Fimela.com, Jakarta Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela: Sambut Bulan Suci dengan Maaf Tulus dari Hati ini.
***
Oleh: Arvina Hafidzah - Jember
Advertisement
Memaafkan Sejatinya adalah Menerima Diri
Aku adalah seorang mahasiswi di fakultas hukum di salah satu universitas di kotaku. Sebagai seorang mahasiswi tentu banyak orang berpikir bahwa aku adalah seorang wanita elegan yang cantik dan makna cantik di Indonesia biasanya berputar-putar pada syarat putih dan langsing. Sayangnya aku bukan termasuk dalam tipe itu. Tubuhku memang gempal dan kulitku memang coklat sedikit gelap sehingga di tengah mahasiswi yang putih aku akan lebih menonjol dari yang lainnya.
Awalnya aku tidak masalah dengan bentuk tubuh dan warna kulitku, aku memang pecinta petualang sedari dulu terutama petualangan mencari kuliner untuk aku coba. Aku juga tidak pernah merasa minder dulu walau banyak lelaki yang memandang jijik saat aku lewat karena aku percaya nanti aku akan menjadi putih seperti yang lain. Sayangnya, sampai aku masuk kuliah pun, tubuhku masih tetap gendut dan kulitku masih tetap gelap.
Aku sudah mencoba semuanya, mulai dari diet ketat dan olahraga hingga membeli krim pemutih tapi tetap tidak ada hasil. Aku mulai bertanya dan menyalahkan diriku sendiri, apakah hanya aku di dunia ini yang tidak cantik. Aku tidak menyalahkan kulit gelapku karena ketika aku melihat orang lain yang bahkan berkulit lebih gelap dariku mereka tetap terlihat anggun dan cantik sementara aku bahkan untuk mengatakan diriku cantik di depan cermin mulutku akan bergetar dan tidak mampu mengucapkannya.
Advertisement
Cantik Itu...
Awal masuk aku kehilangan percaya diriku, bahkan untuk menyapa teman lelaki sekelompokku saat masa orientasi pun aku tidak mampu. Aku akan membayangkan dia memandangku dengan jijik karena aku tidak terlihat cantik seperti lainnya. Aku akan berada di barisan depan mencoba untuk mengembalikan percaya diri yang sudah kupunya dari dulu, tapi melihat mereka tertawa aku merasa mereka tidak tertawa bersamaku tapi menertawaiku. Aku juga berdiri di belakang saat sesi foto bersama barisan laki-laki karena selain tinggi setidaknya aku tidak akan terlihat menonjol di antara lelaki yang dianggap lumrah memiliki kulit gelap dan badan besar.
Menjadi seorang wanita yang tinggi, gendut, dan berkulit gelap membuatku berpikir aku adalah monster dan mungkin satu-satunya gadis yang setiap orang melihat mereka akan mencemoohku tidak hanya di belakang tapi langsung tepat di mukaku dan itu sangat menyakitkan. Aku menjadi down selama satu semester walau ya aku memang sedikit cerdas tapi itu saja.
Setelah berpikir panjang dan menyalahkan diriku hingga ke tahap aku menyakiti tubuh pemberian Tuhan ini aku mencapai suatu kesimpulan. Apakah yang aku lakukan sudah benar? Apakah aku harus mengikuti tipe kecantikan yang ada? Kenapa aku tidak merasa diriku cantik? Semua pertanyaan itu terjawab olehku sendiri. Mencintai diri sendiri adalah tanda bahwa dirimu cantik karena “beautiful is more important than pretty”.
Mencintai Diri Sendiri
Bahwa standar kecantikan yang ada sejatinya tidak pernah ada, bahwa semuanya hanya bukti kita sebagi manusia masih belum dapat mencintai diri kita baik kelebihan maupun kekurangan yang ada. Aku berhenti menyalahkan diriku, dan mulai bangkit dari titik terendah di dalam hidupku. Dulu aku takut memakai baju berwarna dan selalu memakai pakaian hitam agar tidak menojol di tengah kerumunan tapi tidak lagi. Aku tidak masalah lagi dengan tubuhku yang gendut dan warna kulitku yang gelap. Karena aku tahu orang lain mungkin mencemoohku secara fisik bukan karena mereka bangga dengan fisik mereka tapi karena mereka mencoba menutupi kekurangan yang mereka punya.
Jadi daripada memikirkan omongan orang lain aku lebih memikirkan pikiran positif yang aku katakan setiap hari. Aku menjadi mudah untuk bergaul dengan teman-temanku, aku bahkan sudah tidak takut lagi untuk mengatakan diriku cantik di depan cermin. Karena memaafkan diri sendiri sejatinya adalah menerima kekurangan yang ada dan memanfaatkan potensi secara maksimal sehingga mungkin kalian sadar bahwa cantik itu tidak terbatas pada tubuh langsing atau warna kulit tapi lebih dari itu.
Advertisement
Simak Video di Bawah Ini
#GrowFearless with FIMELA