Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.
***
Oleh: Ruth Clara Dewi - Jakarta
Advertisement
Pernikahan Batak itu sungguh menguras hati, tenaga, dan pikiran. Semua orang pasti tahu, pesta adat Batak sangat membutuhkan banyak uang.
Aku dan kekasihku hanya beda 1 tahun dan sudah hampir 3 tahun aku bersamanya. Kami menjadi sepasang kekasih dari tingkat akhir kuliah. Setelah lulus dia mencari kerja sebagai staf di perusahaan. Setahun kemudiaan aku lulus aku mencari kerja juga sebagai karyawan staf di perusahaan. Kami berdua berencana akan menikah nanti setelah 4 tahun pacaran di tanggal hari jadi aku dan kekasihku, yang memang kebetulan di tahun ke 4 tersebut bertepatan di hari libur, yaitu hari minggu. Dengan rencana itu aku dan kekasihku harus mencari uang lebih banyak untuk mewujudkan 1,5 tahun lagi untuk menikah.
Cukup banyak kendala yang harus aku dan kekasihku hadapi dalam mewujudkannya. Terlebih aku dan dia hanyalah staff biasa di perusahaan yang gajinya tidak terlalu besar. Hanya standar upah minimum. Kami berdua sering berdebat soal ini, bagaimana mengumpulkan uang dalam waktu yang sangat singkat ini.
Kekasihku mempunyai banyak biaya yang harus ditanggung untuk keluarganya sendiri. Sehingga untuk menabung tidak bisa sebanyak yang aku dan dia inginkan. Ketentuan mahar atau sinamot (dalam bahasa Batak) saja kisaran Rp50 juta lebih untuk standar lulusan perguruan tinggi. Dalam waktu yang singkat ini setelah aku dan kekasihku melakukan perhitungan, keuangan yang bisa diwujudkan setelah menabung hanya bisa memberi sinamot saja.
Di luar sinamot yaitu untuk gedung, sewa mobil pernikahan, catering, souvenir, foto dan video di pernikahan masih belum tahu bagaimana cara mewujudkannya. Karena di dalam adat Batak jikalau sinamot standar berarti pesta adat pria yang menanggung segalanya. Tetapi jikalau sinamot sekitar ratusan juta maka kemungkinan besar pesta ditanggung oleh pihak perempuan. Jadi inilah yang menjadi beban kekasihku.
Advertisement
Lebih Giat Menabung
Sembari aku dan kekasihku berusaha mencari uang tambahan, dimulai dari menabung dengan tabungan berjangka yang mempunyai bunga di akhir pencairan. Aku dan kekasihku juga mulai mencari vendor pernikahan untuk melakukan perhitungan yang tepat sehingga aku dan kekasihku dapat mengetahui berapa biaya yang harus dikeluarkan. Kami mulai berdiskusi soal tema dan konsep warna yang bagus itu seperti apa. Kami juga mendiskusikan mobil pernikahan yang aku dan kekasihku inginkan. Aku mulai mencari di social media untuk wedding dress-ku saat di pemberkatan nanti.
Tidak lupa juga aku juga mencari warna yang bagus untuk bridesmaid dress ku. Aku dan kekasihku berencana untuk mengikuti pameran pernikahan supaya bisa membuat kami berdua lebih semangat lagi untuk mewujudkan harapan kami berdua. Dan pastinya bisa lebih banyak mengetahui vendor yang tepat dan sesuai dengan keuangan kami.
Banyak tantangan yang aku dan kekasihku hadapi. Kami sering berbeda pendapat, dan salah paham baik dari segi pembicaraan soal finansial ataupun konsep dan keinginan dari keluarga masing-masing. Tidak jarang juga kami selalu bertengkar, untuk mewujudkan harapan kami bersama. Di kantor kadang aku atau dia sembari chatting saat membicarakan pernikahan kami sering bersedih bahkan menangis karena di rasa terlalu berat. Melihat teman-teman kami yang sudah mau menikah, kami bersedih karena kami harus berusaha keras untuk mencukupi kebutuhan financial kami saat pernikahan nanti.
Kami berbicara dari hati ke hati betapa sedihnya hubungan kami yang sangat terkendala di keuangan. Aku dan kekasihku berusaha sekali untuk mengirit pengeluaran kami atau biaya pacaran. Di lubuk hati aku dan kekasihku ingin sekali berpacaran ketempat uang kami suka seperti ke pantai atau gunung walaupun hanya sehari saja, tapi apa daya itu juga memerlukan uang yang tidak sedikit pastinya. Dengan demikian kami mulai lebih sering menghabiskan waktu di rumah saja dengan menonton film ataupun bermain games bersama. Ataupun sekadar makan keluar di tempat yang tidak jauh dari rumah. Meminimalisir bertemu dengan teman-teman karena harus mengirit. Meminimalisir juga keinginan pribadi. Sedih memang merasakan ini semua dahulu untuk mencapai harapan dan kebahagiaan dalam memperlangsungkan pernikahan nanti.
#GrowFearless with FIMELA