi calon suaminya.
Ada dua pilihan yang mungkin dihadapi banyak perempuan, menikahi pria yang baik ataukah pria yang dicintai? Bagi beberapa perempuan, mencintai pria yang akan dinikahi adalah syarat utama. Ada yang bilang, "Kalau nggak cinta, mana bisa hidup bahagia?"
Di sisi lain, banyak juga perempuan yang lebih memilih mengesampingkan perasaan. Alih-alih menikahi pria yang dicintai, mereka memilih 'pria yang baik', dengan berbagai kriterianya dan kalimat defensif seperti "Nggak punya uang juga percuma, makan tuh cinta!", atau "Yang penting dia cinta sama kita, soal perasaan, nanti juga terbiasa", atau mungkin "Cinta itu cuma sebagian kecil dalam pernikahan."
Advertisement
Lalu, pria mana yang lebih baik untuk dinikahi? Penulis dan filsuf Alain de Botton yang menulis esai The New York Times berjudul ‘Why You Will Marry The Wrong Person’ mengatakan, "Kita semua tak akan berhasil menemukan orang yang tepat, tetapi kita mungkin berhasil menemukan orang yang baik, dan itu sudah termasuk kesuksesan dalam sebuah hubungan."
Advertisement
Menikahi Pria Baik
'Orang baik' ini kemungkinan besar adalah campuran dari hal yang kamu sukai dan tidak. Ada kalanya kamu jatuh hati dan ada kalanya pula membenci. Bisa jadi keseimbangan inilah yang lebih baik dipilih. Karena seringkali orang yang dicintai justru sering membuat kecewa, dan kamu akan lebih mudah jatuh cinta pada pria yang baik.
Seperti dikatakan Botton, tanda kematangan psikologis sejati adalah ketika kita punya kemampuan untuk berhenti mencari kesempurnaan, dan menerima kenyataan bahwa kita semua aneh dan menyebalkan.
Dengan kata lain, berusaha lah paham bahwa tak ada yang serba sempurna di dunia ini, ladies. Pada akhirnya kita akan lebih banyak belajar berkompromi ketika menikah. Bersyukurlah jika bisa menemukan yang dicintai dan baik dari awal, Sahabat Fimela.
#GrowFearless with FIMELA