Fimela.com, Jakarta Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela: Sambut Bulan Suci dengan Maaf Tulus dari Hati ini.
***
Oleh: Fitriyah Nurul Chikmah - Jombang
Advertisement
Sebagian orang pasti memiliki masa lalu yang bisa dibilang menyedihkan. Walaupun tak semuanya bisa menerimanya bahkan cenderung frustasi. Kali ini saya akan membagikan sedikit pembelajaran hidup, mungkin lebih tepatnya ujian kesabaran atau cara Tuhan menegur saya.
Saya perempuan berusia 28 tahun dan masih lajang, bukannya saya tidak ingin menikah. Perempuan mana yang tidak ingin menikah, setiap orang pasti ingin menikah, begitu pula dengan saya. Empat kali saya hampir menikah tetapi gagal.
Yang pertama karena salah satu pihak keluarga tidak setuju padahal kami sudah dekat selama 6 tahun. Saya temani dia dari dia sekolah sampai dia sudah kerja, tetapi ketika dia sudah merasa mungkin cukup mampu, dia terlepas dari saya. Ini pertama kalinya saya down dan selama satu minggu saya tak bicara sama sekali dengan semua orang yang ada di rumah saya. Akhirnya lama-kelamaan saya bisa melupakannya. Setelah saya akan berhasil melupaknnya tiba-tiba dia menghubungi saya lagi, itu dalam posisi dia sudah menikah. Karena rasa cinta saya ke dia masih begitu besar akhirnya saya menemuinya, menanyakan kenapa dia ingin bertemu kepada saya lagi, dia beralasan hanya ingin bertemu saja. Saya tak habis pikir kenapa begitu mudahnya. Kemudian saya tak menghiraukannya lagi. Kurnag lebih 1 tahun, saya mendapatkan kenalan lagi.
Advertisement
Batal Lagi
Kedua dia melamar saya sebelum dia pergi jadi TKI ke Luar negri. Awalnya hubungan kami baik-baik saja, tetapi entah datang dari mana masalah demi masalah datang. Entah saya yang terlalu cepat membuat keputusan untuk mengakhiri hubungan kami, atau dia yang kurang peka terhadap perasaan saya. Karena di media sosialnya, muncul sebuah akun wanita yang setiap saat member komentar di statusnya, bahkan dia mencoba menjelek-jelekan saya. Memang calon saya yang kedua usianya lebih muda daripada saya, kami terpaut 4 tahun.
Wanita ini mengatakan bahwa saya tidak pantas dengan cowok saya, karena umur saya yang lebih tua, dia juga mengatakan kalau saya perawan tua, seharusnya cari yang lebih tua. Sampai di situ saya mengadu kepada calon saya, bahwa temannya kok bisa ngata-ngatain saya seperti itu, tetapi dia bukannya membela saya, tetapi membela temannya tersebut. Puncaknnya ketika teman wanitanya berkata bahwa calon saya akan melamarnya ketika dia kembali dari perantauan. Bak disambar petir, saya menangis sejadi-jadinya, saya mencoba menghubungi calon saya tersebut, tetapi tak ada jawaban. Akhirnya saya memutuskan pertunangan dengannya.
Yang ketiga setelah saya putus dengan tunangan saya yang merantau, saya dekat dengan tetangga desa saya sendiri. Kami tidak susah dalam komunikasi, karena kami sudah saling mengenal sejak lama. Dia tetangga saya tetapi kerja di luar kota, setidaknya seminggu sampi dua minggu sekali dia pulang. Mungkin saya terlalu berlebihan kalau sudah cinta dengan seseorang, sampai saya bela-belain pindah kerja dekat dengan tempat dia bekerja. Alhasil penyakit tipes saya kambuh karena tak ada yang mengontrol pola makan saya, tidak seperti di rumah. Maklum saya anak tunggal, ketika di rumah ada ibu dan bapak saya yang selalu mengingatkan waktunya makan. Puncaknya ketika dia ingin melamar saya, ibunya tak setuju. Dari sini, saya sudah merasa terbiasa dengan situasi seperti ini. Kemudian saya bicara baik-baik, ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Daripdada tidak enak di belakangnya nanti kalau sudah orang tua tak setuju.
Semua Pasti Ada Hikmahnya
Yang keempat, ini juga masih tetangga saya, tetapi dia kerja di luar negeri. Kami berkomunikasi ketika dia masih jadi TKI. Kemudian ketika dia pulang, tak membutuhkan waktu lama, dia datang menemui kedua orang tua saya bersama dengan orang tuanya. Saya sangat senang dan bahagia. Akhirnya ada yang serius dengan saya. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali menjadi TKI karena alasan untuk mengumpulkan dana buat modal nikah. Saya menyetujuinya, sekitar 1 minggu dia di sana, komunikasi kami masih lancar, dia juga masih berkata-kata sangat manis.
Tiga hari setelahnya dia tak ada kabar, saya positive thinking aja waktu itu, mungkin dia sedang sibuk. Dua hari kemudian dia membuat story whatshapp dengan kata-kata, “Jangan terlalu berharap padaku," sontak saya langsung ngeh, langsung saya coba telepon dia, tetapi tidak diangkat. Akhirnya saya bicara dengan kakak perempuannya, setelah itu kakak perempuannya menceritakan bahwa dia tidak bisa mencintai saya lebih dari teman. Saya heran, kenapa dia bisa mendatangi kedua orang tua saya bersama kedua orangtuanya padahal dia tidak mencintai saya.
Setelah dua hari, dia tiba-tiba telepon, dan menjelaskan bahwa dia masih ingin pilih-pilih soal pendamping hidup. Saya bisa menerima semuanya, yang saya sesalkan kenapa orang tuanya datang kerumah saya padahal dia tidak berniat serius dengan saya. Saya kasihan dengan orang tua saya.
Sepenggal kisah saya tersebut hanyalah sedikit goresan-goresan luka yang nantinya akan membuat saya tak mudah pecah atau tumbang. Semua pasti ada hikmah yang bisa diambil dari setiap peristiwa. Saya sudah memaafkan semua kejadian yang menimpa saya. Sampai sekarang saya masih melajang. Menunggu jodoh yang sangat spesial yang sudah disiapkan oleh Allah.
Advertisement
Simak Video di Bawah Ini
#GrowFearless with FIMELA