Sukses

Lifestyle

Memaafkan Perceraian Orangtua

Fimela.com, Jakarta Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela: Sambut Bulan Suci dengan Maaf Tulus dari Hati ini.

***

Oleh: Annissa RC - Garut

Menyaksikan secara langsung perpisahan antara dua insan Tuhan bukanlah hal yang mudah, apalagi jika dua orang tersebut adalah ayah dan ibu kita. Seringkali sang anak merasakan depresi karena melihat orangtuanya berpisah dan membenci keduanya atau masih banyak dampak lainnya yang dihasilkan dari keluarga broken home.

Saya juga mengalami hal tersebut, sudah empat kali mereka berpisah dan tiga kali rujuk kembali. Sejak kecil saya sudah menganalisis penyebab keluarga saya seperti ini. Ternyata sejak saya belum lahir ayah dan kakek saya tidak akrab atau bisa dibilang Kakek saya tidak menyukai ayah saya, sehingga hal itulah yang membuat ayah dan ibu saya beberapa kali berpisah.

Namun semua hal itu tidak terlalu membebankan saya karena saya masih mendapatkan perhatian dari kedua orangtua saya. Sampai akhirnya orangtua saya benar-benar berpisah secara agama dan hukum, di sanalah saya mulai merasa kehilangan segalanya. Saya mulai menyalahkan kakek saya yang selalu membenci ayah saya, lalu membenci ayah saya karena tidak pernah mendapatkan pekerjaan dan berusaha menemui saya, dan yang terakhir saya membenci ibu saya karena memiliki kekasih baru yang usianya lebih muda.

Saya merasa benar-benar kehilangan semuanya, perhatian ibu yang selalu menguatkan saya kini menghilang karena ibu saya hanya fokus kepada kekasih barunya, bahkan lebih memprioritaskan kekasihnya dari mulai ekonomi, kasih sayang, dan lain-lain dibandingkan saya. Di situ saya mulai membenci semua hal, saya jadi sering mengacak-ngacak barang yang ada di kamar, saya sering menangis setiap melihat ibu saya sedang berduaan dengan kekasihnya.

 

Tidak Ada Lagi Benci

Melihat perubahan pada diri saya lantas ibu saya bertanya mengenai hal tersebut, akhirnya saya jelaskan seluruh perasaan saya bahwa saya tidak menyukai ibu berhubungan dengan kekasih mudanya itu. Hati ibu saya sepertinya terketuk, secara perlahan ia meninggalkan kekasihnya walaupun ia masih sering diam-diam berhubunan dengan pria tersebut atau pria lain tapi tidaklah separah sebelumnya. Akhirnya semua yang saya butuhkan kembali lagi, perhatian ibu, kasih sayang ibu semuanya terlimpah curhakan hanya kepada saya, ibu saya sangat fokus sekali membesarkan saya walaupun single parent.

Tapi ketika menginjak usia remaja saya mulai merasakan rasa tertarik kepada lawan jenis, dan entah mengapa saat itu saya tiba-tiba terbayang ibu saya. Saya merasa bersalah kepada ibu saya, saya merasa terlalu menekan untuk terus memperhatikan saya tanpa mementingkan perasaanya, saya mulai paham bahwa ibu saya butuh sosok pendamping dalam hidupnya, karena kasih sayang yang saya berikan tidaklah seupa dengan kasih sayang yang diberikan oleh pasangan kepada kita.

Saya pun mencoba mengobrol dengan ibu saya dan secara tidak langsung saya menyetujui jika ibu saya menikah kembali. Dari mulai saat itu, setiap ibu saya dekat dengan pria, ia selalu bercerita kepada saya. Kami jadi seperti berteman segala halnya kami ceritakan kepada satu sama lain. Saya melihat senyum ibu saya yang sungguh membahagiakan setiap ia bercerita kepada saya. Dari sana saya mulai berhenti membenci semuanya.

Saya tidak lagi membenci ayah, kakek ataupun ibu saya. Saya merasa bahwa selain menjadi seornag anak sejatinya kita adalah seorang manusia, saya ingin menjalankan kewajiban saya menjadi manusia yakni membahagiakan semua orang terutama kedua orangtua saya. Kini saya berpikir bahwa apa yang dilakukan oleh kedua orangtua saya justru langkah yang tepat, karena jika mereka terus memaksa mereka tidak akan pernah bahagia, dan saya sebagai anak memaafkan dan menerima segala keputusan mereka.

 

Simak Video di Bawah Ini

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading